Kondisi geografis dan topografi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara

Kota Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah dari Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta selain Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat dan Kota Jakarta Timur. Kota Jakarta Utara dan Kota Jakarta Barat merupakan dua kota yang turut mempengaruhi produksi perikanan bagi DKI Jakarta; sumbangan terbesar produksi perikanan di DKI Jakarta berasal dari Kota Jakarta Utara.

4.1.1 Kondisi geografis dan topografi

Kota Jakarta Utara memiliki luas 146,66 km 2 dan terbagi menjadi 6 kecamatan, yaitu: Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading dan Cilincing. Secara administrasi, Kota Jakarta Utaraterletak antara 06˚10’00” LS - 106˚20’00” BT. Sebelah utara Jakarta Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah selatan berbatasan dengan Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sebelah timur berbatasan dengan Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Jakarta Barat. Wilayah Jakarta Utara sendiri merupakan daerah beriklim panas dengan suhu rata-rata 28,97 o C pada tahun 2010.Rata-rata curah hujan 191,21 mm 3 dengan maksimal curah hujan pada bulan Januari 572,2 mm 3 dankelembaban udara rata-rata 77,9 serta rata-rata kecepatan angin di wilayah Jakarta Utara sekitar 4,39 knot BPS Kota Jakarta Utara 2011. Wilayah Jakarta Utara yang terletak di daerah khatulistiwa menyebabkan wilayahnya dipengaruhi oleh angin muson timur terjadi Mei-Oktober dan muson barat November-April Pesona Indonesia 2011. Pada musim barat, angin dan gelombang menjadi tidak menentu. Angin dan gelombang bisa menjadi begitu besar mengakibatkan nelayan tidak dapat melaut terutama bagi nelayan dengan armada penangkapan skala kecil. Apabila kegiatan melaut ini tidak dilakukan dalam waktu yang cukup lama maka akan dapat menimbulkan dampak paceklik bagi nelayan dan kemudian akan dapat terjadi kekurangan pasokan ikan bagi konsumen ikan lainnya. Badan Pusat Statistik Jakarta Utara 2011 menjelaskan bahwa wilayah Jakarta Utara membentang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 kilometer dan menjorok ke darat antara 4 sampai 10kilometer serta memiliki ketinggian 0-2 meter dari permukaan laut, dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari rawa-rawa atau empang air payau. Selain itu kondisi wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13 tiga belas sungai dan 2 dua banjir kanal, menyebabkan wilayah ini merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang laut. Kota Jakarta Utara memiliki daerah pantai yang cukup panjang sebagaimana dikemukakan di atas, yaitu sekitar 35 kilometer sehingga cocok untuk pengembangan perikanan tangkap. Letak wilayah yang juga berhadapan langsung dengan Laut Jawa dan Kepulauan Seribu menjadikan daerah ini bercorak maritim, pelabuhan, pergudangan, dan perikanan, sehingga sangat memungkinkan berkembangnya industri perikanan guna memenuhi kebutuhan ikan di daerah Jakarta Utara. 4.1.2 Kependudukan, pendidikan dan lapangan kerja Jumlah penduduk di Kota Jakarta Utara pada tahun 2010 sebanyak 1.645.659 jiwa BPS Kota Jakarta Utara 2011. Peningkatan penduduk Kota Jakarta Utara terjadi dari tahun ke tahun pada periode 2006-2010 seperti terlihat dalam Tabel 4. Pertumbuhan penduduk Jakarta Utara per tahun selama kurun waktu tahun 2006-2010, rata-rata 9 per tahun atau pada kisaran 1,0-21,8 per tahun. Laju pertumbuhan penduduk ini lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu 1990-2000 yang hanya mencapai 0,51 per tahun. Laju pertumbuhan penduduk ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada kurun waktu 1990-2000 yang hanya mencapai 0,51 persen per tahun BPS Kota Jakarta Utara 2011. Pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode tahun 2006-2010 tersebut di atas terjadi pada tahun 2008 yaitu 21,8. Hal ini diduga terjadi karena banyaknya pendatang yang berasal dari luar Jakarta yang mencari pekerjaan di wilayah ini. Pada umumnya, peningkatan jumlah pendatang ke ibukota Jakarta terjadi pada saat selesai hari lebaran dan tahun baru. Tabel 4 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Jakarta Utara tahun 2006-2010 Tahun Pria jiwa Wanita jiwa Jumlah jiwa Pertumbuhan 2006 604.737 576.230 1.180.967 - 2007 612.389 585.581 1.197.970 1,4 2008 707.191 752.189 1.459.380 21,8 2009 711.717 759.946 1.471.663 1,0 2010 824.480 821.179 1.645.659 11,8 Rata-rata 692.103 699.025 1.391.128 9,0 Standar Deviasi 89.614,7 112.238,8 198.352,5 9,9 Kisaran 604.73 824.480 576.230821.179 1.180.967 1.645.659 1,0 21,8 Sumber: BPS Kota Jakarta Utara 2011 Pada tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Penjaringan dan Cilincing sama sebesar 1,99, sedangkan yang terendah di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 0,33 BPS Kota Jakarta Utara 2011. Penduduk pria jumlahnya lebih banyakdibandingkan dengan penduduk jenis kelamin wanita, masing-masing sebanyak 824.480 jiwa dan 821.179 jiwa pada tahun 2010; atau dengan rasio PL sebesar 0,99. Penduduk Jakarta Utara tersebar di beberapa kecamatan yaitu: Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading dan Cilincing BPS Kota Jakarta Utara 2011 Tabel 5. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa luas wilayah Jakata Utara yang mencapai 146,7 km 2 dan rata-rata tingkat kepadatan penduduknya sebanyak jiwa 11.664 per km 2 pada tahun 2010. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu pada Kecamatan Koja sebesar 22.661 jiwa per km 2 , sedangkan kepadatan penduduk terendahberada di Kecamatan Penjaringan sebesar 4.776 jiwa per km 2 . Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tanjung Priok yaitu sebanyak 355.128 jiwa, kemudian diikuti Kecamatan Cilincing sebanyak 333.583 jiwa. Sementara penyebaran penduduk yang paling sedikit yaitu di Kecamatan Kelapa Gading hanya sebanyak 216.842 jiwa. Tabel 5 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan di Kota Jakarta Utara tahun 2010 Kecamatan Luas Wilayah km 2 Penduduk Kepadatan Rasio Laki- laki Wanita Jumlah Penduduk Jenis Kelamin jiwa jiwa jiwa jiwam2 LP 1. Penjaringan 45,4 120.067 96.775 216.842 4.776 1,2 2. Pademangan 11,9 69.174 56.596 125.770 10.552 1,2 3. Tanjung Priok 22,5 194.206 160.992 355.128 15.771 1,2 4. Koja 12,3 153.862 123.227 277.089 22.611 1,2 5. Kelapa Gading 14,9 61.335 53.864 115.199 7.749 1,1 6. Cilincing 39,7 179.127 154.456 333.583 8.403 1,2 Jumlah 146,7 777.771 645.840 1.423.611 69.862 1,2 Sumber: BPS Kota Jakarta Utara, 2011 Penduduk Kota Jakarta Utara yang semakin meningkat setiap tahunnya dapat memungkinkan peningkatan permintaan konsumen termasuk kebutuhan ikan. Aspek pemasaran ikan menjadi sangat penting di saat kebutuhan ikan terus meningkat agar ikan atau produk perikanan lainnya dapat sampai ke tangan konsumen. Peningkatan upaya pemasaran ikan harus lebih ditingkatkan lagi baik dalam hal strategi, sasaran maupun transportasinya guna memenuhi kebutuhan tersebut. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat perlu didukung oleh tingkat pendidikan yang memadai. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Beberapa indikator yang menggambarkan pencapaian bidang pendidikan adalah angka buta huruf, Angka Partisipasi Sekolah, dan Rata-rata Lama Sekolah. Apabila tingkat pendidikan penduduk semakin tinggi, terutama nelayan dan pelaku perikanan lainnya seperti pengolah ikan, maka akan dapat menambah pengetahuanpara nelayan dan pelaku perikanan lainnya tersebut. Demikian pula semakin tinggi tingkat pendidikan para pengolah maka kemungkinan teknik pengolahan ikan yang digunakan para pengolah ikan, akandapat semakin maju. Kemajuan teknik pengolahan ikan dapat berupa penggunaan teknologi modern. Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara 2011 mengatakan bahwa angka buta huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Jakarta Utara mengalami penurunan dari 0,85 pada tahun 2009 menjadi 0,77 pada tahun 2010. Hal ini menggambarkan bahwa 0,77 penduduk Jakarta Utara usia 10 tahun keatas masih belum mampu membaca dan menulis. Semakin menurunnya angka buta huruf di Jakarta Utara menunjukkan semakin membaiknya kemampuaan membaca dan menulis penduduk Jakarta Utara. Pencapaian pembangunan di bidang pendidikan selama tahun 2008-2010 cukup menggembirakan. Hal ini juga ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang pendidikan SD usia 7- 12 tahun sebesar 98,44 persen, di tingkat SLTP usia 13 –15 tahun sebesar 85,63 persen, dan di tingkat SLTA usia 16 –18 tahun sebesar 55,60 persen. Indikator lainnya adalah rasio murid-sekolah dapat menggambarkan ketersediaan sarana pendidikan. Rasio murid-sekolah tertinggi yaitu pada jenjang SD yaitu 316, artinya setiap satu sekolah rata-rata diisi oleh 316 orang murid. Sementara untuk jenjang SLTA, rasio murid-sekolah sebesar 296. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan rasio murid-sekolah pada jenjang SLTP sebesar 314, sehingga perlu ditingkatkan lagi proses belajar mengajar di tingkat SLTA. Berdasarkan data Susenas 2010, sebagian besar penduduk Jakarta Utara berpendidikan SLTA, yaitu mencapai 33 dan hanya 7 penduduk yang berhasil menamatkan jenjang pendidikan Sarjana. Penduduk yang mengenyam tingkat pendidikan program 9 tahun belajar lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang mengenyam tingkat pendidikan hingga tingkat SMA maupun Sarjana. Sebagian besar masyarakat di Unit Pengolahan Hasil Pengolahan Tradisional di PPI Muara Angke juga lebih banyak didominasi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan SD sehingga hal ini dapat menjadi suatu indicator mengapa sebagian besar proses pengolahannya masih dilakukan secara tradisional. 4.1.3 Prasarana dan sarana transportasi Transportasi perhubungan merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi manusia karena dapat memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi yang telah tersedia di wilayah Jakarta Utara meliputi transportasi darat dan transportasi laut. Prasarana transportasi darat yang banyak ditemui di Jakarta Utara yaitu jalan raya. Ketersediaan jalan raya yang memadai diperlukan untuk mendukung pertambahan jumlah kendaraan yang ada yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Jalan raya merupakan salah satu prasarana penting dalam transportasi darat karena merupakan penghubung antar satu daerah dengan daerah lainnya. Pada tahun 2010, jumlah panjang jalan raya di Kota Jakarta Utara baik jalan tol, jalan negara, jalan provinsi maupun jalan kota adalah 1.314.514 m dengan jumlah luas jalan 8.085.482 m 2 Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta,2010. Berdasarkan pengamatan, kondisi fisik jalan raya di wilayah ini, secara umum sudah baik sampai dengan sangat baik. Jalan raya juga dapat sebagai penghubung antara sentra-sentra produksi dan daerah-daerah distribusi dengan wilayah-wilayah pemasarannya. Dengan demikian jalan raya dapat berfungsi sebagai stimulan bagi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kondisi jalan yang baik dan sangat baik di atas,akan membantu pendistribusian ikan baik segar maupun olahan dari daerah asal ke daerah tujuan. Akan tetapi banyaknya jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan penambahan jumlah panjang jalan mengakibatkan banyak kemacetan di Jakarta Utara sehingga dapat mengganggu pendistribusian ikan ke daerah-daerah pemasaran dan atau masuknya ikan dari daerah-daerah lain ke wilayah Jakarta Utara. Sarana transportasi darat yang banyak digunakan di Jakarta Utara adalah angkutan umum seperti bus kota, minibus, bus antar daerah dan kereta api, dan kendaraan pribadi. Jumlah kendaraan angkutan umum, mikro bus dan mikrolet mengalami peningkatan dari 947 kendaraan pada tahun 2008 menjadi 1.666 kendaraan pada tahun 2010. Sebaliknya jumlah bus kota yang beroperasi di Jakarta Utara menurun pada tahun 2010 menjadi 515 bus dengan rata-rata penumpang per hari 16.139 orangBPS Jakarta Utara 2011. Sarana lainnya yaitu kereta api juga cukup dimanfaatkan dilihat dari banyaknya pengguna jasa transportasi ini. Berdasarkan data dari BPS vide El 2011, jumlah penumpang kereta api dari kawasan Jabodetabek pada tahun 2010 mencapai 124.308.000 orang rata-rata 340.570 per hari. Transportasi laut merupakan salah satu transportasi yang juga banyak digunakan di Jakarta Utara mengingat kondisi umum Kota Jakarta Utara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Terdapat 3 tiga pelabuhan laut di Kota Jakarta Utara sebagai prasarana transportasi laut, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Marunda dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan yang paling berpotensi dari ketiga pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Tanjung Priok sebagai sentra bagi angkutan penumpang dan barang ekspor dan impor termasuk perdagangan dalam negeri. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia. Menurut BPS 2012, jumlah keberangkatan penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2010 adalah sebanyak 205.532 orang demikian juga jumlah kedatangan penumpang di pelabuhan tersebut tidak jauh berbeda yaitu sebanyak 202.146 orang. Jumlah barang asal dalam negeri yang dimuat di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2010 sebanyak 9.901.037 ton, sedangkan jumlah barang yang dibongkar sebanyak 14.931.476 ton. Sarana transportasi laut yang digunakan yaitu kapal laut antara lain berupa kapal penumpang, kapal barang dan kapal tanker. Kapal ikan digunakan sebagai alat transportasi ikan melalui pelabuhan perikananpangkalan pendaratan ikan yang ada di wilayah ini. Selain transportasi laut dan transporasi darat, transportasi udara juga merupakan alat transportasi yang penting. Namun transportasi udara menghabiskan biaya yang lebih banyak dibandingkan kedua jenis transportasi lainnya. Transportasi udara memiliki kelebihan dibanding alat transportasi lainnya yaitu memiliki teknologi yang lebih canggih dan lebih cepat dibandingkan dengan transportasi lainnya. Prasarana yang mendukung transportasi udara ini adalah bandara. Bandara berfungsi sebagai tempat terjadinya transfer perjalanan orang dan barang dari suatu wilayah ke wilayah lain pada kegiatan transportasi udara. Transportasi udara di Jakarta Utara menggunakan Bandara Soekarno Hatta yang terdapat di Kota Tangerang, Banten dan Bandara Halim Perdana Kusuma yang terdapat di Kota Jakarta Timur. Ketersediaan sarana dan prasarana udara ini sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan transportasi di Jakarta Utara. Dengan demikian pengiriman ikan keluar wilayah Jakarta Utara, selain dapat dilakukan melalui jalur darat dan laut, juga dapat melalui jalur udara, termasuk ekspor ikan dan produk perikanan ke luar negeri.

4.1.4 Prasarana dan sarana umum lainnya di Kota Jakarta Utara