Perumusan Masalah Wisdom Perspective of Malind Tribe Important Sites as Referrals in Detailed Land Use Plan Preparation of Merauke Regency

Aspek ekonomi dalam pembangunan menurut Rostow 1960 dalam Rustiadi 2011 secara sederhana mendefinisikan pembangunan berarti pertumbuhan ekonomi dimana terjadi transformasi struktural masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan melibatkan banyak sektor atau multi sektoral. Faktor produksi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan daya dukung alam serta peran sumberdaya manusia menjadi subjek utama penentu roda produksi dapat berputar. Lebih jauh Rustiadi 2011 menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi harus diarahkan pada terjadinya pemerataan, pertumbuhan dan keberlanjutan. Sosiologi pembangunan mencoba melengkapi kajian ekonomi yang selama ini hanya didasarkan pada produktivitas dan efisiensi dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Pembangunan sebagai sebuah perubahan sosial yang terencana tidak bisa hanya dijelaskan secara kuantitatif dengan pendekatan ekonomi semata, terdapat aspek tersembunyi jauh pada diri masyarakat seperti persepsi, gaya hidup, motivasi dan budaya yang mempengaruhi pemahaman masyarakat dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sosiologi pembangunan juga berusaha untuk menjelaskan berbagai dampak, baik positif maupun negatif dari pembangunan terhadap sosial budaya masyarakat. Berbagai introduksi, baik yang berupa teknologi dan nilai-nilai baru dalam proses pembangunan tentu akan membawa dampak pada bangunan sosial yang sudah ada sejak lama. Menurut Cernea 1993 manusia pengguna sumberdaya alam seringkali sebagai penyebab kerusahan lingkungan. Ini berarti manusia merupakan pusat dari aktor sosial dan juga lembaga yang dibentuk mereka dalam pembangunan berkelanjutan harus menjadi perhatian. konstruksi sosial dalam pemahaman keberlanjutan yaitu, pengaturan yang bersifat sosial dan ekonomi harus dilakukan secara purposive menurut keperluannya. Pendekatan aspek ekonomi, sosial dan ekologi bahkan terakhir ditambahkan budaya sebagai aspek ke empat patut dipertimbangkan dalam mengusung pemahaman pembangunan berkelajutan. Dua unsur untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dalam perspektif Sosiologis adalah. Pertama, adanya konsep yang mengatur tata kelola organisasi dalam kehidupan budaya, hubungan sesama manusia dan sumberdaya alam. Dari unsur pertama tersebut diharapkan menghasilkan “social organization” organisasi sosial. Kedua, adanya teknik sosial yang tepat untuk mengkoordinasikan tindakan sosial untuk mencegah kerusakan perilaku dan mempercepat perkembangan pembentukan modal sosial. Modal sosial dapat terbentuk pada setiap individu dalam organisasi. Organisasi yang diinginkan adalah yang dapat meningkatkan kapasitas sosial setiap individu sehingga lebih berdaya dan tindakannya lebih terorganisir dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Sementara itu Brinkerhoff 1992 berpendapat salah satu kerangka strategi untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan adalah pada kerangka kelembagaan, yang meliputi : a Sistem dengan fungsi yang mempunyai hubungan dengan lingkungannya, b Struktur organisasi dan prosedur yang mengatur tugas, produk, masyarakat, sumberdaya serta tujuan organisasi tersebut, c Menyiapkan ketahanan organisasi terhadap perubahan sumberdaya akibat hubungan ekonomi dan politik. Kerangka untuk memahami kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan adalah : 1 Looking Inward melihat kedalam, yaitu melihat kompleksitas dalam kelembagaan itu, 2 Looking Outward melihat keluar yaitu melihat hubungan kelembagaan tersebut dengan lingkungannya, 3 Institutional Strategy strategi kelembagaan, dengan dua cara yaitu pertama, bertindak dan belajar, sedangkan kedua fokus pada masalah internal dan eksternal. Selama sepuluh tahun terakhir, lembaga-lembaga yang berbeda telah berusaha mengukur dan memantau perkiraan atas apa yang mereka pahami sebagai keberlanjutan dengan mengimplementasikan apa yang disebut dengan matrik dan indikator keberlanjutan. Bank Dunia misalnya yang berada dalam tekanan internasional oleh berbagai negara dan lembaga lingkungan non pemerintah melihat kinerja yang kurang mendukung upaya keberlanjutan dengan memberi bantuan keuangan bagi proyek dan program yang tidak ramah lingkungan. Dalam prosiding yang dikeluarkan oleh Dixon dan Steer 1993 menyampaikan bahwa langkah perubahan paradigma di Bank Dunia telah dimulai dengan memasukan konsep dan metodologi yang berhubungan dengan pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Empat agenda penting tersebut diharapkan dapat terwujud dalam prinsip dan kerja keseharian kepada seluruh negara provider. Keempat agenda tersebut adalah : 1. Membangun sinergi positif antara pembangunan dan lingkungan konvensi Rio, 1992; 2. Mengasistensi negara dalam pengelolaan lingkungan ; 3 Mitigasi dampak yang merugikan ; 4 Berusaha mengatasi masalah global dan Regional. Sebagai catatan akhir dari sebuah paradigma bahwa pembangunan berkelanjutan dalam gagasan besarnya menghendaki tercapainya beberapa hal yang dianggap krusial yaitu :  Suatu sistem politik yang menjamin partisipasi efektif masyarakat dalam pengambilan keputusan.  Suatu sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus serta pengetahuan teknis berdasarkan kemampuan sendiri dan bersifat berlanjut.  Suatu sistem sosial yang memberikan penyelesaian bagi ketegangan ketegangan yang muncul akibat pembangunan yang tidak selaras,  Suatu sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi bagi pembangunan itu sendiri,  Suatu sistem teknologi yang dapat menemukan terus menerus jawaban jawaban baru.  Suatu sistem internasional yang dapat membantu pola pola perdagangan dan keuangan yang berlanjut dan,  Suatu sistem adminstrasi yang luwes dan mempunyai kemampuan sungguh- sungguh dalam memperbaiki diri secara terus menerus kearah yang lebih baik. Menurut Salim 2010 kesejahteraan yang dicapai manusia menjadi tidak bermakna bila kekuatan ekologis melemah, sebab kesejahteraan tadi harus dibayar dengan recovery cost biaya pemulihan untuk memulihkan serta menjaga kelestarian lingkungan dan bahkan dampak sosial yang dirasakan sulit dihitung tingkat kerugiannya. Kondisi ini menunjukkan perlunya model pembangunan yang berkelanjutan sehingga menghasilkan keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan secara bersamaan dalam tiga jalur pertumbuhan yang terus bergerak maju. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang tepat dilaksanakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada sisi ekonomi, namun tidak merusak sisi lingkungan dan sosial-budaya. Konsep ini juga relevan dengan perkembangan dunia khususnya Indonesia yang pembangunannya terus meningkat, namun cenderung mengabaikan daya dukung lingkungan serta kondisi sosial. Pendekatan sosial budaya menjadi modal dasar dalam memulai aktifitas