Tabel 32 Nilai RC, ROI, dan PP pada empat jenis industri pengolahan ikan di PHPT PPI Muara Angke tahun 2012
Jenis industri pengolahan ikan RC
ROI PP
1. Industri pengolahan ikan asin
- Dengan Perebusan
1,10 448
0,22 -
Tanpa perebusan 1,07
208 0,48
2. Industri pengolahan ikan asap
1,07 38
2,61 3.
Industri pengolahan ikan pindang
1,13 160
0,63 4.
Industri pengolahan kulit ikan -
Industri pengolahan kulit ikan untuk konsumsi dan
tulang ikan untuk kosmetik 1,10
191 0,52
- Industri pengolahan kulit
ikan untuk penyamakan 1,09
64 1,57
8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1 Terkait dengan penggunaan bahan baku ikan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: 1
Industri pengolahan di PHPT Kawasan PPI Muara Angke menggunakan bahan baku ikan per bulan masing-masing sebesar 140.000 kg untuk
industri pengolahan ikan asin dengan perebusan dan 28.000-84.000 kg untuk industri pengolahan ikan asin tanpa perebusan, 2.800-4.200 kg untuk
industri pengolahan ikan asap, 630-740 kg untuk industri pengolahan ikan pindang, 42.000 kg kulit ikan pari dan 8.400-11.200 kg tulang ikan untuk
industri pengolahan kulit ikan pari untuk konsumsi dan tulang ikan untuk kosmetik, 14.000 lembar atau kurang lebih 7.000 kg untuk industri
pengolahan kulit ikan pari untuk penyamakan.
2 Kebutuhan bahan baku ikan dari sisi jenis ikan, jumlah dan kualitas belum
dapat dipenuhi oleh pasokan hasil tangkapan didaratkan atau yang disediakan TPI PPI Muara Angke. Pasokan kebutuhan bahan baku juga
diperoleh pihak pengusaha industri pengolahan melalui ikan yang masuk dari jalur darat ke PPI Muara Angke dan pihak pengusaha industri
pengolahan membeli ikan ke cold storage PPS Nizam Zachman Jakarta dan cold storage PPI Muara Angke.
3 Proses produksi masing-masing jenis olahan di PHPT Kawasan PPI Muara
Angke masih bersifat sederhana dan tradisional. 2
Terkait dengan penggunaan lahan diperoleh kesimpulan sebagai berikut 1
Setiap unit jenis industri pengolahan di PHPTPPI Muara Angke menggunakan luasan lahan masing-masing berkisar 150 m
2
-650 m
2
untuk industri pengolahan ikan asin, 47 m
2
untuk industri pengolahan ikan asap, 104 m
2
untuk industri pengolahan ikan pindang, 559,25 m
2
untuk industri pengolahan kulit ikan untuk konsumsi dan tulang ikan untuk kosmetik, dan
224 m
2
untuk industri pengolahan kulit ikan untuk penyamakan. 2
Besaran luasan lahan yang disediakan untuk masing-masing jenis industri pengolahan ikan di PHPT Kawasan PPI Muara Angke telah ditentukan
luasnya, sehingga apabila terjadi peningkatan produksi pengolahan yang membutuhkan penambahan luasan lahan, maka pengusaha pengolahan
tidak dapat menambah luasan areal pengolahannya ke PHPT. Penambahan luasan lahan hanya dapat dilakukan melalui:
a menyewa lahan ke pengusaha pengolahan lainnya b membeli mengalihkan hak pakai lahan dari pengusaha pengolahan
lainnya 3
Penggunaan tata ruang yang jelas pada proses produksi setiap jenis industri pengolahan di PHPT Kawasan PPI Muara Angke belum dilakukan.
3 Terkait dengan gambaran usaha diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1 Berdasarkan analisis usaha pada keempat jenis usaha pengolahan ikan di
PHPT PPI Muara Angke menguntungkan. Nilai RC terbesar atau senilai 1,15 adalah pada industri pengolahan ikan pindang dan industri
pengolahan kulit pari untuk penyamakan. Nilai ROI paling besar atau 448 adalah pada industri pengolahan ikan asin dengan perebusan. Nilai
PP paling kecil atau senilai 0,22 adalah industri pengolahan ikan asin dengan perebusan.
2 Jumlah penerimaan usaha yang diterima industri pengolahan ikan di PHPT
PPI Muara Angke berbanding lurus dengan jumlah bahan baku yang diolah. Semakin banyak bahan baku yang diolah dalam proses produksi
maka semakin besar pula penerimaan usahanya.
8.2 Saran