Industri pengolahan ikan asin

42 5 PENGGUNAAN BAHAN BAKU DAN PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PHPT PPI MUARA ANGKE

5.1 Kondisi Industri Pengolahan Ikan

Sebagian terbesar industri pengolahan ikan yang ada di PHPT PPIMuara Angke merupakan industri pengolahan ikan asin, sekitar 92 PHPT 2012. Usaha pengolahan ikan asin ini dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat di PHPT di Muara Angke yang berlokasi di PPI Muara Angke. Selain itu, di PHPT PPI Muara Angke juga terdapat pengolahan ikan asap, pengolahan kulit ikan pari dan pengolahan ikan pindang. Pemindangan di kawasan PHPT PPI Muara Angke memiliki unit pengolahan yang paling sedikit yaitu 1 unitsubbab 4.2.3.

5.1.1 Industri pengolahan ikan asin

Industri pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke merupakan industri yang bergerak di bidang pengolahan yang mengubah bahan mentah yaitu ikan basah, menjadi barangproduk jadi atau setengah jadi yaitu ikan asin kering. Industri ini secara resmi merupakan usaha Koperasi Mina Jaya, namun usaha koperasi ini tidak berjalan baik sehingga pada kenyataannya usaha pengolahan ikan ini merupakan usaha perorangan atau swasta. Pada usaha ini pemilik bertanggung jawab terhadap kelancaran usahanya. Pemilik belum menggunakan mesin didalam usahanya. Bila mengacu pada Firdaus 2008, yang menyatakan bahwa usaha dibedakan berdasarkan lapangan usahanya, kepemilikan modalnya, tanggung jawab terhadap anggotanya, dan perbandingan penggunaan tenaga kerja mesin dan tenaga kerja manusia, maka usaha pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke selain tergolong usaha industri yang mengubah bahan mentah menjadi bahan jadisetengah jadi, juga tergolong usaha swasta yang modalnya berasal dari perseorangan atau sekelompok orang, tergolong usaha dimana pemilik bertanggung jawab penuh terhadap seluruh harta benda yang diikutsertakan dalam usaha dan pribadinya, dan tergolong usaha yang dalam kegiatan produksinya lebih mengutamakan tenaga kerja manusia daripada tenaga mesin. Pemilik usaha pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke selain bertindak sebagai pemilik juga sebagai pengelola dan pemimpin dalam usaha tersebut, bahkan tidak jarang pemilik usaha juga ikut dalam proses produksi tersebut. Sehingga jika diklasikasikan berdasarkan klasifikasi Firdaus 2008 mengenai bentuk usaha maka industri pengolahan ikan asin ini tergolong perusahaan swasta. Industri pengolahan ikan asin di PHPTPPI Muara Angke umumnya mempekerjakan sekitar 3-10 orang tenaga kerja per industri pengolahan ikan. Tenaga kerja tersebut memiliki keterikatan kerja dengan pemilik dan menerima gaji setiap bulannya berkisar antara Rp 1.440.000,00 hingga Rp 1.540.000,00 per orang atau dapat juga tenaga kerja tersebut dibayar per hari dengan upah setiap harinya sekitar Rp 70.000,00 per orang. Industri pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke mempunyai omset setiap tahunnya sekitar 2 miliar rupiah untuk industri pengolahan ikan asin dengan perebusan danomset sebesar Rp 100.000.000,00 hingga Rp 300.000.000,00 untuk industri pengolahan ikan asin tanpa perebusan. Selain itu, sebagian besar industri pengolahan ikan asin di PHPT PPI Muara Angke ini sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP. Bila mengacu pada peraturan menteri PER. 18MEN2006 mengenai skala usaha pengolahan hasil perikanan yang dibagi menjadi 4 skala, yaitu skala mikro, skala kecil, skala menengah dan skala besar http:www.stp.kkp.go.id, maka skala usaha industri pengolahan ikan asin di PHPT Muara Angke tergolong skala mikro. Skala usaha mikro menurut PER. 18MEN2006 memiliki salah satu kriteria sebagai berikut yaitu nilai omset industri pengolahan ikan antara 1 miliar hingga 3 miliar rupiah untuk industri pengolahan ikan asin dengan perebusan dan 100 juta hingga 1 miliar rupiah per tahun untuk industri pengolahan ikan asin tanpa perebusan, asset atau kekayaan produktif di luar bangunan dan tanah yang dikonversi dalam rupiah sebesar 100 juta-1 miliar, jumlah tenaga kerja 10 orang, status hukum dan perijinan dalam kategori berbadan hukum, menerapkan teknologi, teknis dan manajerial industri tersebut belum memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan SKP yaitu industri yang belum atau sudah menerapkan dan memenuhi persyaratan kelayakan dasar tetapi belum dilakukan penilikan oleh petugas pengawas mutu yang ditunjuk oleh Competent Authority. Usaha pengolahan ikan asin di Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional PPI Muara Angke yang metode sebelumnya tanpa perebusan, tetapi saat ini telah menggunakan metode perebusan. Setiap pengolah ikan asin juga difasilitasi oleh PHPT PPI Muara Angke berupa bangunan 2 dua lantai dengan ukuran 5x5 m²; selanjutnya dilengkapi dengan para-para penjemuran ikan dengan ukuran 5x25 m² yang berada di halaman belakang bangunan pengolahanyang terbuat daritiang beton dan penjemuran bambu seperti telah dijelaskan pada Bab 4. Kegiatan usaha pengolahan ikan ini sebenarnya berada di atas lahan milik PPI Muara Angke, sehingga pengusaha dikenakan biaya sewa fasilitas Rp 50.000,00 setiap bulannya oleh PHPT PPI Muara Angke sebagai pengelola lahan tersebut. Meski demikian, pihak PHPT maupun PPI Muara Angke tidak memiliki atau ikut menanam modal atau saham di usaha tersebut, tetapi lebih berperan mengatur keberlangsungan usaha pengolahan di PHPT Muara Angke tersebut dan menyiapkan fasilitas kepada para pengolah melalui penyewaan. Usaha pengolahan ikan asin di atas sebenarnya juga sudah dilakukan jauh sebelum PHPT PPI Muara Angke dibangun pada tahun 1984 seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Produk yang dihasilkan berupa ikan asin kering dipasarkan sendiri oleh para pengolah ikan asin, biasanya mereka sudah memiliki pelanggan sendiri baik yang datang langsung ke lokasi produksi maupun yang diantar ke pihak pembeli. Pembeli produk ikan asin tersebut bisa dari berbagai daerah seperti Bandung, Tangerang, Banten, Bogor, Bangka, Lampung, Surabaya, Medan, atau kebanyakan daerah yang berlokasi di dataran tinggi atau pegunungan.

5.1.2 Industri pengolahan ikan asap