Kondisi Demografi Wisdom Perspective of Malind Tribe Important Sites as Referrals in Detailed Land Use Plan Preparation of Merauke Regency

Distribusi penduduk asli Papua Suku Malind jika dilihat dalam posisi di tingkat Distrik yang ditunjukan pada Gambar 11 memberi gambaran tentang posisi masyarakat adat yang sebagian besar terkonsentrasi di kampung-kampung lokal. Konsentrasi jumlah kampung lokal di satu distrik dengan nilai 31,8 – 99,9 persen menunjukan bahwa masyarakat adat masih absolut tinggak di wilayah kampung yang jauh dari pusat pengembangan yaitu dari ibukota Kabupaten merauke. Distribusi kampung orang Malind juga sangat dipengaruhi oleh lingkup wilayah adat masing-masing sub Suku Malind. Gambar 11. Peta Distribusi Orang Asli Papua Sesuai Distrik

4.7.2 Kekerabatan Marga suku Malind

Suku Malind termasuk Suku bangsa dalam rumpun Melanesia Melanesia dari bahasa Yunani melas hitam dan nesos pulau karena penduduknya yang berkulit kelam Flassy, 2010, bersama dengan maluku, orang PNG dan orang fiji- solomon kepulauan. mengenal sistem pewilayah berdasarkan klanboan kelompok keluarga dalam ikatan kekerabatan . pembagian marga-marga tersebut disesesuaikan dengan kewilayahan menurut golongan penjuru mata angin yaitu Malind Zosom di wilayah timur laut sampai ke selatan, Malind ezam di wilayah utara, Malind imo di wilayah barat dan Malind mayo di wilayah barat laut sampai ke bagian selatan. Setiap golongan terdapat kelompok marga-marga atau boan dan keluarga induk. Sedikit berbeda penamaan marga-marga dari Malind untuk dua sub Suku Yeinan dan terbagi atas kelompok Yanggib, Kabronain, Kaorkenan dan Yemunan, untuk kelompok marga di sub Suku Kanume dikenal masing masing terdiri dari mbanggu, Ndimar dan Ndipkuan. Pembagian kelompok marga menurut sub Suku Yeinan dan Kanume tersaji pada Lampiran 1.

4.7.3. Totemisme dan Tempat yang Dianggap Penting

Dalam konteks mitologi Suku Malind pandangan totemisme yang disebutkan sebagai ‘Mayo’ meletakan manusia dalam hubungan transenden dengan leluhur dan bahwa seluruh bagian dari alam merupakan manifestasi dari leluhur yang menjaga kehidupan manusianya, sehingga sumber daya alam adalah merupakan kesatuan tak terpisahkan dengan manusianyaanim-ha. Dikenal dua kelompok marga besar yaitu Geb dan Sami yang selanjutnya diikuti sub marga dibawah kedua marga tersebut. Setiap marga memiliki keterikatan spesifik dengan unsur alamnya, seluruh marga yang ada baik dari Geb dan Sami memiliki nama dan simbol di alam. Hewan babi adalah penjelmaan dari dema basik-basik yang memberi kesempatan kepada marga tersebut memanfaatkan dan menjaga aturan pemanfaatan hewan ini oleh semua marga lainnya tetapi juga wilayah habitat dari babi menjadi bagian perlindungan dalam pelestarian hewan tersebut. Ini berlaku juga untuk flora dan gejala alam seperti air, guntur, kilat dan peristiwa-peristiwa alami yang terjadi lainnya. Ketergantungan terhadap alam yang memberi ruang hidup dan tempat mendapatkan berbagai hasil bumi membuat nilai kearifan juga menyangkut aturan main dan sangsi yang sangat jelas bagi mereka dan turunannya diberlakukan dan berinteraksi. Sistem membagi hak atas tanah untuk dikelola dan dimiliki sama untuk orang Melanesia dimana garis paternalistik dari bapak kepada anak laki laki, yang biasanya dilakukan dalam tradisi komunal atau kelompok marga dan individu si warga itu sendiri. Dalam memahami pandangan ruang menurut Malind disamping teritori dan habitat yang sudah dijelaskan diatas maka kewilayahan kelola alam juga dikenal dalam bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yaitu : tempat pemukiman, bevakkebunladang, wilayah berburu, wilayah dusun sagu, tanaman obat, sumber air, dusun tanam watikumbili ubi ubian, tempat-tempat pamali atau dianggap sakral karena sangat berkaitan dengan penguburan, leluhur dan ritual tertentu. Wilayah-wilayah kelola tersebut merupakan dimensi eksistensi transenden dengan leluhur, ilmu pengetahuan yang diwariskan secara turun- temurun melalui inisiasi adat. Nilai yang dianut secara arif melalui wilayah kelola kemudian dipetakan secara partisipatif dan disepakati dalam konsesus bersama seluruh sub Suku sebagai ‘Tempat penting’ Suku besar Malind. Pemetaan partisipatif yang digagas sejak tahun 2006 lalu tersebut melahirkan dokumen peta Tempat penting masyarkat adat Malind besar skala satu Kabupaten. Gambaran Tempat penting tersebut tidak terlepas dari pandangan nilai kearifan lokal pelestarian alam yang mencakup enam aspek penting antara lain seperti yang disajikan pada Tabel 9.

4.8 Penataan Ruang Kabupaten

Pelaksanaan penataan ruang disusun berdasarkan subsistemnya yang mencakup perencanaan, implementasi dan pengendalian. Rustiadi, 2011 Perencanaan tata ruang melalui penyusunan dokumen RTRW ditingkat Kabupaten seperti di Kabupaten Merauke telah dilaksanakan sejak tahun 2006 sampai dengan ditetapkannya peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten Merauke masa 2010-2030 pada November 2011. Pola lindung dalam kearifan