2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan dan Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan
Pembangunan dalam pengertian sempit adalah upaya manusia secara terencana untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Definisi
pembangunan berkelanjutan diberikan oleh World Commision on Environment and Development Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan
sebagaimana tersaji dalam laporan Komisi yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland, Perdana Menteri Norwegia terangkum dalam buku Our Common
Future, yang terumuskan berupa :
“if it meets the needs of the present without compromis
ing the ability of future generations to meet their own needs”. Faktor penting yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Ada dua gagasan penting yang harus menjadi perhatian yaitu gagasan tentang kebutuhan umat manusia untuk memenuhi hidupnya dan gagasan keterbatasan
sumber daya yang menyediakan kebutuhan tersebut. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan
bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep
“pertumbuhan ekonomi” itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas. Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-
isu lingkungan, lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial budaya dan
perlindungan lingkungan. Smith 1999 dalam kutipan Siahaan 2004
“Incorporating Sustainability Principles in Legislation”, mengartikan sustainable development sebagai meningkatkan mutu hidup generasi kini dengan
mencadangkan modalsumber alam bagi generasi mendatang. Menurutnya, dengan cara ini dapat dicapai empat hal:
a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat diperbarui;
b. Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat dapat habis exhaustible resources;
c. Pemeliharaan sistem pendukung ekologis; dan d. Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati.
Dua puluh tahun setelah konferensi Stockholm, PBB kembali melakukan konferensi tentang Lingkungan dan Pembangunan United Nations Conference on
Environment and Development, UNCED di Rio de Janeiro, Brasil, pada tanggal 3 sampai 14 Juni 1992, yang lebih popular dengan KTT Rio Konferensi Tingkat
Tinggi Bumi di Rio. KTT ini dihadiri oleh kurang lebih 100 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan seluruh dunia. Hasil yang dicapai dalam KTT Rio tersebut
adalah : Deklarasi Rio terdiri dari 27 Prinsip; Agenda 21; konvensi tentang perubahan Iklim; konvensi tentang keanekaragaman hayati; dan prinsip-prinsip
tentang hutan. Dengan demikian pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan
intelektual, emosional, moral, dan spiritual. dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan
berkelanjutan.
Aspek ekonomi dalam pembangunan menurut Rostow 1960 dalam Rustiadi 2011 secara sederhana mendefinisikan pembangunan berarti
pertumbuhan ekonomi dimana terjadi transformasi struktural masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan melibatkan banyak sektor atau
multi sektoral. Faktor produksi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan daya dukung alam serta peran sumberdaya manusia menjadi subjek utama penentu roda
produksi dapat berputar. Lebih jauh Rustiadi 2011 menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi harus diarahkan pada terjadinya pemerataan, pertumbuhan
dan keberlanjutan. Sosiologi pembangunan mencoba melengkapi kajian ekonomi yang selama ini hanya didasarkan pada produktivitas dan efisiensi dalam
mengukur keberhasilan pembangunan. Pembangunan sebagai sebuah perubahan sosial yang terencana tidak bisa hanya dijelaskan secara kuantitatif dengan
pendekatan ekonomi semata, terdapat aspek tersembunyi jauh pada diri masyarakat seperti persepsi, gaya hidup, motivasi dan budaya yang
mempengaruhi pemahaman masyarakat dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sosiologi pembangunan juga berusaha untuk menjelaskan berbagai
dampak, baik positif maupun negatif dari pembangunan terhadap sosial budaya masyarakat. Berbagai introduksi, baik yang berupa teknologi dan nilai-nilai baru
dalam proses pembangunan tentu akan membawa dampak pada bangunan sosial yang sudah ada sejak lama.
Menurut Cernea 1993 manusia pengguna sumberdaya alam seringkali sebagai penyebab kerusahan lingkungan. Ini berarti manusia merupakan pusat
dari aktor sosial dan juga lembaga yang dibentuk mereka dalam pembangunan berkelanjutan harus menjadi perhatian. konstruksi sosial dalam pemahaman
keberlanjutan yaitu, pengaturan yang bersifat sosial dan ekonomi harus dilakukan secara purposive menurut keperluannya. Pendekatan aspek ekonomi, sosial dan
ekologi bahkan terakhir ditambahkan budaya sebagai aspek ke empat patut dipertimbangkan dalam mengusung pemahaman pembangunan berkelajutan. Dua
unsur untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dalam perspektif Sosiologis adalah. Pertama, adanya konsep yang mengatur tata kelola organisasi dalam
kehidupan budaya, hubungan sesama manusia dan sumberdaya alam. Dari unsur pertama tersebut diharapkan menghasilkan
“social organization” organisasi sosial. Kedua, adanya teknik sosial yang tepat untuk mengkoordinasikan
tindakan sosial untuk mencegah kerusakan perilaku dan mempercepat perkembangan pembentukan modal sosial. Modal sosial dapat terbentuk pada
setiap individu dalam organisasi. Organisasi yang diinginkan adalah yang dapat meningkatkan kapasitas sosial setiap individu sehingga lebih berdaya dan
tindakannya lebih terorganisir dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Sementara itu Brinkerhoff 1992 berpendapat salah satu kerangka strategi untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan adalah pada kerangka
kelembagaan, yang meliputi : a Sistem dengan fungsi yang mempunyai hubungan dengan lingkungannya, b Struktur organisasi dan prosedur yang
mengatur tugas, produk, masyarakat, sumberdaya serta tujuan organisasi tersebut, c Menyiapkan ketahanan organisasi terhadap perubahan sumberdaya akibat
hubungan ekonomi dan politik. Kerangka untuk memahami kelembagaan dalam pembangunan berkelanjutan adalah : 1 Looking Inward melihat kedalam, yaitu
melihat kompleksitas dalam kelembagaan itu, 2 Looking Outward melihat keluar yaitu melihat hubungan kelembagaan tersebut dengan lingkungannya, 3