3.3.3. Metode Pengolahan Data dan Analisa data
Me
tode analisa data kajian ini menggunakan analisis kualitatif yang diperoleh dilapangan kemudian diolah kembali dengan cara :
1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Kegiatan dalam reduksi data ini adalah menyeleksi data, membuat ringkasan
dan menggolongkan data. 2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks,
grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data fenomena secara
kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti tindakan masyarakat, mancari pola hubungan, penjelasan, alur sebab akibat dan
proposisi. 4.
Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan staff
Dinas Sosial Provinsi Riau, staff Kelurahan Maharatu, pengurus dan anggota KUBE Suka Makmur, masyarakat umum dan tokoh masyarakat
Data tersebut diatas selanjutnya dihubungkan dengan pokok permasalahan dikaji, kemudian dianalisis guna memperoleh kesimpulan untuk digunakan sebagai
bahan pembuatan program Keberlanjutan usaha KUBE yang mendorong
keberlanjutan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat.
3.4. Metode Perencanaan Program.
Sumarjo 2003 menyatakan bahwa metode perencanaan program dalam kajian ini menggunakan metode Logical Framework Analisis LFA, dimana
dalam hal ini perencanaan dilakukan dengan merumuskan masalah-masalah yang ada serta tujuan-tujuan pemecahan masalah yang akan dicapai secara jelas
sehingga ikut mendorong tercapai mufakat pada saat adanya pendapat dan harapan yang beda-beda.
Tahapan perencanaan program yang akan dilaksanakan adalah : Tahapan pertama
, melakukan analisis permasalahan berdasarkan hasil diskusi baik dengan anggota Kelompok Usaha Kerja Bersama KUBE maupun Ketua dan pemerintah.
Tahapan kedua , melaksanakan analisis tujuan dari permasalahan yang telah
dirumuskan. Tahap ketiga, menyusun analisis pihak terkait berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan pada tahap pendahuluan. Tahap keempat,
menyusun matriks perencanan proyek melalui pembuatan kerangka kerja logis.
IV. GAMBARAN UMUM PROGRAM
KUBE SUKAMAKUR KELURAHAN MAHARATU
4.1. Gambaran Umum Pemberdayaan Keluarga Miskin Dinas Sosial
Provinsi Riau
Kompleksitas masalah fakir miskin, jika tidak ditangani secara serius dalam bentuk jaminan sosial, rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan sosial maka
dampak sosial yang akan terjadi yaitu kerawanan sosial, tindak kejahatan dan dapat menjadi pemicu terjadinya disintegrasi sosial yang pada akhirnya menjadi
beban sosial masyakat dan pemerintah, serta membutuhkan biaya pembangunan yang lebih besar dan secara potensial akan mempengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin ditujukan untuk meningkatkan fungsi sosial bagi fakir
miskin agar aksesibitas terhadap pelayanan sosial dasar lapangan kerja, perumahan, pangan, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, air bersih
dapat diperoleh atau ditingkatkan, sehingga kualitas hidup dan kesejahteraannya dapat semakin meningkat.
Bantuan-bantuan sosial yang akan diberikan kepada fakir miskin bersifat mendidik, dan harus dikembangkan secara sistematis untuk memandirikan
masyarakat miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosialnya, melalui pendekatan yang bersifat individukeluarga familiy approach, pendekatan
kelompok group work approach dan pengembangan masyarakat community development approach. Pendekatan melalui Kelompok Usaha Bersama KUBE
yang telah menjadi identitas Departemen Sosial dalam penanggulangan kemiskinan perlu secara terus menerus dijalankan dan dikembangkan.
Strategi yang digunakan pada program pemberdayaan keluarga miskin yang digunakan oleh Dinas Sosial Provinsi Riau mengacu kepada pedoman umum
program pemberdayaan fakir miskin yaitu : 1. Partisipasi Sosial
Partispasi sosial mengandung makna keterlibatan seluruh sasaran pemberdayaan fakir miskin dan masyarakat dalam setiap proses
pemberdayaan fakir miskin. Partisipasi sosial dilakukan dengan menyediakan informasi program, menumbuhkan pemahaman dan kesadaran terhadap
permasalahan kemiskinan, melakukan dialog, menemukan alternatif pemecahan masalah, melaksanakan aksi dan evaluasi bersama.
2. Pengembangan Budaya Kewirausahaan Pengembangan budaya kewirausahaan mengandung makna tumbuh
dan berkembangnya sikap mental fakir miskin untuk mau belajar dan melakukan usaha ekonomi produktif berdasarkan potensi dan kreativitas yang
dimiliki. Pengembangan budaya kewirausahaan dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan sosial, motivasi, pelatihan kewirausahaan, maganf kerja,
pendampingan usaha dan akses terhadap sumber-sumber kesejahteraan sosial. 3. Pengembangan Budaya Menabung
Pengembangan budaya menabung mengandung makna tumbuhnya pengertian, sikap mental dan kebiasaan fakir miskin untuk menyisihkan dan
menyimpan sebahagian dari pendapatannya untuk kebutuhan peningkatan kualitas atau menjamin terpeliharanya kesejahteraan sosial dimasa yang akan
datang. Pengembangan usaha menabung dilaksanakan melalui kegiatan pendidikanpelatihan perencanaan dan pengelolaan keuangan, pengenalan
sistem Lembaga Keuangan Mikro LKM dan perbankan, memberi insentif untuk meningkatkan jumlah tabungannya, dan membantu memelihara
tabungannya untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Kemitraan Sosial
Kemitraan sosial mengandung makna terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak dunia usaha, LSMOrsos, perguruan tinggi, kalangan
perbankan dan masyarakat umumnya dalam pemberdayaan fakir miskin dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, saling percaya, menghargai dan
kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan dapat dilaksanakan melalui pembentukan dan penguatan jaringan kerja, asosiasi,
konsorsium, ikatan kerjasamaMoU dan aksi bersama. 5. Advokasi Sosial
Advokasi sosial mengandung makna adanya upaya memberikan pendampingan sosial, perlindungan sosial dan pembelaan terhadap hak-hak