Pengembangan kawasan PPI Muara Angke

6.1 Pengembangan kawasan PPI Muara Angke

Berdasarkan rencana relokasi dan pengembangan PPI Muara Angke tahun 2011-2015, maka lahan PHPT yang semula seluas 5 ha akan dipindahkan ke sisi utara ke zona industri perikanan Gambar 19 namun dengan luas yang lebih kecil yaitu 2,5 ha Gambar 20. Alasan pemindahan dan penyempitan lahan PHPT ini dikarenakan adanya rencana relokasi dan pembangunan PHPT yang baru dimana PHPT tersebut akan dimodernisasi khususnya pada proses pengeringannya sehingga lahan yang dibutuhkan PHPT tersebut bisa lebih sedikit dan lebih efisien. Kawasan PPI Muara Angke direncanakan akan dikembangkan menjadi kawasan minapolitan Pelabuhan Perikanan Muara Angke. Kawasan minapolitan Pelabuhan Perikanan Muara Angke tersebut direncanakan terdiri dari beberapa zona yaituzona fasilitas umum tempat kapal bersandarberlabuh, bongkar muat ikan dan fasilitas penunjang lainnya, zona industri, zona eco marine, zona rumah susun, zona pelabuhan penyeberangan ke Kepulauan Seribu, zona pelabuhan perikanan dan BTPI, dan zona hunian UPT. PKPP dan PPI, 2011b. Namun sampai saat penelitian dilaksanakan oleh peneliti, rencana pembangunan tersebut belum seluruhnya dilaksanakan. Pengembangan yang sudah dilakukan baru meliputi rehabilitasi tempat pelelangan ikan yaitu pembangunan tempat pelelangan ikan higienis, pembangunan kantor UPT PKPP dan PPI, dan rehabilitasi pasar grosir. Luas lahan kawasan minapolitan Pelabuhan Perikanan Muara Angke sama dengan luas lahan kawasan PPI Muara Angke yang lama yaitu 71,73 ha. Di dalam rencana pengembangan tersebut dilakukan penataan lokasi relokasi, pembangunan fasilitas baru, dan lebih memoderenisir aktivitas yang ada. Keseluruhan rencana pengembangan terdapat pada Tabel 18. 74 Gambar 19 Overlay peta existing terhadap alokasi dan pengembangan lahan Kawasan PPI Muara Angke tahun 2011 75 Gambar 20 Kondisi existing PHPT dan rencana pemindahan PHPT PPI Muara Angke tahun 2011 Tabel 18 Rencana pengembangan fasilitas di kawasan minapolitan Pelabuhan Perikanan Muara Angke tahun 2011-2015 Rencana pengembangan fasilitas Luas lahan Realisasi sudahbelum m 2 1. Pembangunan dermaga 3.036,0 6,64 Belum 2. Rehab tempat pelelangan ikan atau pembangunan TPI higienis 2.212,00 4,84 Sudah 3. Rehabilitasi pasar grosir 3.915,00 8,56 Sudah 4. Relokasi dan pembangunan PHPT 2.500,00 5,47 Belum 5. Pembangunan kantor UPT. PKPP dan PPI 136,00 0,30 Sudah 6. Relokasi Pujaseri 2.040,00 4,46 Belum 7. Pembangunan gapura dan gerbang masuk pelabuhan Muara Angke 6,40 0,01 Belum 8. Penataan kawasan jalan, trotoar dan taman 31.883,00 69,72 Belum Jumlah 45.728,40 100 Sumber: UPT PKPP dan PPI 2011b Berdasarkan Tabel 23 di atas dapat diketahui bahwa persentase lahan yang cukup besar dimanfaatkan untuk rehabilitasi pasar grosir 8,56, pembangunan dermaga 6,64 dan relokasi dan pembangunan PHPT 5,47. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pengembangan fasilitas di kawasan minapolitan Pelabuhan Perikanan Muara Angke tahun 2011-2015 fokus pada pemasaran, penyediaan bahan baku dan industri pengolahan ikan. Khususnya untuk industri Lokasi baru 5 Ha 2.5 Ha pengolahan ikan tradisional, dengan adanya rencana modernisasi tersebut menunjukkan adanya perencanaan efisiensi proses pengolahan dari industri pengolahan yang ada. Salah satu pelabuhan perikanan yang juga menganut konsep minapolitan adalah Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta PPSNZJ.Zonasi kawasan PPS Muara Baru dijelaskan pada Tabel 19, sebagai berikut: Tabel 19 Zonasi kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 fasilitas Luas lahan m 2 1 Dermaga 27.584,70 7,24 2 Tempat pelelangan ikan 3.182,00 0,84 3 Pemasaran hasil tangkapan 9.856,00 2,59 4 Industri perikanan 339.151,00 89,03 5 Kantor pengelola 1.106,25 0,29 6 Gapura dan gerbang masuk pelabuhan Muara Baru 40,00 0,01 Jumlah 380.919,95 100 Sumber: Nurhalimah 2012 Pemanfaatan lahan pada PPS Nizam Zachman Jakarta dimanfaatkan cukup besar untuk industri perikanan 89,03, dermaga 7,24, dan pemasaran hasil tangkapan 2,59. Hal ini menunjukkan bahwa PPS Nizam Zachman Jakarta fokus kepada industri perikanan, penyediaan kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil tangkapan. Dengan demikian menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan sebagai kawasan minapolitan sangat mengutamakan perkembangan industri pengolahan ikan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.08MEN2012 mengenai Kepelabuhanan Perikanan juga membahas klasifikasi pelabuhan perikanan di Indonesia. Peraturan tersebut menyatakan bahwa industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya hanya terdapat pada pelabuhan perikanan tipe A pelabuhan perikanan samudera, tipe B pelabuhan perikanan nusantara, dan tipe C pelabuhan perikanan pantai; sedangkan untuk pelabuhan perikanan tipe D atau pangkalan pendaratan ikan tidak memiliki kriteria operasional untuk memiliki industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya. Hal ini berbeda dengan pendapat Pane 2012 yang tidak menyetujui gagasan dan menyatakan bahwa industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya seharusnya juga ada di pelabuhan perikanan tipe D karena setiap pelabuhan perikanan memiliki potensi industry yang berbeda dan harus dikembangkan. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk pelabuhan perikanan tipe D tidak perlu harus menunggu menjadi pelabuhan perikanan tipe A, B, atau C untuk mengembangkan industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya di pelabuhan tersebut. Pihak pengelola pelabuhan telah membangun pasar grosir baru dengan 216 unit lapak untuk meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pembeli ikan. Dengan demikian keseluruhan kedua lapak Pasar Grosir berjumlah 1086 unit lapak Simarmata 2011. Selanjutnya Simarmata mengatakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat tingkat menengah ke atas padatahun 2008 telah dibangun pasar pengecer higienis seluas 2.583 m 2 yang lokasinya berada di sebelah barat pasar grosir lama Simarmata 2011.

6.2 Lahan Industri Pengolahan Ikan dan Penggunaan Lahan