Latar Belakang Analisis Pemasaran Manggis (Garcinia Mangostana L.) Di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manggis

Manggis adalah salah satu komoditas buah eksotik primadona ekspor, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai usaha di bidang agribisnis. Manggis adalah tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii, dan Australia Utara. Masyarakat Indonesia menyebut manggis dengan berbagai macam nama lokal yaitu Manggu Jawa Barat, Manggus Lampung, Manggusto Sulawesi Utara, dan Manggista Sumatera Barat Setyo 2009. Buah manggis merupakan buah khas dan andalan Indonesia. Peningkatan produksi sangat penting untuk upaya memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor Qosim 2013. Tanaman buah manggis mempunyai cara pengembangbiakan secara generatif dan vegetatif. Pengembangbiakan secara generatif dengan menggunakan biji. Pengembangbiakan vegetatif dilakukan dengan cara cangkok, stek batang, sambung pucuk, penyusunan dan kultur jaringan. Pengembangbiakan manggis secara generatif menghasilkan pohon dengan masa berbuah 10-15 tahun dari awal penanaman. Buah dengan proses vegetatif dan generatif akan mempunyai perbedaan dalam rasa dan ukuran Ivan 2009. Manggis merupakan buah yang banyak digemari dan mempunyai penanganan pasca panen yang tidak sulit. Khasiat dan rasa buah manggis menjadikan buah manggis mempunyai permintaan yang tinggi. Thailand merupakan negara produsen manggis juga, akan tetapi manggis dari Indonesia lebih unggul Manuwoto et al. 2003.

2.2. Pemasaran Manggis

Buah manggis yang sering disebut oleh konsumen dunia sebagai Queen of Fruits merupakan buah kebanggan Indonesia. Buah manggis merupakan buah komoditas ekspor andalan Indonesia Utami 2008. Sentra penanaman manggis tersebar dari Aceh hingga Nusa Tenggara Barat, yang terkenal di Kabupaten Lima Puluh Kota provinsi Sumatera Barat; Kabupaten Kerinci provinsi Jambi; Kabupaten Lahat provinsi Sumatera Selatan; Pandeglang provinsi Banten; Bogor, Purwakarta, Tasikmalaya, Sukabumi provinsi Jawa Barat; Purworejo provinsi Jawa Tengah; Trenggalek, Blitar, Kediri, Jember provinsi Jawa Timur; Tabanan provinsi Bali; dan Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat Sobir 2009.

2.3. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran berarti memaksimisasi penggunaan input dan output, berupa perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen dengan output barang dan jasa. Para pelaku pemasaran suatu komoditas harus mengetahui sistem pemasaran yang dilakukan sudah efisien atau tidak. Efisiensi pemasaran dibagi menjadi dua kategori yaitu efisiensi teknologi dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknologi atau operasional meliputi pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan fungsi lain dari sistem pemasaran. Biaya akan lebih rendah dan output dari barang dan jasa tidak berubah atau bahkan meningkat kualitasnya dengan adanya efisiensi operasional tersebut. Efisiensi harga meliputi kegiatan pembelian pemasaran dan aspek harga. Analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi operasional terdiri dari analisis marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya Rosdiana 2009. Efisiensi pemasaran suatu komoditas dapat diteliti dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis lembaga, saluran dan fungsi pemasaran. Analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin dan farmer’share di setiap saluran pemasaran. Efisiensi diperoleh berdasarkan efisiensi harga dan efisiensi operasional Mushofa et al. 2007.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diantaranya penelitian Nalurita 2008 yang meneliti tentang analisis efisiensi pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat, penelitian ini menggunakan simple random sampling untuk 40 orang petani dari 204 orang petani, dikarenakan luas areal, teknologi, biaya usahatani dan proses budidaya cenderung sama serta snowball sampling untuk pedagang, responden pedagang pengumpul desa berjumlah 3 orang, pedagang pengumpul berjumlah 2 orang dan pedagang pengecer berjumlah 3 orang. Hasil penelitiannya adalah sejumlah 52,5 persen dari total petani responden menjual pada pedagang pengumpul desa, dengan volume pemasaran sebanyak 57.600 kg. Petani yang menjual langsung ke pedagang pengecer 7,5 persen dari total petani responden dengan volume pemasaran 4.800 kg. Sebanyak 40 persen dari total petani responden menjual langsung ke Pusat Koperasi Belimbing, dengan volume 83.200 kg. Saluran pemasaran yang terbentuk ada lima saluran pemasaran. Farmer’s share tertinggi pada saluran empat yaitu sebesar 56,62 persen. Saluran keempat adalah yang efisien dengan alur petani menjual kepada Pusat Koperasi Belimbing lalu menjualnya kepada pedagang pengecer dan akhirnya ke konsumen. Rasio keuntungan per biaya yang terdapat pada saluran 4 adalah sebesar 7,51. Rasio keuntungan dan biaya terbesar ada di pedagang pengecer pada saluran 4 yaitu sebesar 25,60. Penelitian oleh Rahmawati 2013 yaitu analisis efisiensi pemasaran nenas studi kasus Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Responden petani yang digunakan sebanyak 30 petani. Wawancara dilakukan secara langsung. Struktur pasar pada petani adalah persaingan murni, pada pedagang pengumpul desa mengarah pada pasar oligopoli, pedagang besar menghadapi struktur pasar oligopoli terdiferensiasi, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menghadapi struktur pasar kompetitif. Saluran pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran 4 dengan farmer’s share sejumlah 71,4 persen dan rasio keuntungan dan biaya sebesar 9,3. Analisis saluran pemasaran manggis studi kasus di Desa Puspahiang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat oleh Rahmawati 1999. Jumlah petani yang menjadi responden adalah sebanyak 30 orang, pedagang pengumpul 10 orang, pedagang besar 6 orang, pedagang grosir 4 orang, pedagang pengecer 9 orang, dan eksportir 2 orang. Wawancara dilakukan secara langsung. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani dan pedagang pengumpul mengarah ke pasar oligopsoni, pedagang pengepul dengan eksportir menghadapi pasar persaingan monopolistik. Pedagang grosir dan pengecer menghadapi pasar oligopoli. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran 5 dengan farmer’s share tertinggi pada saluran pemasaran lima yaitu sebesar 44,37 persen, rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,45. Widiyanti 2008 melakukan penelitian tentang analisis pemasaran talas studi kasus di desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk 30 orang petani dan snowball sampling untuk 4 orang pedagang pengumpul desa, 2 orang pedagang pengumpul dan 5 orang pedagang pengecer. Hasil penelitiannya adalah struktur pasar yang terbentuk secara keseluruhan yaitu monopolistik. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran 3 dengan marjin pemasaran sebesar 40 persen , farmer’s share sebesar 60 persen serta rasio biaya dan keuntungan sebesar 2,90. Analisis efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang oleh Kusuma MEW et al. 2013. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling untuk peternak dan snowball sampling untuk pedagang. Hasil penelitiannya adalah saluran pemasaran 3 merupakan saluran yang paling efisien dengan marjin pemasaran sebesar 84,81 persen serta rasio biaya dan keuntungan sebesar 2,27. 13 Tabel 7 Rangkuman Penelitian Terdahulu No. NamaTahun Judul Tujuan Metode Analisis Hasil 1. Sari Nalurita2008 Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat 1. Menganalisis saluran pemasaran dan fungsi- fungsi pemasaran pada Belimbing Dewa 2. Menganalisis struktur dan perilaku pasar belimbing manis di Kota Depok 3. Menganalisis efisiensi pemasaran Belimbing Dewa 1. Analisis Marjin Pemasaran dan Farmer’s share 2. Rasio Keuntungan dan Biaya 1. Saluran yang paling efisien adalah saluran 4 dengan farmer’s share sebesar 56,62 persen, rasio keuntungan dan biaya sebesar 7,51. 2. Andita Rahmawati 2013 Analisis Efisiensi Pemasaran Nenas Studi Kasus Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor 1. Menganalisis saluran dan fungsi pemasaran serta struktur dan perilaku pasar nenas di Desa Cipelang 2. Menganalisis efisiensi saluran pemasaran nenas di Desa Cipelang. 1. Analisis Integrasi Pasar 2. Analisis Marjin Pemasaran dan Farmer’s share 3. Rasio Keuntungan terhadap Biaya 1. Struktur pasar pada petani adalah persaingan murni, sementara itu struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul desa mengarah ke pasar oligopoli, pedagang besar menghadapi struktur pasar oligopoli terdiferensiasi, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menghadapi struktur pasar kompetitif. 2. Saluran pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran 4 dengan farmer’s share sebesar 71,4 persen, rasio keuntungan dan biaya sebesar 9,3. 3. Enung Rahmawati 1999 Analisis Saluran Pemasaran Manggis Studi Kasus di Desa Puspahiang Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat 1. Mengetahui saluran dan fungsi pemasaran manggis. 2. Mengetahui struktur dan perilaku pasar untuk manggis 3. Mengetahui marjin pemasaran manggis. 1. Analisis Integrasi Pasar 2. Analisis Marjin Pemasaran 1. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani dan pedagang pengumpul mengarah ke pasar oligopsoni, pedagang pengepul dengan eksportir menghadapi pasar persaingan monopolistik. Pedagang grosir dan pengecer menghadapi pasar oligopoli. 2. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran 5 dengan Fa rmer’s share tertinggi pada saluran pemasaran lima yaitu sebesar 44,37 persen, rasio biaya dan keuntungan 1,45. 4. Sri Widiyanti 2008 Analisis Efisiensi Pemasaran Talas Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 1. Menganalisis saluran, fungsi-fungsi pemasaran serta prilaku dan struktur pasar talas. 2. Menganalisis efisiensi pemasaran talas di Desa Taman Sari . 1. Analisis Marjin Pemasaran 2. Analisis Farmer’s share 3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 1. Struktur pasar secara keseluruhan cenderung menghadapi pasar persaingan monopolistik. 2. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran 3 dengan marjin pemasaran sebesar 40 persen, farmer’s share sebesar 60 persen serta rasio biaya dan keuntungan sebesar 2,90.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59