Ladang Pattern of Land Resources Tenure and Livelihoods Adaptation Strategies Around Community Forest. (A Case Study: Baru Pangkalan Jambu Village Merangin District Jambi Province).

dimana setiap aktivitas berburu akan dilakukan, para ibu rumah tangga secara spontan menyumbangkan satu bungkus nasi beserta lauk-pauknya kepada anggota kelompok berburu.

b. Ladang

Berladang bagi warga di Desa Baru Pangkalan Jambu merupakan aktivitas yang dominan dilakukan dalam rangka membuka kebun baru. Areal perladangan biasanya merupakan areal bukaan baru yang sebelumnya merupakan kawasan hutan 7 maupun belukar 8 dari kebun yang tidak jadi ataupun sudah tidak produktif. Berladang merupakan jenis pekerjaan di bidang pertanian yang tertua bagi warga Desa Baru Pangkalan Jambu karena sejarah penghidupan nenek moyang mereka berpangkal dari aktivitas berladang di samping mendulang emas. Namun pola perladangan yang mereka geluti tidak bersifat permanen dan selalu berpindah. Jika ladang yang dibuka sudah ditanami karet atau jenis komoditi perkebunan lainnya seperti kayu manis dan kopi, maka mereka akan membuka ladang baru di tempat lain. Dalam mengelola ladang ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya menebang dan menebas, mengumpulkan ranting dan pohon bekas tebangan, membakar, menugal dan menanam, menyiang, memanen, dan mengangkut hasil. Jenis komoditi yang biasa diusahakan di ladang meliputi padi ladang, jagung, cabe, singkong, durian, duku, pisang dan dicampur dengan berbagai jenis sayuran. Biasanya, ladang hanya ditanami tanaman pangan pada tahun pertama namun ada juga yang langsung menanami karet di tahun pertama tersebut ketika padi sudah mulai terbit menampakkan buah. Kebanyakan karet atau jenis komoditi perkebunan lainnya ditanam pada tahun kedua seiring dengan musim tanam kedua di ladang. Umumnya tanaman pangan hanya diusahakan 7 Warga membagi kawasan hutan untuk dijadikan areal perladangan atas dua kategori, yaitu kawasan hutan primer hutan yang belum pernah dibuka atau diambil kayunya dan hutan sekunder yaitu hutan yang sudah pernah dibuka tetapi menjadi hutan lagi atau hutan yang sudah pernah diambil kayunya sebagian. 8 Belukar juga dibagi atas dua kategori yaitu belukar muda lebih cenderung disebut semak atau istilah lokalnya sesap mudo yang ditumbuhi oleh tanaman perdu yang masih kecil-kecil dan belukar tuo belukar yang ditutupi oleh jenis tanaman yang sudah mulai berkayu tetapi belum bias disebut sebagai hutan sekunder selama dua kali musim tanam dan maksimal tiga kali musim tanam. Menurut mereka ketika memasuki tahun ketiga karet atau kayu manis dan kopi sudah mulai besar dan kalau juga tetap ditanami padi atau tanaman pangan lain hasilnya tidak akan bagus seperti pada musim tanam pertama atau kedua. Setelah melewati tahun ketiga ladang lantas ditinggalkan dan rata-rata warga tidak melakukan perawatan terhadap komoditi perkebunan yang diusahakan. Hasil ladang, rata-rata hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri selama beberapa bulan dan umumnya tidak sampai untuk memenuhi kebutuhan hidup selama satu tahun. Persoalan yang dihadapi dalam aktivitas perladangan di Desa Baru Pangkalan Jambu adalah kesulitan dalam mengatasi serangan hama, seperti babi dan simpai. Kesulitan ini berpangkal dari pola aktivitas perladangan yang dilakukan secara individual sehingga ketika tanaman pangan sudah mulai menghasilkan ladang harus dijaga selama dua puluh empat jam. Kendatipun demikian tradisi berladang di Desa Baru Pangkalan Jambu masih tetap dijalankan oleh masyarakat sebagai satu-satunya pola yang mereka pahami ketika akan membuka kebun baru atau bagi mereka yang tidak memiliki sawah. Dari informasi yang diperoleh bahwa di Desa Baru Pangkalan Jambu tidak terdapat satu areal khusus yang diperuntukkan sebagai areal perladangan.

c. Kebun