besar-besaran; 4 konversi tanah setelah penggunaan untuk pertanian; 5 proses- proses yang timbul dari formasi agraria di dalam desa secara
―intimate‖; 6 mobilisasi kelompok-kelompok untuk mempertahankan akses mereka terhadap
tanah. Proses eksklusi bisa terjadi karena aturan-aturan telah berpusat pada
negara dan formalisasi untuk hak mengekslusi orang atas akses tanah. Juga, dinamika eksklusi berlangsung perubahan cara menggunakan tanah sebagai
cadangan untuk beberapa aktor dan menyangkal untuk pihak yang lain. Selain itu, perlu diingat bahwa kekuasaan eksklusi senantiasa pisau bermata dua double
edge. Eksklusi senantiasa menciptakan keamanan dan ketidakamanan. Misalkan hutan yang dijadikan konservasi taman nasional tidak diperbolehkan untuk
diakses oleh petani. Eksklusi sosial adalah proses yang menghalangi atau menghambat
individu dan keluarga, kelompok dan kampung dari sumber daya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik di dalam
masyarakat dengan utuh. Proses ini terutama sebagai konsekuensi dari kemiskinan dan penghasilan yang rendah, tetapi bisa juga dampak dari faktor lain seperti
diskriminasi, tingkat pendidikan yang rendah, dan merosotnya kualitas lingkungan. Melalui proses inilah individu atau kelompok masyarakat untuk
beberapa periode waktu kehidupan terputus dari layanan, jejaring sosial, dan peluang berkembang yang sebenarnya dinikmati sebagian besar masyarakat
Pierson, 2002. Berdasarkan penjelasan di atas, maka teori eksklusi sosial digunakan
sebagai pisau analisis untuk menjelaskan bagaimana terjadinya eksklusi masyarakat Desa Baru Pangkalan Jambu dalam mengakses sumberdaya lahan
yang disebabkan oleh keberadaan kebijakan negara yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS.
2.3. Strategi dan Pola Nafkah
Pengertian nafkah livelihood hidup seringkali digunakan dalam menganalisis tentang kemiskinan dan pembangunan. Kemudian Chamber dan
Conway 1991 memberikan pengertian mengenai pola nafkah adalah sebagai akses yang dimiliki oleh individu atau keluarga. Dimana akses menunjukan aturan
dan norma sosial yang menentukan perbedaan kemampuan manusia dalam hal memiliki, mengendalikan sumberdaya seperti lahan dan kepemilikan umum demi
memenuhi kebutuhan sendiri. Selain itu juga definisi dari strategi nafkah dikemukakan juga oleh Ellis 2000, dimana Ellis 2000 mengemukakan bahwa
pola nafkah tersusun atas 1
Aset, dimana pengertian aset diartikan sebagai modal alamiah, fisik, manusia, finansial, serta sosialnya.
2 Aktivitas nafkah, dimana pengertian aktivitas nafkah disini diartikan
sebagai sejumlah kegiatan individu atau rumah tangga dalam menggunakan sumberdaya modal yang tersedia demi menyokong
kehidupannya. 3
Akses, dimana dalam konteks akses disini diartikan sebagai suatu kemampuan individu atau rumah tangga untuk memperoleh fasilitas
sosial dan pelayanan yang telah disediakan oleh negara.
Lebih lanjut lagi Ellis menggambarkan strategi nafkah dapat dilakukan dalam konteks krisis, dalam konteks krisis disini diartikan sebagai kondisi yang
krisis seperti wabah penyakit, bencana alam, perang dan kondisi krisis lainnya. Sehingga terdapat perbedaan dalam hal strategi adaptasi yang dilakukan dalam
kondisi krisis dengan kondisi biasa normal. Dharmawan 2006 memberikan penjelasan bahwa livelihood memiliki
pengertian yang lebih luas dari pada sekedar means of living yang bermakna secara sempit sebagai mata-pencaharian semata-mata. Dalam sosiologi nafkah,
pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy strategi penghidupan daripada means of living strategy strategi cara hidup.
Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah dalam bahasa Indonesia, sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada
sekedar ―aktivitas mencari nafkah belaka‖, sebagai strategi pembangunan sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau
manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi
yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial,
struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Strategi nafkah dalam pandangan Coleman 1994 adalah merupakan
serangkaian tindakan rasional yang dilakukan individu untuk mencapai tujuannya. Namun jika merujuk pada pendekatan Dharmawan 2001 tentang tujuan strategi
nafkah adalah tindakan rasional individu untuk mempertahankan hidup atau memperbaiki keadaan hidupnya.
Analisis strategi nafkah yang dilakukan oleh LSM LATIN di Kuningan adalah lebih memperhatikan orang-orang yang tinggal di sekitar hutan. Konsep
strategi nafkah yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan hutan produksi memenuhi kebutuhan ekonominya,
yang kemudian hasil penelitian tersebut mengartikan strategi nafkah sebagai nafkah dalam artian pendapatan secara material dan spriritual.
Hasil penelitian yang dilakukan Purnomo 2006 menyebutkan bahwa strategi rumah tangga penduduk Desa Padabeunghar terbentuk dari ketersediaan
sumberdaya yang digunakan sebagai sumber nafkah, pengaruh perubahan ketersediaan modal alami, nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan pengaruh
hubungan dengan komunitas di luar Desa Padabeunghar. Delapan tipe strategi nafkah yaitu ―ekstensifikasi‖, ―orientasi‖, ―investasi‖, integrasi, asuransi, basis
remittance, basis modal sosial, dan basis pekerjaan dalam desa. Sehingga semua tersebut menunjukan pada pilihan rasional rumah tangga dalam menghadapi
perubahan nilai-nilai masyarakat dan ketersediaan sumberdaya dalam rumah tangga.
Berdasarkan hasil penelitian Widodo 2009 menjelaskan bahwa strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan miskin terdiri dari strategi
ekonomi dan strategi sosial. Dimana strategi ekonomi dilakukan dengan cara melakukan pola nafkah ganda, pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan
migrasi. Sedangkan untuk strategi social dilakukan dengan memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada. Kelembagaan kesejahteraan tradisional juga mempunyai
peranan penting bagi rumah tangga miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila dilihat dari basis nafkah yang dilakukan, rumah tangga miskin melakukan
upaya diversifikasi nafkah pada semua sektor baik on farm, off farm maupun non farm.
Menurut Geertz 1981, perubahan pola nafkah yang terjadi di Pedesaan Jawa pada Masa Kolonial Belanda diakibatkan oleh pertambahan penduduk dan
sumberdaya alam yang terbatas. Sehingga masyarakat Pedesaan Jawa menerapkan teknik padat tenaga buruh tani.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan strategi nafkah sebagai pisau analisis dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan dinamika pola nafkah
yang terjadi pada masyarakat Desa Baru Pangkalan Jambu dalam bertahan hidup?
2.4. Pengertian Masyarakat Desa Hutan