1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1 Pihak pengelola kawasan PPI Muara Angke dalam perencanaan atau
perancangan IKP; utamanya industri pengolahan ikan di kawasan PPI Muara Angke;
2 Pihak-pihak lainnya seperti penelitimahasiswa dan atau masyarakat lainnya baik sebagai bahan data dan informasi untuk penelitian-penelitian lebih
lanjut, maupun sebagai masukan dalam pengambilan keputusan dan lain-lain. 3 Pihak pemerintah daerah Dinas Kelautan dan Perikanan setempat di dalam
perencanaan Industri Kepelabuhan Perikanan di daerahnya;
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Kepelabuhanan Perikanan
2.1.1 Pengertian Industri Kepelabuhanan Perikanan
Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut Indonesia sudah semakin meningkat meskipun belum sepenuhnya optimal dilihat dari semakin
meningkatnya jumlah produksi ikan, jumlah perahu penangkapan ikan dan jumlah nelayan yang ada saat ini. Perkembangan pemanfaatan sumberdaya laut ini
semakin membangkitkan industri yang berbasiskan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan Indonesia. Industri merupakan kumpulan perusaahaan sejenis.
Berdasarkan teori ekonomi mikro, pengertian industri secara mikro adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang
homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling menggantikan secara erat Hasibuan 1993. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri perikanan yang berkembang di pelabuhan perikanan memiliki berbagai aktivitas meliputi kegiatan penangkapan ikan, pengolahan ikan, dan
pemasaran produksi perikanan. Menurut Pane 2007 industri perikanan di pelabuhan perikanan disebut industri kepelabuhanan perikanan, terdiri atas tiga
kelompok, yaitu industri pengolahan ikan, industri penangkapan ikan, dan industri tambahan atau pendukung.
Batasan dari industri pengolahan ikan menurut Pane 2007 adalah kelompok usaha di pelabuhan perikanan yang aktivitasnya bersifat terkait
langsung dengan upaya menghasilkan produk olahan ikan dalam arti luas: ikan, krustasea, moluska, binatang air lainnya dan tumbuhan air dari hasil tangkapan
atau eksploitasi alami dan hasil budidaya dalam jumlah besar. Ibrahim 2004 mengatakan bahwa industri pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu
agroindustri yang memanfaatkan hasil perikanan sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai tambah tinggi. Pengolahan ikan dalam
arti luas terdiri atas: a pengolahan tradisional, seperti pemindangan ikan, pengeringan ikan, pengasapan ikan, fermentasi ikan terasi, petis, kecap ikan, dan
lain-lain, kerupuk ikan, dan lain-lain; b pengolahan semi modern, seperti pengalengan ikan, filet ikan dan pembuatan makanan jadi berbahan ikan bakso
ikan, fish nugget, supi, dan lain-lain; c pengolahan modern, seperti surimi, industri tingkat tiga dari rumput laut bahan kosmetik, kesehatan, obat-obatan, dan
lain-lain Pane 2007. Batasan dari kelompok industri penangkapan ikan adalah kelompok usaha di pelabuhan perikanan yang aktivitasnya bersifat terkait
langsung dengan penyediaan unit penangkapan ikan kapalperahu, alat tangkap atau dalam upaya menghasilkan hasil tangkapan dalam jumlah banyak.
Selanjutnya batasan kelompok industri tambahan adalah kelompok usaha pendukung industri penangkapan ikan dan atau industri pengolahan ikan di
pelabuhan perikanan.
Industri penangkapan ikan memegang peranan penting dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan laut seoptimal mungkin.Industri penangkapan
ikan juga berperan untuk memfasilitasi operasi penangkapan ikan yang lebih baik dan ramah lingkungan. Industri tambahan dan industri pengolahan ikan juga
tidak kalah penting dengan industri penangkapan ikan. Ketiga jenis industri ini saling melengkapi dalam Industri Kepelabuhanan Perikanan.
2.1.2 Aktivitas-aktivitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan memiliki berbagai aktivitas untuk menunjang eksistensinya. Menurut Pane 2007, aktivitas-aktivitas yang ada di pelabuhan
perikanan dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok, yaitu: 1
Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, antara lain aktivitas penanganan, pendaratan, pemasaran atau pelelangan ikan dan
pendistribusiannya. 2
Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan, antara lain aktivitas pembekuan ikan, pengolahan ikan, serta pemasaran dan distribusi
hasil olahan 3
Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan 4
Kelompok yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut 5
Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif. 6
Pelaku aktif di sini adalah nelayan atau pengusaha penangkapan, ABK, nahkoda, pengolah ikan, pedagang, pembeli, buruh pengangkut, dan lainnya.
7 Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang
pelabuhan perikanan 8
Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan
Setiap aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan berhubungan satu sama lain dan saling menunjang. Aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan
biasanya dilakukan oleh pengusaha industri pengolahan ikan yang bertujuan untuk menghasilkan produk perikanan yang memiliki nilai tambah Tomasina 2010.
Menurut Adawyah 2007 bahwa prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusakan, memperpanjang daya
awet dan mendiversifikasi produk olahan hasil perikanan.
Selanjutnya dikemukakan oleh Adawyah 2007 bahwa cara pengolahan yang umum dilakukan pada dasarnya dibagi menjadi empat golongan, yaitu: 1
pengolahan dengan memanfaatkan faktor fisikawi, 2 pengolahan dengan bahan pengawet, 3 pengolahan yang memanfaatkan faktor fisikawi dan bahan
pengawet, serta 4 pengolahan dengan cara fermentasi.
2.1.3 Aktivitas-aktivitas industri di Pelabuhan Perikanan
Menurut Indrianto 2006 pelabuhan perikanan digunakan untuk mengelola aktivitas yang meliputi proses pendaratan, pelelangan, pengolahan dan pemasaran
ikan. Aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat bergantung kepada kelengkapan fasilitas yang ada di pelabuhan seperti dermaga,
kolam pelabuhan dan alur pelayaran yang dapat memperlancar kapal-kapal perikanan untuk bertambat di pelabuhan guna melakukan pembongkaran hasil
tangkapan dan menyediakan bahan perbekalan untuk melaut. Hasil tangkapan yang telah dibongkar akan dibawa ke TPI dan selanjutnya dilakukan pelelangan
ikan sebagai awal dari pemasaran ikan. Aktivitas pengolahan ikan hasil tangkapan di pelabuhan biasanya dilakukan pada saat musim ikan untuk menampung
produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar. Aktivitas pemasaran berawal dari tempat pelelangan ikan hingga ke tangan konsumen.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aktivitas-aktivitas industri di pelabuhan perikanan termasuk ke dalam aktivitas Industri kepelabuhanan perikanan yang
digolongkan menjadi 3 kelompok industri yaitu industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan, dan industri tambahan atau pendukung. Menurut Pane
2007 aktivitas dari industri penangkapan ikan meliputi usaha penangkapan ikan, pembuatan kapal galangan kapal, pembuatan alat tangkap pabrik alat tangkap
dan lain-lain. Aktivitas dari industri pengolahan ikan meliputi pembekuan ikan ikan, udang, dan lain-lain dan pengolahan ikan. Aktivitas yang ada pada jenis
industri tambahan adalah perbaikan kapal dan mesin kapal, perbaikan alat tangkap, pabrik es, dan lain-lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :PER.18 MEN2006 tentang Skala Usaha Pengolahan Hasil Perikanan maka usaha
perikanan dibedakan menjadi: a. Usaha pengolahan hasil perikanan skala mikro;
b. Usaha pengolahan hasil perikanan skala kecil; c. Usaha pengolahan hasil perikanan skala menengah;
d. Usaha pengolahan hasil perikanan skala besar.
Keempat jenis skala usaha pengolahan ini memiliki aktvitas yang sama yaitu: meliputi aktivitas penyediaan bahan baku, pengolahan ikan dan aktivitas
pemasaran. Ketiga aktivitas tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, karena karakteristik ikan sebagai produk yang mudah busuk sehingga
membutuhkan penanganan mutu ikan yang akan menjaga terhadap kerusakan atau menurunnya mutu produk perikanan tersebut. Kegiatan bahan baku merupakan
kegiatan penting yang dapat mempengaruhi produksi suatu usaha. Hal ini dikarenakan jika terjadi kekurangan bahan baku dapat menyebabkan proses
pengolahan dan pemasaran menjadi terhambat atau tidak efektif. Aktivitas pengolahan ikan meliputi proses produksi terdiri dari serangkaian kegiatan yang
saling berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Aktivitas pemasaran dapat dilakukan apabila produk telah siap untuk dijual ke
konsumen. Rantai pemasaran berawal dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen.
Aktivitas industri pengolahan ikan yang ada di pelabuhan perikanan juga memiliki ketiga aktivitas tersebut. Menurut Pane 2007, penetapan jenis industri
di suatu pelabuhan perikanan dilakukan dengan mempertimbangkan: 1
Bahan baku utama, antara lain ikan basah segar dan ikan basah tidak segar kurang sampai tidak segar
2 Jenis ikan yang tersedia
3 Ukuran ikan yang tersedia
4 Prasarana atau infrastruktur serta jenis sarana yang tersedia dan yang akan
dibangun di pelabuhan perikanan danatau di sekitar pelabuhan perikanan 5
Bahan-bahan penunjang atau tambahan yang tersedia, seperti kaleng dan tomat untuk industri ikan kaleng, serta es pabrik es untuk filet ikan.
6 Pelayanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, mencakup jenis dan cara
pelayanan bahan baku industri, jenis dan cara pelayanan fasilitas, serta pelayanan pengurusan kemudahan perijinan ekspor dan sebagainya.
Industri pengolahan ikan membutuhkan ikan dalam kondisi yang segar untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu prima, sehingga dapat dijual
dengan harga produk setinggi mungkin. Cara pengolahan ikan yang baik pada industri pengolahan ikan juga dapat menambah nilai jual produk.
2.2 Bahan Baku Utama Ikan 2.2.1 Jenis-jenis industri Pengolahan Ikan yang ada
Hasil dari sektor perikanan banyak sekali dimanfaatkan oleh masyarakat baik dalam keadaan segar maupun setelah diolah. Ikan segar biasa dikonsumsi
untuk makanan sehari-hari baik di lingkungan rumah tangga ataupun di berbagai tempat makan komersil. Pengolahan dilakukan oleh beberapa industri pengolahan
ikan yaitu:industri pengalengan ikan, industri pengasapan ikan, industri pembekuan ikan, industri pemindangan ikan, industri penggaramanpengeringan
ikan, industri pengolahan lainnya Indonesian Investment Coordinating 2010.
Semua bentuk pengolahan adalah untuk membuat produk agar dapat lebih diterima oleh konsumen atau untuk membuat produk agar memiliki konsumen
yang lebih besar yaitu meliputi berbagai golongan etnis, agama dan kalangan lainnya Irianto dan Giyatmi 2009. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa tujuan dari
pengolahan adalah untuk 1 mengawetkan ikan, 2 mengubah bahan baku menjadi produk yang disukai konsumen, 3 mempertahankan mutu ikan, 4
menjamin keselamatan konsumen akibat mengkonsumsi produk olahan ikan, dan 5 memanfaatkan bahan baku lebih maksimal.
Menurut Heruwati 2002 bahwa pengolahan ikan secara tradisional di Indonesia dilakukan oleh para nelayan dan keluarganya di sepanjang pantai
tempat pendaratan ikan dengan cara pengolahan yang diwariskan secara turun- temurun. Cara pengolahan tradisional seperti penggaraman, pengeringan,
pemindangan, pengasapan, dan fermentasi lebih dominan dilakukan daripada cara pengolahan modern seperti pembekuan dan pengalengan. Jenis olahan yang
termasuk produk olahan tradisional ini adalah ikan kering atau asin kering, ikan pindang, ikan asap serta produk fermentasi yaitu kecap, peda, terasi, dan
sejenisnya.
Jenis olahan yang umumnya terdapat di pelabuhan perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Jakarta, masih bersifat tradisional
dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik antara lain jenis pengolahan pengasinan dan pemindangan. Jenis industri olahan
lainnya yang sering dijumpai di lingkungan luar pelabuhan seperti pengalengan ikan, kerupuk, dan terasi Lubis, 2006.
Namun di beberapa tempat perkembangan industri pengolahan ikan baik tradisional maupun modern berjalan seimbang. Salah satunya kegiatan
agroindustri pengolahan ikan hasil tangkapan di Muncar baik industri pengolahan ikan tradisional maupun modern sudah berkembang. Industri pengolahan ikan
yang ada di Muncar meliputi industri pengalengan, pindang, gaplek ikan, tepung
ikan, minyak ikan, dan kerupuk ikan Mira, Sari, dan Koeshendrajana, 2007 vide Witry 2010.
2.2.2 Jenis-jenis bahan baku ikan yang dibutuhkan per jenis industri
pengolahan ikan
Jenis industri pengolahan ikan yang berbeda umumnya membutuhkan bahan baku ikan yang berbeda pula. Misalnya untuk industri pengolahan ikan asin, jenis
ikan yang paling sering diasinkan adalah ikan teri Stolephorus spp., patin Pangasius hypophthalmus, manyung Arius thalassinus, layur Trichiurus
lepturus, pepetek Leiognathus spp., dan lain-lain. Industri pengolahan kerupuk kulit dan pengolahan kulit pari umumnya membutuhkan bahan baku ikan pari
Dasyatis spp..
Menurut Anisah dan Indah 2007 jenis bahan baku ikan untuk industri pengolahan pindang ikan beragam. Mulai dari ikan kecil hingga ikan besar dan
dari ikan air tawar sampai ikan air laut. Jenis ikan air tawar yang dapat dijadikan bahan baku dalam pengolahan pindang ikan yaitu: nila Oreochromis niloticus,
tawes, gurami Ospronemus gouramy, mujair Oreochromis mossambicus, sepat siam Trichogaster pectoralis, tambakan Helostoma temincki, dan ikan mas
Cyprinus Carpio, sedangkan jenis ikan laut terdiri dari: layang Decapterus spp., kembung Rastreliger spp., tongkol Auxis thazard, bawal Stromateus
spp., selar Selaroides leptocepis, kuro Polynemus spp., bandeng Chanos chanos, lemuru Sardinella longiceps, pepetek Leiognathus spp., japuh
Dussumieria acuta, tembang Sardinella gibbosa, ekor kuning Lutjanus chrysurus, dan hiu Selachimorpha spp.. Jenis ikan yang digunakan sebagai
bahan baku dalam pengolahan pindang di Kelurahan Tegalsari, kota Tegal yaitu layang Decapterus spp., bentong Selar sp., kunir Upeneus sp., tiga waja
Johnius sp, lemuru Sardinella sp. dan tongkol Auxis thazard.
2.2.3 Sumber bahan baku utama ikan
Salah satu hal yang penting dalam industri pengolahan ikan adalah penyediaan bahan baku ikan. Ketersediaan bahan baku akan menentukan
kelangsungan usaha bagi industri pengolahan ikan. Begitu pentingnya bahan baku, sehingga industri pengolahan tidak bisa melakukan aktivitasnya tanpa
adanya bahan baku. Selanjutnya dikatakan pula bahwa salah satu tempat untuk mendapatkan bahanbaku adalah tempat pelelangan ikan TPI yang merupakan
tempat memasarkan ikan yang berasal dari kapal-kapal penangkap ikan. Apabila produksi ikan di pelabuhan perikanan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan
bahan baku industri pengolahan ikan, maka perusahaan bisa mendatangkan bahan baku dari luar daerah.
Persyaratan utama pada pengolahan produk pangan adalah adanya jaminan pasokan bahan baku dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan
pengoperasian yang efisien. Pada saat ini industri penangkapan ikan masih mengalami kesulitan dalam melakukan pemasokan atau pemanenan secara
terjadwal. Karena kegiatan penangkapan sangat dipengaruhi oleh keadaaan alam seperti kondisi cuaca dan laut Irianto dan Giyatmi 2009. Selain itu dijelaskan
pula bahwa pengolahan tidak dapat memperbaiki mutu produk. Bahan baku yang
jelek akan menghasilkan produk dengan mutu yang jelek juga. Sedapat mungkin sepanjang rantai mulai dari panen sampai ke tangan konsumen, ikan dijaga
mutunya setinggi mungkin.Kegagalan dalam melindungi mutu ikan pada salah satu titik dalam rantai tersebut dapat menyebabkan produk yang dihasilkan
berkualitas jelek.
Kebutuhan bahan baku sangat berpengaruh dalam proses produksi, bahkan dapat menjadi hambatan dalam proses produksi jika tidak dapat terpenuhi.
Misalnya pada pengolahan ikan modern seperti pengalengan atau pembekuan menuntut pasokan bahan baku yang bermutu tinggi, jenis dan ukuran seragam
serta tersedia dalam jumlah yang cukup banyak sesuai dengan kapasitas industri. Di Indonesia, persyaratan tersebut sulit dipenuhi karena beberapa hal. Pertama,
corak perikanan bersifat perikanan rakyat, dengan 90 armada perahu kecil tanpa motor, pola produksinya tersebar di antara nelayan yang sangat banyak
jumlahnya, sedangkan hasil tangkapan nelayan hanya sedikit. Kedua, perikanan tropic menjadi kendala dalam memasok ikan dengan jenis dan ukuran ikan yang
sangat beragam.Kedua hal ini menjadi kendala dalam memasok ikan dengan jenis dan ukuran ikan seragam serta jumlah yang cukup Heruwati2002. Hal ini juga
yang menyebabkan pengolahan ikan secara tradisional lebih banyak dilakukan dibandingkan pengolahan ikan modern.
2. 3 Lahan Industri di Pelabuhan Perikanan 2.3.1 Lahan industri pengolahan dan kebutuhanlahannyapenggunaan lahan
industri pengolahan di PPPPI
Lahan merupakan kebutuhan utama untuk berkembangnya industri pengolahan ikan di pelabuhan. Lahan juga merupakan unsur yang berpengaruh
dalam menentukan posisi perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi jarak pengangkutan dari TPI ke tempat pengolahan. Dekatnya jarak TPI ke tempat
pengolahan akan membuat perusahaan pengolah ikan lebih efektif dan efisien. Menurut Sumiati 2008 bahwa lahan adalah bagian daratan yang menampung
seluruh fasilitas pelabuhan.
Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan daya dukungnya, karena lahan memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini dapat dilihat dari kemampuan lahan
antara lain kemiringan lahan, tekstur tanah, drainase, kedalaman efektif, erosi, fisiografi, geologi, dan jenis tanah BPN 1996 vide Irianta 2008. Pertimbangan
lain karena lahan sebagai bagian dari ruang yang sifatnya terbatas dalam kuantitas, memiliki sifat unit dalam hal lokasi, dan cenderung mengalami
penurunan dalam melayani tuntutan pembangunan. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa lahan merupakan salah satu sumber daya alam dengan multi dimensi,
meliputi dimensi fisik ruang, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan.
Salah satu bentuk penggunaan lahan yaitu untuk aktivitas industri. Dalam penggunaan lahannya harus memenuhi syarat-syarat lokasi antara lain tingkat
ketinggian dan kemiringan lahan kurang dari 5 yang berada di luar wilayah banjir, bukan zona labil dan bukan daerah patahan atau retakan, berlokasi di
daerah pusat kota atau daerah pinggiran menyebar dalam ruang kota, kemudahan aksesibilitas baik ke fasilitas transportasi komersial maupun ke tenaga kerja,
tersedianya jaringan utilitas, kesesuaian dengan penggunaan lahan di daerah sekitarnya, kesesuaian lokasi dengan pengelolaan kualitas udara Chapin 1979
vide Irianta 2008. Selain itu keberadaan industri di suatu tempat juga tergantung pada faktor lingkungan yang akan menentukan keberlangsungan industri.
Industri-industri umumnya terkonsentrasi pada suatu kawasan yang disebut kawasan industri. Pengertian kawasan industri menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri adalah tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prsarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.
Spesifikasi dan fasilitasi kawasan industri juga dijelaskan dalam pasal 10, yaitu:
1 Luas lahan Kawasan Industri paling rendah 50 lima puluh hektar dalam satu hamparan;
2 Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk usaha mikro, kecil, dan menengah paling rendah 5 lima hektar dalam satu hamparan.
Selanjutnya dijelaskan pula mengenai pengertian kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Semakin jelas pula bahwa sumberdaya lahan
merupakan salah satu faktor produksi.
PER.08MEN2012 mengenai Kepelabuhanan Perikanan juga menjelaskan kriteria operasional untuk masing-masing tipe pelabuhan perikanan terkait dengan
industri pengolahan ikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tersebut maka pelabuhan perikanan samudera tipe A,
pelabuhan perikanan nusantara tipe B, pelabuhan perikanan pantai PPP diwajibkan memiliki industri pengolahan ikan dalam kegiatan operasionalnya,
sedangkan untuk pangkalan pendaratan ikan tipe D tidak memiliki kriteria operasional untuk memiliki industri pengolahan ikan di dalam pangkalan
pendaratan ikan tersebut KKP 2012. 2.3.2 Contoh-contoh lahan industri di pelabuhan perikanan tipe A dan tipe B
Menurut Priyatno 2007 lahan industri merupakan lahan yang tepat untuk pengembangan industri pengolahan ikan.Salah satu pelabuhan perikanan tipe A
yang memiliki area industri adalah Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pada tahun 2006 PPS Cilacap telah
menggunakan lahan seluas 42.949,7 m
2
dan menyisakan lahan seluas 84.354,30 m
2
yang belum dimanfaatkan. Lahan industri PPS Cilacap yang dimanfaatkan tersebut ternyata bukan hanya dikhususkan untuk industri pengolahan ikan saja
namun juga diperuntukkan untuk aktivitas terkait baik yang statusnya penunjang maupun utama. Kondisi tersebut menunjukkan adanya persaingan pemanfaatan
lahan tersisa antara industri pengolahan ikan dengan industri perikanan lainnya.
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa peraturan penyewaan lahan industri di PPS Cilacap adalah mengikuti peraturan pemerintah No. 19 tahun 2006 tentang
tarif penerimaan bukan pajak pada Departemen Kelautan dan Perikanan maka lahan industri di PPS Cilacap termasuk kepada lahan pelabuhan pada kategori
pelabuhan perikanan samudera. Biaya lahan pelabuhan pada kategori pelabuhan tersebut terbagi atas dua kategori yaitu biaya pengembangan dan sumbangan
pemeliharaan prasarana.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 2002 tentang
tarif atas penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan maka biaya imbalan jasa tanah akan lahan dan bangunan pada
pelabuhan perikanan juga dibedakan menjadi biaya tanah atau lahan pelabuhan, biaya bangunan pelabuhan perikanan, dan biaya tanah atau lahan yang dipakai
untuk lapangan penjemuran jaringpenjemuran ikan dan tempat penumpukan barang.
Tabel 1 Biaya sewa tanah atau lahan pelabuhan dan bangunan pelabuhan perikanan yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan
berdasarkan PERMEN No. 19 tahun 2006
Biaya sewa Satuan
Nilai rupiah A. Tanah Pelabuhan
1. Biaya
Pengembangan developmet
charge a.
Pelabuhan Perikanan Samudera Per m
2
hari 1.200
b. Pelabuhan Perikanan Nusantara
Per m
2
hari 1.000
c. Pelabuhan Perikanan Pantai
Per m
2
hari 800
2. Sumbangan pemeliharaan prasarana
a. Pelabuhan Perikanan Samudera
Per m
2
hari 800
b. Pelabuhan Perikanan Nusantara
Per m
2
hari 700
c. Pelabuhan Perikanan Pantai
Per m
2
hari B. Bangunan pelabuhan perikanan
600 1.
Bangunan sementara Per m
2
hari 3.000
2. Bangunan semi permanen
Per m
2
hari 6.000
3. Bangunan permanen
Per m
2
hari 8.000
C. Tanah yang dipakai untuk: 1.
Lapangan penjemuran jaringpenjemuran ikan
a. Ruanganlapangan terbuka beratap
Per m
2
hari 50
b. Ruanganlapangan terbuka tidak beratap
Per m
2
hari 30
2. Tempat penumpukan barang
a. Ruanganlapangan terbuka beratap
Per m
2
hari 500
b. Ruanganlapangan terbuka tidak beratap
Per m
2
hari 350
Sumiati 2008 mengatakan bahwa salah satu pelabuhan perikanan tipe B
yang memiliki industri pengolahan ikan di dalam pelabuhan tersebut adalah PPN Palabuhanratu.Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki areal
seluas 10,29 ha dimana luas lahan untuk kegiatan industri pengolahan adalah 5.582 m
2
. Luas lahan yang diperlukan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16MEN2006 tentang pelabuhan perikanan diperlukan
seluas minimal 15 ha belum termasuk kolam pelabuhan, sehingga paling tidak maksimum luas lahan yang diperlukan untuk PPN Palabuhanratu adalah 30 ha
sesuai dengan batas minimum lahan PPS. Kapasitas lahan di PPN Palabuhanratu yang tersedia telah termanfaatkan seluruhnya. Selanjutnya
dijelaskan juga bahwa PPN Palabuharatu menyediakan kemudahan bagi industri
pengolahan dengan cara menyewa tempat sesuai kontrak. Peran PPN Palabuhanratu yaitu hanya sebagai pihak mediator antara penyewa lahan dengan
Departemen Kelautan dan Perikanan DKP.
2.3.3 Contoh-contoh aktivitas industri pengolahan di PP Tipe A dan Tipe B
Pelabuhan perikanan memerlukan industri pengolahan ikan untuk menunjang kegiatan pengolahan hasil tangkapan yang telah didaratkan di
pelabuhan tersebut. Aktivitas industri pengolahan ikan yang dilakukan cukup beragam disesuaikan dengan jenis industri pengolahan ikan.Salah satu contoh
pelabuhan perikanan tipe A yang memiliki aktivitas industri pengolahan ikan adalah Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Cilacap. Menurut Priyatno 2007
kondisi aktual industri pengolahan ikan di PPS Cilacap didominasi oleh industri- industri pengolahan ikan yang berada di luar PPS Cilacap.Ada sembilan jenis
olahan yang ada di Kabupaten Cilacap, tetapi hanya dua jenis yang berada di PPS Cilacap yaitu pembekuan dan ubur-ubur asin kering. Pada tahun 2002 sampai
tahun 2005 industri pengolahan ikan yang bergerak secara kontinyu di PPS Cilacap adalah PT. Toxido Prima dan PT. Kusuma Suisan Jaya. Jenis produk
olahan kedua perusahaan tersebut berupa udang beku, lobster beku, layur beku, bawal beku, ubur-ubur kering dan teri kering. Jumlah produk olahan ikan di PPS
Cilacap pada tahun 2005 mencapai 1.170,12 ton.
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman PPSNZJ yang juga merupakan pelabuhan perikanan tipe A memiliki aktivitas industri pengolahan
ikan yang beragam sesuai dengan produk akhir yang akan dihasilkan Hadiyanto, 2004. Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan ikannya antara lain fillet,
tuna loin, ikan kaleng, ikan beku, ikan pindang. Menurut Ibrahim 2004, industri perikanan di Indonesia cukup banyak jumlahnya dan terkonsentrasi pada beberapa
lokasi khusus seperti Muara Baru dan Muara Angke Jakarta, Pekalongan dan Muncar Banyuwangi.
Usaha pengolahan ikan yang ada di PPN Palabuhanratu sebagai salah satu pelabuhan
perikanan tipe
B terkonsentrasi
di luar
lokasi PPN
Palabuhanratu.Pengolahan tersebut masih diusahakan secara tradisional. Jenis- jenis usaha pengolahan ikan yang ada di PPN Palabuhanratu antara lain adalah
pembekuan, pengasinan, pemindangan, kerupuk ikan, abon ikan dan pembuatan bakso ikan Sumiati 2008. Selanjutnya dijelaskan bahwaindustri pengolahan di
PPN Palabuhanratu tersebut adalah PT. AGB Palabuhanratu yang bergerak pada pemekuan khusus ikan layur.Volume produksi PT. AGB Palabuhanratu
mengalami perubahan setiap bulannya tergantung pada ketersediaan ikan dan permintaan pelanggan.
2.4 Analisis Usaha Industri Pengolahan Ikan
Tujuan akhir suatu usaha adalah mendapatkan laba. Tingkat laba yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan usaha. Laba dapat
menunjukkan efektivitas pemanfaatan sumberdaya, selain itu juga dapat memacu perkembangan usaha dan penambahan modal, peningkatan mutu, pengembangan
teknologi, pelayanan yang lebih bagus terhadap konsumen, dan perbaikan kesejahteraan para pekerja. Untuk mengetahui gambaran laba yang didapatkan
maka diperlukan analisis usaha Wibowo 1996.
Menurut Hidayat 2007 analisis usaha merupakan suatu usaha dari sudut pandang atau badan dan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam
proyek atau usaha, dinyatakan dalam rupiah. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya R-C ratio,
analisis waktu balik modal payback period dan analisis return of investment ROI.
Analisis RC ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap rupiah yang digunakan dapat memberikan nilai penerimaan
sebagai manfaat Sugiarto et al. 2002 vide Hidayat 2007. Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi initial cash investment dengan menggunakan aliran kas Umar 2003 vide Hidayat 2007. Return of investment ROI adalah kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan Riyanto 2003 vide Hidayat 2007.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian