Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Kebijakan penataaan ruang melalui rencana detil nantinya perlu mempertimbangkan pengaturan ruang secara rinci berdasarkan posisi keberadaan
tempat penting suku Malind dalam setiap pola ruang sesuai sistem zonasi dan urutan kepentingan. Apabila dalam satu pola ruang terdapat beberapa tempat
penting dengan zona sakral maka diharapkan untuk dilakukan enclave sedangkan untuk lokasi zona pelestarian adat diperuntukan masuk dalam zona lindung
dengan pengeloaan terbatas sesuai nilai kearifannya. Wilayah zona budidaya tradisional dapat difungsikan dengan pengaturan bersama dengan masyarakat adat
untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Untuk Zona diizinkan dapat dikategorikan masuk dalam pola budidaya dengan mempertimbangkan daya dukung alam dan
lingkungan.
Hasil penutupan lahan berdasarkan interpretasi citra satelit dalam rentang waktu dua belas tahun antara tahun 2000 sampai 2012 signifikan menunjukan
perubahan, khususnya terjadi pada kelas hutan dibandingkan pada kelas lainnya. Adanya bukti penurunan luasan hutan memberikan gambaran telah terjadi
pemanfaatan lahan oleh aktifitas pembangunan di Kabupaten Merauke, salah satunya dengan kehadiran investasi skala luas untuk komoditas pertanian,
kehutanan dan perkebunan.
Arahan kebijakan yang sesuai dengan kondisi perubahan lahan baik di kawasan hutan, semak belukar, pertanian, lahan terbangun dan lahan terbuka
adalah bahwa konsensi yang sudah ada dan beroperasi diharapkan untuk dapat melakukan enclave terhadap delapan Tempat penting tersebut. Setiap pihak yang
berusaha dan mendapat konsesi lahan dapat secara mandiri melakukan pemetaan partisipatif Tempat penting sebagai upaya sadar ikut melestarikan cagar budaya
Suku Malind yang berada di konsesinya. Kawasan yang masih menjadi target konsesi skala luas dimana didalamnya terdapat kawasan tempat penting oleh
pemerintah daerah segera mengambil langkah pemetaan partisipatif di wilayah kampung-kampung yang masuk dalam rencana konsesi tersebut. Penetapan fungsi
dan pola ruang yang diturunkan pada kawasan zonasi diharapkan dapat sesuai dengan peruntukan dan tidak merubah fungsi kawasan karena zona-zona tempat
penting dalam perspektif nilai konservasi merupakan kawasan yang harus dilestarikan karena identik dengan wilayah resapan air, sempadan rawa dan
sungai, sumber plasma nutfah dan pusat keanekaragaman hayati untuk beberapa spesies penting, baik yang hampir punah maupun yang bermigrasi.
Arahan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat di Kabupaten Merauke terhadap Tempat penting adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik
masyarakat adat maupun pemerintah dan praktisi tata ruang dalam memahami kebijakan pembangunan melalui penataan ruang wilayah kabupaten serta
pendalaman tentang arti pentingnya tempat penting baik sebagai unsur dalam budaya maupun sebagai bagian dari konservasi sumber daya alam. Berkaitan
dengan pelibatan dan partisipasi masyarakat perlu dijalin kerjasama para pihak melalui inisiatif pemerintah daerah dengan melaksanakan program identifikasi
pemetaan detil tempat penting di tingkat marga-marga di kampung-kampung Suku Malind secara partisipatif. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dalam penyusunan rencana detil sesuai dengan sistem zonasi dan perizinan dalam rangka pengendalian tata ruang.