Penutupan lahan dan Penggunaan lahan

integrasi, pencapaian tujuan dan pemeliharaan pola. Contohnya dalam hal beradaptasi menghadapi era globalisasi televisi, akulturasi dan lain-lain. Sementara itu Nababan 2003 berpendapat bahwa sudah sejak lama masyarakat adat di Indonesia secara tradisional berhasil menjaga dan memperkaya keanekaragaman hayati karena sebagian besar masyarakat adat memiliki sistem- sistem lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam yang diwariskan dan ditumbuh- kembangkan terus menerus secara turun temurun. Kearifan nilai adat Suku Malind di merauke melalui wujud ruang yang disebut ‘Tempat penting’ tidak terlepas dari kisah sejarah mula penciptaan , salah satu tokoh kunci Suku Malind menyatakan : Awal mula alam semesta ini masih diliputi oleh kabut yang luas menyelimuti bumi dan pada waktu itu bumi masih merupakan suatu cairan lumpur hidup yang bergoyang. Ketika sang pencipta atau di sebut “Ala-Alawi” melayang-layang di udara di antara kabut tebal dan menggalungi lehernya dengan kantong yang berisi bongkahan tanah atau “wan”. Gebze 2000 Mitologi ini merupakan sistem religi yang melekat dalam pemahaman budaya Suku Malind dan “Dema” adalah leluhur mereka, atau pusat dari sistem religi yang dianut. Seluruh tumbuhan dan satwa endemic dan benda benda lain bahkan gejala alam yang hidup di atas wilayah adat Malind telah dijelmakan untuk membantu manusia didalam setiap penamaan marga atau boan, semua sudah terbagi dalam kepemilikan marga. Oleh karena itu setiap marga sangat menjunjung tinggi dan menghargai serta melindungi wujud-wujud “Dema” mereka, terutama mereka menganggap sebagai lumbung sumber kehidupan yang tidak boleh diperlakukan sembarangan oleh siapapun dan dimanapun sampai kapanpun. Berdasarkan mitologi ini maka ajaran “Mayo” identik disebut sebagai suatu kepercayaan yang mengajarkan totemisme dan pelestarian alam. Pengelolaan komponen biologis yang menjadi simbol-simbol tersebut dianggap sebagai tugas suci sepanjang masa. Air penyubur kehidupan genetik dikelola dengan penuh kasih sayang, selanjutnya kata Gebze : Api penggerak kehidupan meliputi segala komponen kehidupan lainnya. Angin mengisi semua ruang kehidupan. Tanah oleh kelengkapan komponen-komponen kehidupan lainnya menumbuhkan aneka spesies tumbuhan, aneka spesies satwa, dan pengelompokan klen-klenboan. Cakrawala pagi, siang, senja, malam, dan pagi penuh puja akan keagungan semesta buah karya abadi Amai yang tak terlihat. Cakrawala itu mahkota gali kehidupan yang terus berlanjut sepanjang masa. Sofyandi 2010 dalam tesisnya mengemukakan pengertian lingkungan dalam masyarakat hukum adat Malind dipahami dengan sebutan alam atau “unam”. Alam semesta mempunyai hubungan kekerabatan antara satu dengan yang lain terutama dengan manusia. Hubungan kekerabatan ini muncul dalam ajaran “totemisme”, dimana kekerabatan antara manusia dengan tumbuhan, manusia dengan hewan, tumbuhan dengan tumbuhan, hewan dengan hewan, tumbuhan dengan hewan, tumbuhan dengan unsur alam, hewan dengan unsur alam, manusia dengan unsur alam dan seterusnya. Gambar 1 menunjukan ilustrasi hubungan kekerabatan antara alam, manusia, tumbuhan, hewan. Sofyandi 2010 Gambar 1. Denah hubungan kekerabatan antara alam dan manusia Pengetahuan tentang adat sangat tergantung dengan tingkatan status adat seseorang dalam kepengurusan adat. Seseorang yang telah mencapai tingkatan adat tertentu dapat menyampaikan cerita atau peristiwa tentang adat mereka kepada orang lain atau Suku lain, tetapi tidak semuanya dapat di ceritakan terutama yang menyangkut hal yang di anggap sakral. Hal ini tidak terlepas dari kepemilikan wilayah-wilayah adat yang sudah dibagi habis dan telah di atur berdasarkan mitologi Suku Malind. Secara bioetik masyarakat adat Malind terbingkai dalam aliran Totemisme yang menempatkan alam sebagai leluhur amai yang pemurah. Pelestarian alam dan komponen-komponen biologis merupakan kewajiban setiap orang dan hal tercermin dalam langgam lagu tradisional yang sering dikumandangkan dalam berbagai upacara adat.

2.7 Etnografi berbasis spasial

Pendekatan penelitian kualitatif saat ini melalui pendekatan etnografi berbasis spasial, sebelumnya perlu dipahami tentang cabang ilmu antropologi tersebut sehingga ada penyamaan presepsi. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Karena kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran, dan keyakinan suatu masyarakat, yang dipelajari oleh ahli etnografi bisa berbentuk bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan dokmen-dokumen tentang obyek yang diteliti. Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti ‘orang’ dan graphein yang berarti ‘tulisan’. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan manusia. Menurut Spradley 1980 kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan digunakan untuk Manusia “ Anim” Alam “Unam” Pasangan “Nakali” Tumbuhan “Maru” Hewan “ Awe”