4.5. Struktur Pemerintahan Desa Baru Pangkalan Jambu
Masyarakat Desa Baru Pangkalan Jambu mempunyai struktur sosial yang mengkombinasikan tiga struktur utama yaitu, pemangku adat, agama, dan struktur
pemerintahan desa. Selama ini masyarakat desa mengistilahkan ketiga struktur tersebut adalah tigo tali sepilin, yang mana artinya adalah setiap keputusan
mengenai masalah desa harus dimusyawarahkan oleh ketiga struktur utama tersebut.
Keberadaan ketiga bentuk organisasi pengelola desa ini berkaitan dengan aspek pengurusan orang banyak yang dibedakan oleh aspek tugas pokok dan
fungsinya. Persoalannya selama ini masing-masing bentuk organisasi pengelola desa ini belum berada pada tatanan ideal dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sehingga sering terjadi tumpang-tindih dalam penyelenggaraan organisasi. Hal ini terjadi karena belum adanya batasan-batasan yang jelas
mengenai ruang lingkup tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi pengelola desa dan kurangnya pemahaman terhadap ruang lingkup tugas di dalam
tubuh personalia organisasi terutama pada tatanan pemerintahan desa. Pemisahan tugas pokok dan fungsi pada tatanan organisasi pengelola desa merupakan hal
penting dalam menemukan solusi terhadap masalah terjadinya tumpang-tindih dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi organisasi pengelola desa.
Berdasarkan hasil rekonstruksi yang dilakukan model struktur organisasi pengelola desa yang disepakati oleh masyarakat Desa Baru Pangkalan Jambu
adalah sebagai berikut :
Musyawarah Desa
Pemerintahan Desa Pemangku Adat
Pegawai Syara‘
Badan Perwakilan Desa Pemerintah Desa
Gambar 4. Model Struktur Organisasi Pengelola Desa
Musyawarah Desa merupakan forum dalam membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan pengurusan desa secara luas dan melalui forum musyawarah
desa dilakukan pembagian peran sesuai dengan kapasitas organisasi pengelola desa menurut tugas pokok dan fungsinya.
Pemangku Adat merupakan organisasi pengelola desa yang memiliki fungsi sebagai pengendali sosial berkenaan dengan keberadaan institusi adat.
Pemangku Adat memiliki tugas pokok menjaga dan mengembangkan serta menegakkan institusi adat. Struktur adat di Desa baru Pangkalan Jambu dapat
digambarkan sebagai berikut :
= garis komando = garis koordinasi
= garis konsultasi Pemerintahan Desa merupakan organisasi pengelola desa yang memiliki
fungsi sebagai media pelayanan sosial berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan bersama. Pemerintahan Desa memiliki tugas pokok merencanakan dan
melaksanakan pembangunan desa serta melayani kebutuhan administratif di tingkat desa.
Pegawai syara‘ merupakan organisasi pengelola desa yang memiliki fungsi menangani persoalan agama yang terdapat di sekitarnya dan juga mengurusi
kepentingan umat dan masjid. Pegawai syara‘ memiliki tugas pokok Majelis Kerapatan Adat
Desa Baru Pangkalan Jambu
Rio Niti Dirajo
Datuk Paduko Kayo Datuk Kampung Sati
Depati Cahyo Negoro
Datuk Gedang Sati Majelis Datuk Berempat
Menti Betigo
Gambar 5. Struktur Adat di Desa Baru Pangkalan Jambu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan keagamaan di Desa Baru Pangkalan Jambu.
Selama ini solidaritas sesama warga desa terpelihara dengan adanya berbagai kegiatan upacara keagamaan berdasarkan tradisi Islam setempat, dimana
upacara keagamaan tersebut seperti : tahlilan, kendurian, perkawinan, dan kegiatan menjelang hari raya Idul Fitri. Mengenai kegiatan tahlilal sendiri sering
berintikan pada pembacaan tahlil dalam rangka mendo‘akan para arwah leluhur. Sedangkan kendurian
sendiri berintikan pada kegiatan pembacaan do‘a keselamatan serta pemberian makan berupa nasi beserta lauk pauknya, selain itu
juga kendurian ini sering juga dilakukan ketika panen raya padi, hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang
didapat. Kemudian mengenai perkawinan sendiri berintikan pada kegiatan- kegiatan anak muda, yang mana sebelum perkawinan berlangsung anak muda-
mudi disibukkan dengan kegiatan dekorasi ruangan. Dan yang terakhir adalah kegiatan menjelang hari raya Idul Fitri, yang mana kegiatannya adalah membuat
gelamai dodol. Di kalangan warga Desa Baru Pangkalan Jambu, membuat galamai adalah sebuah tradisi yang diwarisi secara turun-temurun. Pembuatan
galamai biasanya marak dilakukan menjelang perayaan hari raya Idul Fitri yang merupakan suatu keharusan bagi warga Desa Baru Pangkalan Jambu dan bagi
mereka yang tidak membuat galamai pada waktu tersebut akan mendapat cemoohan dari warga lain dalam desa. Oleh sebab itu ketika menjelang lebaran,
warga mengutamakan menyisihkan uang untuk pembuatan galamai ketimbang untuk membeli pakaian atau kebutuhan lainnya. Bahan makanan yang disebut
oleh warga Desa Baru Pangkalan Jambu dengan sebutan galamai terdiri dari campuran tepung beras ketan putih, kelapa, gula pasir ada juga yang
menggunakan gula aren, susu coklat, dan vanili. Uniknya, galamai tersebut menurut warga tahan disimpan selama satu tahun dan umumnya warga ketika
membuat galamai sekaligus juga membuat tempat penyimpanan kasang menurut instilah lokal yang terbuat dari anyaman pandan yang menyerupai kantong kecil
yang juga memiliki keindahan yang khas. Hampir rata-rata warga Desa Baru Pangkalan Jambu menguasai teknik pembuatan galamai baik perempuan maupun
laki-laki karena ketika mereka membuat galamai biasanya dilakukan secara
bersama-sama melalui kelompok-kelompok tetangga maupun kerabat terdekat. Ini merupakan sebuah potensi untuk pengembangan industri rumah tangga di Desa
Baru Pangkalan Jambu. Alasan bagi warga untuk tidak menjadikannya sebagai sumber tambahan penghasilan adalah aspek pemasaran lokal yang tidak
mendukung.
V. POLA PENGUASAAN LAHAN
5.1. Pola Penguasaan Lahan Di Desa Baru Pangkalan Jambu