100
7 ANALISIS USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PHPT PPI MUARA ANGKE
7.1 Industri Pengolahan Ikan Asin
Usaha industri pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke saat ini dapat diduga berada pada kondisi menguntungkan bagi para pengusaha pengolah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu kegiatan produksi yang cukup sederhana sehingga modal yang diperlukan tidak besar, biaya sewa lahan
tergolong murah hanya sebesar Rp 600.000,00 per tahunnya, dan usaha pengolahan ikan asin ini sudah memiliki pasar atau pelanggan tetap untuk
pemasaran produknya. Analisis usaha industri pengolahan ikan asin ini dapat diketahui melalui biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dan besaran
penerimaan omsetnya.
Analisis usaha industri pengolahan ikan asin dihitung dengan menggunakan duacara, cara pertamaialah analisis usaha yang di dalam proses produksinya
memakai metode perebusan dan dalam satu kali proses produksi menggunakan bahan baku ikan sebanyak 5.000 kg. Cara kedua ialah analisis usaha yang di
dalam satu kali proses produksinya tanpa menggunakan metode perebusan dan dalam satu kali proses produksi memakai bahan baku ikan sebanyak 2.000 kg
ikan. Dalam perhitungan analisis usaha tersebut digunakan satu tahun produksinya adalah 11 bulan.
7.1.1 Biaya investasi
Biaya investasi pada usaha pengolahan ikan asin dengan metode perebusan adalah sebesar Rp 463.660.000,00 untuk masing-masing usaha industrinya. Biaya
yang dikeluarkan tersebut adalah lebih banyak Rp 348.020.000,00 atau 301 dibandingkan dengan kebutuhan investasi usaha pengolahan ikan asin tanpa
metode perebusan. Biaya investasi tersebut di atas dikeluarkan untuk membeli bangunan awal, merenovasi dan menambah bangunan, membuat tempat
perebusan, membuat bak perendaman, membeli ember fiber, membuat para-para, membeli gerobak dan mobil pick up, serta membuat surat izin usaha perdagangan
SIUP dan surat izin penghunian SIP. Masa SIUP berlaku selama usaha tersebut berlangsung, sedangkan SIP adalah selama pengusaha menempati dan memiliki
usaha di PHPT PPI Muara Angke tersebut. Rincian biaya selengkapnya dijelaskan pada Lampiran 2.
Biaya investasi untuk usaha industri pengolahan ikan asin tanpa metode perebusan di PHPT PPI Muara Angke adalah sebesar Rp 115.640.000,00. Biaya
tersebut digunakan untuk membeli bangunan awal, merenovasi dan menambah bangunan, membuat bak perendaman, membeli ember fiber, membuat para-para,
dan membuat SIUP dan SIP. Rincian biaya selengkapnya dijelaskan pada Lampiran 3.
7.1.2 Biaya usahapengeluaran Biaya usaha yang dikeluarkan oleh usaha industri pengolahan ikan asin di PHPT
PPI Muara Angke terdiri dari biaya tetap, biaya tidak tetap variabel, dan biaya penyusutan. Biaya tetap yang dikeluarkan industri pengolahan ikan asin dengan
metode perebusan ini selama satu tahun adalah sebesar Rp 148.453.334,00. Biaya tetap tersebut dikeluarkan setiap tahunnya untuk biaya-biaya sewa lahan usaha
450 m
2
ke PHPT PPI Muara Angke, sewa lahan penjemuran di lapangan dekat pantai, pembelian keranjang, perawatan-perawatan tempat perebusan, bak
perendaman, ember fiber, gerobak, para-para, dan mobil pick up, upah tenaga kerja dan biaya-biaya penyusutan. Jumlah biaya penyusutan untuk usaha industri
pengolahan ikan asin terdiri dari biaya-biaya penyusutan bangunan, bak perendaman ember fiber dan para-para. Rincian biaya selengkapnya dijelaskan
pada Lampiran 2.
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha industri pengolahan ikan asin tanpa perebusan di PHPT PPI Muara Angke selama satu tahun adalah Rp
80.113.333,00 atau lebih kecil Rp 68.320.001,00 dibanding biaya tetap usaha industri pengolahan ikan asin dengan perebusan. Biaya tetap tersebut dikeluarkan
setiap tahunnya untuk biaya-biayamenyewa lahan usaha 150 m
2
ke PHPT PPI Muara Angke, menyewa lahan penjemuran ke tetangga, perawatan bangunan,
perawatan bak perendaman, perawatan ember fiber, dan perawatan para-para, upah tenaga kerja, dan biaya-biaya penyusutan. Penyusutan merupakan dana
yang dicadangkan dalam setiap tahun proyek agar di akhir tahun proyek tahun ke-30, pengusaha dapat membeli atau mengganti semua bangunan, lahan dan
peralatan yang dapat dianggap habis atau masih ada di akhir tahun 30.Pada industri pengolahan ikan asin dengan menggunakan metode perebusan, biaya
penyusutannya terdiri dari biaya-biaya penyusutan bangunan, tempat perebusan, bak perendaman, gerobak, para-para, dan biaya penyusutan mobil pick up.
Rincian biaya selengkapnya dijelaskan pada Lampiran 3.
Biaya tidak tetap yang dikeluarkan usaha pengolahan ikan asin dengan menggunakan metode perebusan adalah sebesar Rp 21.947.930.000,00 dan untuk
usaha pengolahan ikan asin tanpa metode perebusan sebesar Rp 3.440.200.000,00. Biaya tidak tetap pada usaha industri pengolahan ikan asin dengan metode
perebusan dikeluarkan untuk melakukan pembelian-pembelian bahan baku ikan, garam, pisau, kayu bakar, biaya bensin, upah tenaga kerja harian, biaya listrik, air,
dan biaya kemasan Lampiran 2, sedangkan pada usaha pengolahan ikan asin anpa metode perebusan biaya tidak tetap dikeluarkan untuk melakukan pembelian
bahan baku ikan, garam, pembelian pisau, bensin, biaya listrik dan air, biaya kemasan, dan biaya angkutan Lampiran 3.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa besaran biaya usaha jumlah biaya tetap, tidak tetap dan penyusutan paling besar
yang dikeluarkan oleh kedua jenis industri pengolahan ikan asin ini adalah biaya usaha industri pengolahan ikan asin dengan menggunakan metode perebusan yaitu
Rp 22.096.383.334,00, sedangkan tanpa perebusan hanya 15,6 dari biaya usaha dengan metode perebusan. Sofia 2008 mengatakan bahwa untuk memperoleh
keuntungan yang besar, cara yang paling umum digunakan oleh perusahaan atau industri adalah dengan menekan biaya produksi daripada menaikkan harga jual.
7.1.3 Penerimaan usaha