Konsep Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Community Forest

atau tinggal pada wilayah-wilayah yang relatif terbuka seperti tepi jalan atau pusat kegiatan basecamp HPH. c. Masyarakat yang menetap, yaitu yang telah tinggal pada suatu kampung termasuk kampung tua yang dibentuk nenek moyang, pada wilayah-wilayah yang memiliki akses lebih luas terhadap kehidupan diluar dan oleh karenanya lebih berkembang dibandingkan kelompok masyarakat terisolir dan transisi.

2.5. Konsep Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Community Forest

Management Konsep pengelolaan hutan oleh masyarakat telah diterima dan diakui sejak dua dekade yang lalu, sebagai salah satu pendekatan potensial dalam mencapai kelestarian hutan. Pendekatan tersebut difokuskan terhadap upaya-upaya penyediaan mata pencaharian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dalam rangka mempertahankan konservasi sumberdaya hutan. Pemikiran tersebut didasarkan pada sejumlah fakta bahwa masyarakat lokal terbukti mampu mengatur pembagian peran diantara mereka, memberi jaminan keadilan pemanfataan dan pengelolaan sumberdaya hutan, serta tanggung jawab dalam mempertahankan kelestarian sumberdaya hutan. Keberhasilan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan tergantung pada tingkat keeratan hubungan antara masyarakat dan sumberdaya hutan. Keeratan hubungan dapat dibangun melalui kejelasan hak milik proverty right dan aturan-aturan lokal yang sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat terhadap sumberdaya hutan Bromley, 1989. Kajian-kajian mengenai masyarakat lokal menjadi penting untuk dibahas tidak hanya dalam memahami bagaimana komunitas lokal memperlakukan sumberdaya alam di sekitarnya, namun tidak hanya memperlakukan tapi juga memanfaatkan berbagai hal yang positif demi kepentingan generasi mendatang. Disamping itu, pola-pola interaksi antara komunitas masyarakat lokal dengan hutan akan teridentifikasi sejumlah kebutuhan, yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam memformulasikan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, dengan menempatkan peran aktif dan akses masyarakat melalui kombinasi manajemen dan teknik-teknik modern Sardjono, 2004. Aspek penting lainnya terkait dengan eksistensi masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan sumberdaya hutan adalah fenomena pengetahuan indegenous indigenous knowledge. Secara umum pengetahuan indegenous diartikan sebagai pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang khusus. Istilah ini sering digunakan dalam pembangunan yang berkelanjutan, pengetahuan lingkungan tradisional, pengetahuan pedesaan, dan pengetahuan lokal. Pengetahuan indegenous dalam sudut pandang yang lebih luas dapat dikategorikan sebagai kebudayaan, yang melibatkan aspek sosial, politik, ekonomi, dan spiritual dalam tata cara kehidupan masyarakat lokal. Sistem-sistem pengelolaan dan perlindungan sumberdaya hutan yang dimiliki oleh masyarakat lokal tidak selamanya berasal dari tradisi atau pengetahuan tradisional yang dimiliki, namun dapat pula berasal dari respon-respon adaptif yang dilakukan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya Berkes, 2004. Dalam kasus lain dijelaskan bahwa pengetahuan indegenous yang telah beradaptasi dengan baik dan efektif untuk mempertahankan kehidupan mereka, dalam kondisi tertentu menjadi tidak sesuai lagi dibawah kondisi lingkungan yang terdegradasi. Meskipun pada dasarnya pengetahuan indegenous memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan ekologis, tetapi jika perubahan tersebut drastis dan cepat, maka pengetahuan yang berkaitan dengan perubahan ekologis tersebut tidak sesuai lagi. Bahkan penerapan pengetahuan lama yang tidak sesuai akan memperparah kerusakan lingkungan Roslinda, 2008. Masyarakat indigenous mampu dan telah mengakumulasikan pengetahuan empirik yang berharga dari pengalaman mereka berinteraksi dengan lingkungan dan sumberdaya alam. Kearifan ini berdasarkan pemahaman yang dalam, bahwa manusia dan alam membentuk kesatuan yang tak terpisahkan sehingga harus hidup selaras dengan alam. Pandangan ekologi-sentris ini secara umum direfleksikan dalam sikap mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alamnya Adimihardja 1999; Legawa 1999; Purwanto 2004. Dalam kasus yang lain, Turnbull 2002 menjelaskan bahwa adanya pengaruh modernisasi terhadap pengetahuan indigenous menyebabkan perubahan yang bersifat radikal. Perubahan tersebut sering dipicu oleh adanya pengaruh yang datang dari kelompok luar, baik untuk tujuan berdagang, pengembangan usaha, maupun kolonialisasi.

2.6. Gambaran Pola Penguasaan Lahan Oleh Masyarakat