7.2.1. Penyusunan Program Pemberdayaan Keluarga Miskin melalui
Penguatan Kelembagaan KUBE
Anggota kelompok KUBE Suka Makmur secara umum mempunyai usaha di bidang pertanian yaitu kebun sayur, pada awal pelaksanaan program
pemberdayaan keluarga miskin secara umum merupakan petani miskin yang mempunyai modal terbatas dalam mengembangkan usahanya. Keberadaan
program pemberdayaan keluarga miskin yang diselenggarakan Dinas Sosial Provinsi Riau diharapkan dapat meningkatkan perekonomian keluarga miskin di
Kelurahan Maharatu. Kelembagaan KUBE Suka Makmur yang berkembang baik di awal
program hingga akhir program pendampingan kemudian menurun bahkan saat ini kegiatan kelembagaan maupun kegitan usaha bersama sudah tidak ada lagi atau
dapat dikatakan fakum. Kejadian ini dipicu oleh berakhirnya program pendampingan pemberdayaan keluarga miskin di Kelurahan Maharatu yang
kemudian timbulnya wacana pembagian aset KUBE yaitu modal usaha simpan pinjam secara merata kepada seluruh anggota kelompok. Kejadian ini sebenarnya
dapat diantisipasi jika kegiatan pendampingan telah berhasil menyusun, menetapkan serta menjalankan aturan main secara partisipatif kepada seluruh
anggota KUBE, sehingga fungsi-fungsi organisasi dan kelembagaan KUBE menjadi berjalan dan mampu menciptakan pola-pola hubungan yang lebih baik di
tingkat internal kelompok maupun ekesternal kelompok. Pola Pendampingan yang dilakukan hendaknya juga mampu merubah pola pikir anggota kelompok untuk
mempunyai kesadaran untuk dapat hidup mandiri serta kemampuan mengelola usaha bersama secara berkelanjutan.
Penurunan aktivitas kelembagaan KUBE Suka Makmur juga disebabkan kurangnya kemampuan kelompok untuk menginisiasi dan memfasilitasi
kerjasama usaha maupun memperluas jaringan usaha KUBE untuk kepentingan usaha kelompok maupun anggotanya. Untuk itu rumusan program pemberdayaan
keluarga miskin melalui kelembagaan KUBE di masa yang akan datang harus dilaksanakan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
pendampingan untuk peningkatan partisipasi anggota kelompok, peningkatan kegiatan usaha kelompok, menyusun dan merencanakan kegiatan kelompok,
membuat aturan main yang baku untuk keberlanjutan usaha kelompok, serta kemampuan memperluas kerjasama dalam bentuk pengadaan akses permodalan,
jaringan usaha dan sosial, peningkatan kapasitas teknis usaha dan kelembagaan anggota kelompok.
Hal lainnya yang membuat kelembagaan KUBE melemah adalah masuknya program pemberdayaan sejenis yang berasal dari satuan kerja lain di
lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dengan pendekatan kelembagaan yang berbeda dan tidak mempunyai kaitan apapun dengan program pemberdayaan
keluarga miskin. Kejadian seperti ini bukan merupakan hal baru di masyarakat. Kejadian seperti ini telah banyak terjadi di desa maupun kelurahan di Provinsi
Riau. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat koordinasi yang sangat lemah diantara satuan kerja dalam menjalankan kegiatan program pemberdayaan yang sama -
sama bertujuan mengentaskan kemiskinan tersebut. Masuknya program pemberdayaan yang berasal dari satuan kerja lain
seharusnya akan menambah penguatan kelembagaan KUBE maupun modal usahanya. Kejadian sebaliknya terjadi disebabkan tidah adanya kesepakatan
mengenai sistem koordinasi, mekanisme kolaborasi program, pembagian tugas, wewenang, batasan waktu pendampingan, kriteria yang jelas saat suatu satuan
kerja masuk menggatikan peran satuan kerja lain atau saat kapan kolaborasi program dapat diterapkan pada suatu komunitas.
Program Pemberdayaan Keluarga Miskin yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi Riau sebenarnya telah menetapkan kapan berakhirnya suatu
pendampingan dalam program pemberdayaan yang dilakukannya. Berakhirnya suatu pendampingan terjadi ketika suatu komunitas atau kelembagaannya telah
dinilai mandiri atau sudah meningkat taraf hidupnya tidak miskin lagi. Seharusnya ketika telah tercapai keaadan ini Dinas Sosial Provinsi Riau dapat
berkoordinasi dengan dinas-dinas atau satuan kerja lainnya untuk membuat semacam serah terima program untuk dilanjutkan pengembangannya oleh satuan
kerja yang lain, sehingga kelembagaan maupun modal usaha yang telah dikembangkan oleh komunitas tidah hilang dan habis, serta diharapkan menjadi
bertambah melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan kerja lainnya tersebut. Dengan penguatan koordinasi dan sinergitas program, diharapkan kelembagaan
masyarakat yang telah terbentuk di masyarakat tidak menjadi hilang atau berganti
ganti. Kelembagaan KUBE yang telah ada dapat menjadi bagian kelompok yang berada di bawah kelembagaan gabungan kelompok tani Gapoktan, yang sama
kedudukannya seperti kelompok-kelompok tani yang berada di bawah gapoktan, tanpa harus adanya perubahan sistem kelembagaan, baik struktur organisasi
maupun manajemen usaha dan keuangannya. Berdasarkan paparan singkat di atas maka diperlukan sebuah rumusan
yang baru mengenai pelaksanaan kegiatan pemberdayaan keluarga miskin dengan pendekatan strategi pemberdayaan masyarakat untuk penguatan kelembagaan
KUBR dengan menekankan jalur koordinasi antar satuan kerja dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan di Provinsi Riau.
7.2.2. Tujuan Program