Latar Belakang Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama Ekonomi, Studi KUBE Suka Makmur Di Kelurahan Maha Ratu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Provinsi Riau

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia yang dilaksanakan secara berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata. Hasil dari pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap diharapkan dapat memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, baik pada tatanan sosial, ekonomi maupun budaya, namun demikian hasil kegiatan pembangunan belum dapat menghilangkan masalah kemiskinan secara menyeluruh. Hal ini dapat dibuktikan dengan cukup tingginya angka kemiskinan di Indonesia yaitu 14 persen pada tahun 2009 www.bkkbn.go.id , 2009, yang juga mengakibatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS di Indonesia masih cukup tinggi. Kemiskinan ini pada dasarnya dipicu oleh rendahnya produktivitas kegiatan masyarakat dengan penyebab kemiskinan yang kompleks dimulai dari kelembagaan ekonomi masyarakat tidak berkembang, sehingga menyulitkan masyarakat miskin untuk mengakses permodalan, tingkat pendidikan yang tergolong rendah, kondisi sosial budaya yang kurang mendukung, penyebab agensia seperti penguasaan lahan dan ekonomi yang begitu besar oleh beberapa perusahaan serta infrasrtruktur akses jalan dan pasar yang menyebabkan masyarakat menjadi hidup terpencil dan sulit melakukan kegiatan ekonomi. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi penting setelah reformasi di Indonesia bergulir serta membawa impilkasi bagi bergesernya paradigma pembangunan yang pada masa awalnya memandang kegiatan produksi sebagai bagian terpenting dalam pembangunan menjadi sebuah paradigma baru yang memandang pentingnya masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan menunjukkan perubahan paradigma pembengunan dari pendekatan pertumbuhan growth approach kepada pendekatan kemandirian self-reliance approach. Namun demikian, akibat telah termajinalisasi dalam waktu yang lama, masyarakat mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan otonominya sebagai pelaku utama pembangunan. Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam strategi pengembangan masyarakat Adi, 2001 Kemiskinan di Provinsi Riau masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 adalah 566.700 jiwa atau 10,63 persen dari total penduduk Provinsi Riau 5.189.154 jiwa, sedangkan Kota Pekanbaru jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 berjumlah 198.631 jiwa atau 17,7 persen dari total jumlah penduduk 378.219 jiwa BPS, 2008. Data jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2005 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Riau Kabupaten Kota Jumlah Penduduk Miskin 000 Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan RP 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 Kuansing Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Pekanbaru Dumai 58.8 52.2 106.4 55.5 22.9 71.8 91.4 61.4 42.4 18.0 19.6 53.1 47.2 96.2 50.2 16.5 64.9 82.6 81.9 38.3 16.3 17.7 51.7 47.0 97.1 49.6 19.3 64.2 84.6 80.0 48.7 17.7 14.6 23.04 17.28 16.01 22.36 7.62 12.93 26.48 8.59 9.51 2.44 8.44 21.28 15.97 14.85 19.80 5.45 11.69 23.81 11.56 9.09 2.16 7.69 19.03 14.63 14.57 18.07 6.01 10.73 21.86 10.69 9.41 2.24 6.28 194.569 181.819 143.086 210.560 175.158 171.151 190.944 141.091 139.235 175.116 187.902 203.695 189.349 159.988 230.623 186.800 189.302 214.709 158.220 149.237 183.900 201.066 218.852 201.855 188.063 263.948 206.507 219.449 254.183 186.670 165.850 198.631 223.133 Jumlah 600.4 564.9 574.5 12.51 11.85 11.20 167.620 185.063 214.034 Sumber : BPS Provinsi Riau Untuk pengentasan kemiskinan, Pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial RI sejak tahun 1999 telah melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui pendekatan kelompok yang disebut sebagai kelompok-kelompok usaha. Pendekatan kelompok melalui kelompok usaha merupakan strategi pemberdayaan yang efektif untuk masyarakat lapisan bawah Sumodiningrat, 1997 Hal ini sejalan dengan pendapat Supriyanto, 1997, yang menyatakan bahwa keberadaan kelompok akan memberikan manfaat lebih besar bagi anggotanya, karena dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan berusaha, mengembangkan pengetahuan dan sistem nilai yang mendukung kehidupan usaha, menyebarkan moralitas usaha yang baik, dan meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih luas seperti usaha, kerumahtanggaan kemasyarakatan dan sebagainya. Pemerintah menerapkan beberapa program penguatan ekonomi kerakyatan dengan strategi mendorong kemandirian usaha-usaha kelompok masyarakat, sebagai salah satu usaha penanggulangan kemiskinan. Wujud kegiatan ini adalah pengembangan Kelompok Usaha Bersama KUBE yang merupakan program Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga. Kegiatan ini merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui bantuan dan jaminan sosial dengan melibatkan pendampingan sosial. Pendamping sosial merupakan agen perubahan yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi keluarga miskin yang disebabkan oleh lemahnya kondisi sumberdaya manusia untuk mengakses sumberdaya ekonomi dan sosial Suharto, 2005. Pemerintah Provinsi Riau, telah melakukan penangulangan kemiskinan melalui program pengentasan K2I pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan Inftrastruktur, melalui kegiatan peningkatan sumberdaya manusia, seperti peningkatan pendidikan, pengurangan masyarakat miskin dan perbaikan infrastruktur. Khusus untuk penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan sejumlah program seperti bantuan Usaha Ekonomi Desa UED-SP dengan pendekatan pemberdayaaan masyarakat melalui pengembangan usaha pada kelompok usaha bersama KUBE, Selain itu untuk pelaksanaan program K2I pemerintah juga membuat program kegiatan seperti pembengunan kebun rakyat, redistribusi asset melalui sertifikasi tanah rakyat, pembangunan rumah layak huni, pembangunan infrastruktur perdesaan dan lainnya melalui satuan kerja yang ada. Upaya tersebut dilakukan melalui kebijakan seperti indentifikasi potensi masyarakat miskin di Riau, membentuk komite penanggulangan kemiskinan tingkat provinsi. Pemerintah Daerah Provinsi mewujudkan program KUBE ini dengan pemberian bantuan yang secara langsung disalurkan oleh Dinas Sosial Provinsi. KUBE mempunyai tujuan yaitu: a memastikan ketersedian kebutuhan pokok, b meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan, dan c Pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian. Pada Prinsipnya program KUBE diproritaskan bagi masyarakat yang berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah Aftar Rumander, 2008. Berdasarkan tahap perkembangannya, Kelompok Usaha Bersama KUBE digolongkan kepada tiga tipologi, yaitu tumbuh, berkembang dan maju mandiri. KUBE tumbuh merupakan kelompok usaha yang baru berjalan, telah menerima bantuan UEP dan telah memiliki pendamping. KUBE berkembang adalah kelompok usaha yang telah didasarkan atas pembagian kerja sesuai dengan kepengurusannya, keuntungan usaha telah berkembang dan telah terbentuk modal. KUBE maju adalah kelompok usaha yang telah menjalankan fungsi manajemen dengan baik Departeman Sosial, 2005 Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru merupakan daerah urban yang banyak dihuni pendatang yang berasal dari luar Provinsi Riau, pendatang umumnya bekerja sebagai petani sayur berdaun lebar dengan status kepemilikan lahan adalah hak pakai pinjam lahan. Kelurahan ini dikenal sebagai daerah penghasil sayur berdaun lebar. Jumlah penduduk di Kelurahan Maharatu pada tahun 2007 adalah 27.382 jiwa, dimana 27,77 persen penduduknya tergolong berpendidikan rendah, dengan rincian 3.44 persen tidak tamat sekolah dasar, 11,25 persen tamat sekolah dasar dan 13,08 persen tamat sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemiskinan di daerah ini salah satu penyebabnya adalah pendidikan yang rendah. Bagi keluarga miskin, manfaat KUBE tidak hanya mencakup perkembangan aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial. KUBE merupakan media untuk meningkatkan pendapatan, mengembangkan usaha, membangun interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dam sumber ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar, menyelesaikan berbagai masalah serta memenuhi kebutuhan Departemen sosial, 2005 Kelompok Usaha Bersama KUBE Suka Makmur di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru pada tahun 2003 terpilih sebagai KUBE paling sukses di Provinsi Riau. Kelompok usaha dalam bidang sayur ini mengalahkan 752 kelompok lainya yang ada di Provinsi Riau. Dalam melakukan pembinaan, Badan Kesejahteraan Sosial Propinsi Riau BKS sendiri telah memberikan berbagai pelayanan terhadap kelompok tersebut. Baik berupa bantuan dana, penyuluhan, bibit maupun keperluan masyarakat lainnya. Bantuan tersebut diberikan sesuai dengan keperluan dan bidang usaha – usaha yang telah ada maupun yang akan dikembangkan oleh masyarakat. Dalam melakukan penilaian dari berbagai aspek yang positif. Diantaranya para petani yang bergabung dalam KUBE Suka Makmur telah meningkat kesejahteraannya, hal ini dapat dilihat bahwa anggota KUBE telah mampu mempunyai rumah, kendaraan, dan berbagai penunjang hidup lainya. Termasuk telah suksesnya mereka dalam bekerjasama sesama kelompok Riau Online, 2003. KUBE Suka Makmur di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru sudah dapat digolongkan sebagai KUBE maju atau mandiri, hal ini dapat dilihat dengan kemampuan kelompok usaha yang telah mampu menjalankan manajemen yang baik. Namun demikian mulai pada tahun 2008 yang lalu , telah terjadi penurunan aktivitas kelompok KUBE Suka Makmur, baik dalam kegiatan usaha ekonomi, kegiatan kelembagaan, pertemuaan kelompok dan lainnya. Untuk itu penulis menjadi tertarik untuk mengkaji kinerja KUBE Suka Makmur di Kelurahan Maharatu, karena meski telah digolongkan kepada KUBE maju atau mandiri ternyata masih ada kelemahan – kelemahan yang dapat mendorong menurunnya aktivitas di dalam kelompok, namun demikian masih ada pula peluang untuk memperoleh keberhasilan kembali. Untuk itu dibutuhkan sebuah kajian untuk membuat suatu strategi yang dapat menjamin keberlanjutan dan kemandirian KUBE pada masa yang akan datang.

1.2. Rumusan Masalah