2. Program Pemberdayaan Keluraga Miskin dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi Riau melalui kegiatan penguatan kelembagaan Kelompok Usaha
Bersama KUBE Suka Makmur telah berhasil mengentaskan kemiskinan anggota KUBE Suka Makmur memalui kegiatan usaha simpan pinjam untuk
membantu modal usaha pertanian kebun sayur serta pengadaan sarana produksi pertanian, bantuan jatah hidup selama satu kali musim tanam seperti
beras dan uang lauk pauk. Bantuan ini telah berhasil mengentaskan kemiskinan anggotanya uyang dilihat dari telah terjadinya penguasaan asset
lahan, perumahan, pendidikan anak, kemampuan membeli kendaraan, bertambahnya kesempatan kerja serta meningkatnya pendapatan keluarga.
3.
Untuk penguatan kelembagaan KUBE yang telah ada, dibuat bentuk rencana tindak lanjut dengan tujuan akhir berupa peningkatan kesejahteraan keluarga
miskin melalui penguatan kelembagaan KUBE yang disinergikan dengan kelembagaan lain yang setingkat atau lebih besar untuk keberlanjutan usaha
produktif kelompok masyarakat, dengan hasil akhir yang diharapkan adalah: a
Tidak ada lagi anggota KUBE yang berada pada status masyarakat miskin pada tahun 2012 serta; bTersinerginya kelembagaan usaha masyarakat yang didampingi
beberapa satuan kerja pada tahun 2012.
8.2 Saran
1. Dalam menjalankan program pembangunan, terutama dalam usaha pengentasan kemiskinan. Pemerintah Provinsi harus dapat membuat sistem
koordinasi yang baik antar satuan kerja maupun instansi vertikal lainnya yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Koordinasi yang baik ini
disarankan dapat membentuk Tim yang solid yang merupakan representasi perwakilan satuan – satuan kerja pelaksana kegiatan pembangunan khususnya
pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan. Tim ini diharapkan mampu menformulasikan bentuk kegiatan masing-masing satker terkait
sehingga tidak terkesan tumpang tinsih dalam pelaksanaan program. Tim ini diharapkan dapat menyusun petunjuk baku pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat yang berisi batasan – batasan kewenangan setiap satker, batas akhir pelaksanaan kegiatan, satker apa yang akan melanjutkan
program dan lain-lain, dengan tujuan terjadinya efektifitas dan keefisisenan pelaksanaan program baik waktu, biaya serta mobilisasi tenaga aparatur
pemerintah. 2. Masyarakat hendaknya mampu merubah pola sikap dan prilakunya dalam
memanfaatkan program pembangunan yang telah, sedang atau akan berjalan. Masyarakat hendaknya telah mulai berpikiran maju untuk menyatukan setiap
modal usaha yang didapat dari berbagai pihak, dan mulai memikirkan bentuk kelembagaan yang formal dan mampu menjadi leader dalam menghimpun
modal tersebut dalam bentuk badan usaha milik desa atau kelurahan, serta menjadikannya akses permodalan yang terpercaya di komunitasnya dengan
prinsip-prinsip keadilan dan keterbukaan. 3. Setiap pembentukan kelompok-kelompok usaha masyarakat hendaknya
dilakukan secara partisipatif dan tidak melalui tahapan yang tergesa-gesa dan terkesan dipaksakan untuk mencapai target proyek yang harus selesai. Untuk
itu setiap program yang dikerjakan harus melalui perencanaan yang matang dan dimulai dengan kajian atau studi kelayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, 2001, ” Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis” , Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Riau, 2004, ”:Pendataan
Penduduk Keluarga Miskin Propinsi Riau”, Pekanbaru Balitbang Riau.
Departemen Sosial RI Freedman, Mike dan Taogoe, Benyamin B, 2004 ”The Art and Discipline
Of Strategic Leadership”, Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Kolopaking Lala M. Dan Tonny Fredian, 2007, ” Pengembangan
Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan”, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat , Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Luthan, Fred, 2006, Prilaku Organisasi”, Penerbit Andi. Nasdian, Tonny Fredian dan Bambang Sulistyo Utomo, 2005,
”Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial”, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Priyono, 1996, Pemberdayaan, Konsep dan Implementasi Centre Strategic For Internasional Studies” Jakarta.
Panjaitan , K. Nurmala, 2007, ” Psikoligi Sosial Untuki Pembangunan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Sarwono W Sarlito, 2000.” Pengantar Umum Psikologi”, Jakarta Bulan Bintang.
Sutikno, Raja Bambang, 2007, ”The Power of Empathy In Leadership”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Sumardjo dan Saharuddin, 2007, ”Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat”, Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manuasia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB.
Syaukat, Yusman dan Sutara Hendrakusumaatmadja, 2005,” Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal”, Departemen Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi, Institut Pertaniaan Bogor.
Syahyuti, 2003, “Bedah Konsep Kelembagaan, Strategi Kelembagaan dan Penerapannya Dalam Penelitian Pertanian”, Bogor, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Wrihatnolo, Randi R, Dwi Djanijoto, Nugroho, Riant 2007, “manajeman Pemberdayaan”, Penerbit PT Elex Media Komputindo.
Yun R, K, 2005, “Studi Kasus Desain dan Metode”, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
http:prov.bkkbn.go.iddkijakartaoldprogram_detail.php?prgid=16,12 Sep 2008
Suara Pembaruan, Sabtu, 20 September, 2008
http:halilintarblog.blogspot.com200810indikator-indikator- kemiskinan.html
www.bkkbn.go.id,2009 . Tingkat Kemiskinan di Inddonesia 14 persen, rabu
6 mei 2009. 07.15 Wib.
Lampiran 1. Perjanjian Kerjasama antara Departemen Sosial Provinsi Riau dengan KUBE Suka Makmur
Lampiran 2. 1.
Dokumentasi Kegiatan Pemberdayaan Keluarga Miskin Dinas Sosial Provinsi Riau di KUBE Suka Makmur
2. Kegiatan Wawancara dengan Bapak Surapin Ketua KUBE Suka Makmur
3. Kegiatan Wawancara dengan Bapak Drs. Raja Agustiarman Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial
4. Kegiatan Wawancara dengan Bapak Drs. Alius Kasi Pemberdayaan Fakir Miskin dan KAT
5. Kegiatan Wawancara dengan Anggota KUBE Bapak Mulyuadi
6. Peninjauan Lapangan
7. Papan Nama Kube Suka Makmur
7. Papan Nama Kube Suka Makmur
8. Hasil Usaha Kube
8. Keadaan lahan usaha anggota kelompok KUBE Suka Makmur
ABSTRACT
SAFWANOR. Thesis Title: Empowerment of the Poor through Economic Group Approach : Case Study on the KUBE Suka Makmur in Maharatu Village,
Marpoyan Damai sub district, Riau Province. Supervised by Nuraini W. Prasodjo and Yusman Syaukat.
Poverty in Riau province is still quite high. It can be seen by the high number of poor people in 2008. Some poverty alleviation programs such as
Village Economic Enterprises EUD-SP and Economic Groups KUBE development are conducted by the government.
This Study will describe; 1 KUBE Suka Makmur profile in general, 2 the KUBE organizational management, 3 the KUBE activities which can
alleviate the poverty, 4 problems that are faced by the KUBE, 5 the formulation strategies of KUBE development.
The finding of this study are; 1 the KUBE runs well and become part of the farmer association, 2 the rules of the economic groups KUBE have been
built, 3 KUBE can runs the business well by using the financial capital that it already has, 4 standard of living of the people has increased, 5 coordination
amongs units of the government bureaucracy still need to be developed.
The final result expected from this study is the acquisition of the new strategies of empowerment program for poor families by strengthening the
institutional KUBE. To strengthen the institutional KUBE, it is needed to encourage the cooperation among other institutions at a greater level of
suistainable productive community groups.
Keywords: Empowerment, Institutional, Social Capital, Coordination and Synergy
ABSTRAK
SAFWANOR. Judul Tesis: Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama Ekonomi, Studi KUBE Suka Makmur
Di Kelurahan Maha Ratu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Di bawah bimbingan Nuraini W. Prasodjo dan Yusman Syaukat
Kemiskinan di Provinsi Riau masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 adalah 566.700 jiwa
atau 10,63 persen dari total penduduk Provinsi Riau 5.189.154 jiwa, sedangkan Kota Pekanbaru jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 berjumlah 198.631
jiwa atau 17,7 persen dari total jumlah penduduk 378.219 jiwa BPS, 2008
Untuk Penanggulangan kemiskinan tersebut pemerintah menerapkan beberapa program penguatan ekonomi kerakyatan dengan strategi mendorong
kemandirian usaha-usaha kelompok masyarakat. Wujud kegiatan ini adalah pengembangan Kelompok Usaha Bersama KUBE yang merupakan program
Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga. Pemerintah Provinsi Riau, telah melakukan penangulangan kemiskinan melalui program pengentasan K2I
pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan Inftrastruktur, melalui kegiatan peningkatan sumberdaya manusia, seperti peningkatan pendidikan, pengurangan
masyarakat miskin dan perbaikan infrastruktur. Khusus untuk penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan sejumlah program seperti
bantuan Usaha Ekonomi Desa UED-SP dengan pendekatan pemberdayaaan masyarakat melalui pengembangan usaha pada kelompok usaha bersama KUBE.
Untuk itu perlu dikaji profil KUBE secara umum , baik SDM anggota, organisasi manajemen dan tahapan perkembangannya, mendeskripsikan kegiatan yang telah
dilakukan KUBE dalam mengentaskan kemiskinan anggotanya, mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi KUBE dalam pemenuhan kebutuhannya pada
perkembangan organisasinya, serta menyusun strategi untuk mengembangkan KUBE berdasarkan tahapan perkembangan organisasinya
Studi di KUBE Suka Makmur, Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai , Kota Pekanbaru, diketahui bahwa pada awal pelaksanaan
kegiatan, KUBE Suka makmur secara kelembagaan maupun usahanya berkembang cukup baik bahkan telah mampu mengentaskan kemiskinan
anggotanya, akan tetapi justru mengalami penurunan aktivitasnya setelah KUBE dinyatakan mandiri sesuai dengan tahapan perkembangannya oleh Dinas Sosial
Provinsi Riau. Melemahnya kelembagaan KUBE Suka Makmur disebabkan tidak berkembangnya modal sosial yang ada pada KUBE serta tidak berjalannya sistem
koordinasi dan sinergitas dalam melaksanakan program pembangunan pada beberapa satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.
Hasil akhir yang diharapkan dari kajian ini adalah didapatnya strategi baru bagi pelaksanaan program pemberdayaan keluarga miskin berupa peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin melalui penguatan kelembagaan KUBE yang disinergikan dengan kelembagaan lain yang setingkat atau lebih besar untuk
keberlanjutan usaha produktif kelompok masyarakat. Kata Kunci : Pemberdayaan, Kelembagaan, Modal Sosial, koordinasi dan
sinergitas
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia yang dilaksanakan secara berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan
merata. Hasil dari pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap diharapkan dapat memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, baik pada tatanan sosial,
ekonomi maupun budaya, namun demikian hasil kegiatan pembangunan belum dapat menghilangkan masalah kemiskinan secara menyeluruh. Hal ini dapat
dibuktikan dengan cukup tingginya angka kemiskinan di Indonesia yaitu 14 persen pada tahun 2009
www.bkkbn.go.id
, 2009, yang juga mengakibatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS di Indonesia masih cukup
tinggi. Kemiskinan ini pada dasarnya dipicu oleh rendahnya produktivitas
kegiatan masyarakat dengan penyebab kemiskinan yang kompleks dimulai dari kelembagaan ekonomi masyarakat tidak berkembang, sehingga menyulitkan
masyarakat miskin untuk mengakses permodalan, tingkat pendidikan yang tergolong rendah, kondisi sosial budaya yang kurang mendukung, penyebab
agensia seperti penguasaan lahan dan ekonomi yang begitu besar oleh beberapa perusahaan serta infrasrtruktur akses jalan dan pasar yang menyebabkan
masyarakat menjadi hidup terpencil dan sulit melakukan kegiatan ekonomi. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi penting setelah reformasi
di Indonesia bergulir serta membawa impilkasi bagi bergesernya paradigma pembangunan yang pada masa awalnya memandang kegiatan produksi sebagai
bagian terpenting dalam pembangunan menjadi sebuah paradigma baru yang memandang pentingnya masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan.
Pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan menunjukkan perubahan paradigma pembengunan dari pendekatan
pertumbuhan growth approach kepada pendekatan kemandirian self-reliance approach. Namun demikian, akibat telah termajinalisasi dalam waktu yang lama,
masyarakat mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan otonominya sebagai
pelaku utama pembangunan. Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam strategi pengembangan masyarakat Adi, 2001
Kemiskinan di Provinsi Riau masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 adalah 566.700 jiwa
atau 10,63 persen dari total penduduk Provinsi Riau 5.189.154 jiwa, sedangkan Kota Pekanbaru jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 berjumlah 198.631
jiwa atau 17,7 persen dari total jumlah penduduk 378.219 jiwa BPS, 2008. Data jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2005 sampai
dengan 2007 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Riau
Kabupaten Kota
Jumlah Penduduk Miskin 000
Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan RP 2005
2006 2007
2005 2006
2007 2005
2006 2007
Kuansing Indragiri Hulu
Indragiri Hilir Pelalawan
Siak Kampar
Rokan Hulu Bengkalis
Rokan Hilir Pekanbaru
Dumai 58.8
52.2 106.4
55.5 22.9
71.8 91.4
61.4 42.4
18.0 19.6
53.1 47.2
96.2 50.2
16.5 64.9
82.6 81.9
38.3 16.3
17.7 51.7
47.0 97.1
49.6 19.3
64.2 84.6
80.0 48.7
17.7 14.6
23.04 17.28
16.01 22.36
7.62 12.93
26.48 8.59
9.51 2.44
8.44 21.28
15.97 14.85
19.80 5.45
11.69 23.81
11.56 9.09
2.16 7.69
19.03 14.63
14.57 18.07
6.01 10.73
21.86 10.69
9.41 2.24
6.28 194.569
181.819 143.086
210.560 175.158
171.151 190.944
141.091 139.235
175.116 187.902
203.695 189.349
159.988 230.623
186.800 189.302
214.709 158.220
149.237 183.900
201.066 218.852
201.855 188.063
263.948 206.507
219.449 254.183
186.670 165.850
198.631 223.133
Jumlah 600.4
564.9 574.5
12.51 11.85
11.20 167.620
185.063 214.034
Sumber : BPS Provinsi Riau
Untuk pengentasan kemiskinan, Pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial RI sejak tahun 1999 telah melakukan berbagai upaya, salah
satunya melalui pendekatan kelompok yang disebut sebagai kelompok-kelompok usaha. Pendekatan kelompok melalui kelompok usaha merupakan strategi
pemberdayaan yang efektif untuk masyarakat lapisan bawah Sumodiningrat, 1997 Hal ini sejalan dengan pendapat Supriyanto, 1997, yang menyatakan bahwa
keberadaan kelompok akan memberikan manfaat lebih besar bagi anggotanya, karena dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan berusaha,
mengembangkan pengetahuan dan sistem nilai yang mendukung kehidupan
usaha, menyebarkan moralitas usaha yang baik, dan meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih luas seperti usaha, kerumahtanggaan kemasyarakatan dan
sebagainya. Pemerintah menerapkan beberapa program penguatan ekonomi kerakyatan
dengan strategi mendorong kemandirian usaha-usaha kelompok masyarakat, sebagai salah satu usaha penanggulangan kemiskinan. Wujud kegiatan ini adalah
pengembangan Kelompok Usaha Bersama KUBE yang merupakan program Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga. Kegiatan ini merupakan program
pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui bantuan dan jaminan sosial dengan melibatkan pendampingan sosial. Pendamping sosial
merupakan agen perubahan yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi keluarga miskin yang disebabkan oleh lemahnya kondisi
sumberdaya manusia untuk mengakses sumberdaya ekonomi dan sosial Suharto, 2005.
Pemerintah Provinsi Riau, telah melakukan penangulangan kemiskinan melalui program pengentasan K2I pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan
Inftrastruktur, melalui kegiatan peningkatan sumberdaya manusia, seperti peningkatan pendidikan, pengurangan masyarakat miskin dan perbaikan
infrastruktur. Khusus untuk penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan sejumlah program seperti bantuan Usaha Ekonomi Desa
UED-SP dengan pendekatan pemberdayaaan masyarakat melalui
pengembangan usaha pada kelompok usaha bersama KUBE, Selain itu untuk pelaksanaan program K2I pemerintah juga membuat program kegiatan seperti
pembengunan kebun rakyat, redistribusi asset melalui sertifikasi tanah rakyat, pembangunan rumah layak huni, pembangunan infrastruktur perdesaan dan
lainnya melalui satuan kerja yang ada. Upaya tersebut dilakukan melalui kebijakan seperti indentifikasi potensi masyarakat miskin di Riau, membentuk
komite penanggulangan kemiskinan tingkat provinsi. Pemerintah Daerah Provinsi mewujudkan program KUBE ini dengan
pemberian bantuan yang secara langsung disalurkan oleh Dinas Sosial Provinsi. KUBE mempunyai tujuan yaitu: a memastikan ketersedian kebutuhan pokok, b
meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan, dan c Pemberdayaan