60
5.4.2. Fungsi Kontrol Sosial Lembaga
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam menjalankan fungsi dan peranannya dikontrol berdasarkan acuan norma-norma, aturan-aturan dan nilai-
nilai agama. Apabila terjadi hal-hal yang menyimpang biasanya akan muncul teguran, saran dan arahan dari tokoh agama dan para penyuluh jika sudah sangat
meresahkan Masyarakat, maka akan dibahas di forum kelembagaan tersebut dan apabila tidak ada penyelesaian baru dibawa ke forum Rapat Kelurahan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh baik dari aparat maupun masyarakat, di Kelurahan Maharatu sejauh ini hubungan sosial antara kelompok
cenderung bersifat kompetitif dalam pelaksanaan kegiatan meskipun, tidak terdapat konflik sosial atau pertentangan yang mengarah pada proses perpecahan.
LPM yang mestinya sebagai wadah aspirasi masyarakat dalam rangka pembangunan daerah pada kenyataannya belum optimal.
5.5. Sumber Daya Lokal dan Modal
Seperti halnya di wilayah urban pada umumnya, perbandingan antara daya dukung layanan ekologis dengan kepadatan populasi di wilayah Kelurahan
Maharatu cukup mengkhawatirkan. Masalah pengelolaan sampah perkotaan, masalah sanitasi lingkungan, alih fungsi lahan pertanian ke pemukiman, dan
minimnya jalur hijau, ke semua itu merupakan masalah klasik mismanajemen tata kota di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat banyak mengalami kesulitan dalam
mengakses sistem sumber daya yang terdapat di lingkungannya lokal. Diperburuk dengan permasalahan sosial yang mengemuka dan lahir dari masalah
pemerataan pembangunan ekonomi, masyarakat dan pemerintah luput untuk memahami krusialitas permasalahan daya dukung ekosistem wilayahnya.
Modal terkait dengan modal ekonomi dan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Modal ekonomi menyangkut aset produksi yang dimiliki oleh para
pelaksana kegiatan ekonomi lokal Kelompok Tani, P4K dan P2WKSS, KUBE serta dana bagi investasi. Akses penduduk terhadap modal dan upaya-upaya
pengembangan usaha difasilitasi melalui bantuan dari pihak pemerintah Pusat,
61 Provinsi berupa bantuan Koperasi sarana produksi, simpan pinjam dan Badan
Kredit. Sedangkan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan
Maharatu adalah berupa perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama, dan jaringan kerja yang terbentuk dengan
seperti Kelompok Tani, P4K dan P2WKSS arisan, KUBE, Pakem panitia kemitraan Kelurahan Maharatu, perkumpulan tukang ojeg motor, kelompok ibu-
ibu pengajian. Nilai-nilai kegotong-royongan dan kepedulian sosial masyarakat Maharatu masih cukup tinggi, demi untuk tidak menyinggung sekelompok
masyarakat yang tidak mampu maka digunakan istilah Kaum Dhuafa bukan masyarakat miskinorang miskin. Dengan demikian masyarakat yang kurang
mampu tersebut juga tidak merasa menjadi golongan yang terpinggirkan dan harus dikasihani.
5.6. Masalah Sosial
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang berada di dalam masyarakat, yang karena sesuatu hal mereka tidak dapat melaksanakan fungsi dan perannya
dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga perlu ditumbuhkan potensi dirinya supaya dapat mengatasi hambatan yang ada melalui program aksi sosial yang
dilakukan secara kolektif. Di kelurahan Maharatu penyandang masalah sosial dilihat dari penduduk
yang cacat mental dan fisik tidak ada, tetapi penyandang masalah sosial dilihat dari aspek lainnya dapat tergambar pada tabel 7.
Tabel 7. Data Penyandang Masalah Sosial di Kelurahan Maharatu Tahun 2006
No. Jenis masalah sosial
Jumlah
1. Penduduk buta huruf
4 orang 2.
Pengangguran 871 orang
3. Keluarga pra sejahtera miskin
15 KK 4.
Lansia 1.237 orang
Sumber : Data potensi SDA Kelurahan Maharatu Tahun 2006. Dari data tersebut di atas terlihat tingkat pengangguran di Kelurahan
Maharatu cukup tinggi, yakni 871 orang. Hal ini dampak dari tidak
62 berproduksinya tutup perusahaan pengolahan kayu yang ada di Kelurahan
Maharatu, akibat tidak adanya bahan kayu karena intensifnya pemberantasan illegal logging oleh aparat keamanan, sebahagian lagi ada yang beralih profesi
menjadi petani sayur yang menggarap lahan orang lain yang tidak dimanfaatkan yang lazim disebut petani penggarap.
5.7. Kependudukan