rasionalisasi penguasaan lahan hutan publik dalam skala yang lebih luas –
memberi kesempatan kepada berbagai negara untuk secara dramatis memperbaiki kehidupan berjuta
manusia yang tinggal dekat hutan‘. Sebuah laporan lainnya menyajikan daftar unsur-unsur kepastian penguasaan lahan. Yang paling penting
adalah kelembagaan masyarakat yang efektif temasuk aturan-aturan yang jelas dan dilaksanakan, serta batas-batas sumberdaya hutan. Upaya-upaya hukum
memperkuat klaim masyarakat, yang disertai pemetaan sumberdaya, pendidikan masyarakat dan lobi merupakan strategi-strategi yang penting.
2.7. Kerangka Pemikiran
Sejak pemberlakuan UU No.51979, penguasaan sumberdaya alam didominasi oleh negara yang kemudian berdampak terhadap hilangnya ruang bagi
pemberlakuan hukum adat dalam pengaturan sistem tenurial karena pada prinsipnya hukum tegak di atas teritorial tertentu yang diakui secara legal
keberadaannya. Desa pecahan marga belum memiliki batas-batas yang diakui secara legal oleh negara sehingga desa berada pada posisi yang lemah untuk
mempertahankan wilayah klaimnya. Hukum-hukum adat yang mengatur penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya alam juga menjadi lemah ketika
berhadapan dengan hukum formal. Warga desa tidak dapat mencegah kehadiran perusahaan yang memperoleh izin resmi dari negara yang melakukan eksploitasi
terhadap ruang yang menjadi klaim desa. Kebijakan daerah yang mendorong pengelolaan hutan desa yang sebagian
merupakan kawasan hutan adat yang dikelola secara turun-temurun oleh warga desa merupakan sisi lain yang dipandang sebagai bentuk penghapusan hak-hak
penguasaan adat. Mentransformasi hutan adat ke dalam bentuk hutan desa sama artinya mentransformasikan hak penguasaan adat ke dalam penguasaan negara
karena dalam pengelolaan hutan desa hanya ada hak kelola yang diberikan untuk jangka waktu tertentu.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, nampak jelas bahwa pengabaian hak dan akses ruang hidup masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci
Seblat TNKS lambat laun telah mendorong penurunan kemampuan warga
sekitar hutan untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya agraria yang ada di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS. Proses ini terus
berlanjut dan telah terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga ikut mendorong proses penciptakan kemiskinan yang berlarut, baik dalam makna
struktural maupun kultural. Maka pada konteks ini lah peneliti mencoba membangun sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
PENGUASAAN SUMBERDAYA LAHAN
Masyarakat Negara
Hak Penguasaan Adat Hak Penguasaan Negara
Aturan informal adat Aturan Formal
Perubahan Sumber Nafkah
Hutan Adat Sebagai Bentuk penguasaan Sumberdaya lahan
Berangkat dari pemahamam di atas, peneliti mencoba mengkaji pola penguasaan sumberdaya lahan yang ada di Desa Baru Pangkalan Jambu, serta
perubahan-perubahan pola penguasaan sumberdaya lahan yang terjadi, yang kemudian di benturkan dengan pendekatan Bromley dalam Satria 2009, yang
mengatakan setidaknya terdapat empat rezim penguasaan sumberdaya alam. Selain itu juga peneliti memasukan bentuk penguasaan adat yang ada di Desa
Baru Pangkalan Jambu. Lebih lanjut peneliti mencoba melihat perubahan- perubahan sumber nafkah masyarakat Desa Baru Pangkalan Jambu demi
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
III.
METODOLOGI
3.1. Paradigma dan Strategi Penelitian