wilayah untuk Kab. Polewali Mandar lebih besar dibandingkan dengan Kab. Mamasa.
5.3.5 Estimasi Potensi Pajak Daerah
PAD merupakan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan murni daerah. PAD dipergunakan untuk pembiayaan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah, oleh karena itu PAD harus diupayakan meningkat. Peranan PAD dalam pelaksanaan keuangan daerah merupakan salah
satu tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pada umumnya daerah dikatakan siap untuk melaksanakan
otonomi daerah apabila PAD-nya dapat memberikan sumbangan yang besar kepada APBD. Sebaliknya, kecilnya kontribusi PAD kepada APBD menunjukkan
bahwa ketergantungan pemerintah pada pemerintah pusat masih cukup besar. Peranan PAD dalam APBD di Kab. Mamasa setiap tahun terus meningkat.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kebutuhan pembiayaan yang diperlukan peningkatan tersebut relatif masih kecil. Hasil pemungutan pajak yang dilakukan
Kab. Mamasa diharapkan dapat membiayai tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kab. Mamasa dalam rangka mencapai
masyarakat adil dan makmur. Pendapatan pajak daerah Kab. Mamasa dalam kurun waktu tahun 2007 hingga 2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya
. Tabel 28 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Mamasa
Per Tanggal 31 Desember 2009 Rupiah
Jenis Penerimaan Target
Realisasi Persen
Pajak Daerah o
Pajak Hotel, Penginapan, Losmen dan Pesanggrahan.
o Pajak RestoranRumah Makan
o Pajak HiburanKlub Malam
o Pajak ReklameSumb. Pihak ketiga
o Pajak Penerangan Jalan
o Pajak Galian C
o Pajak Parkir
o
Pajak Lingkungan
962.056.000 83.736.000
22.200.000 6.120.000
5.000.000 120.000.000
650.000.000 25.000.000
50.000.000 474.299.979
16.163.000 42.071.552
1.200.000 7.670.000
131.053.288 276.142.139
49,30 19,30
189,51 19,61
153,40 109,21
42,48
Sumber: Dinas pendapatan daerah Kab. Mamasa
Penerimaan pajak daerah di Kab. Mamasa masih relatif rendah, dimana pada tahun 2009 penerimaan dari sektor pajak hanya sebesar 474 juta rupiah.
Rendahnya realisasi penerimaan pajak daerah dari target yang diharapkan oleh pemerintah daerah Tabel 28 disebabkan karena belum berkembangnya kegiatan
ekonomi di daerah tersebut. Untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya dengan cara
mengoptimalkan potensi pajak daerah yakni dengan cara melakukan estimasi terhadap potensi pajak sehingga diperoleh nilai pajak yang sebenarnya yang akan
dibebankan objek pajak, dengan adanya estimasi potensi pajak diharapkan dapat meningkat penerimaan pajak di Kab. Mamasa.
Peningkatan penerimaan dari pajak daerah dilakukan dengan cara intensifikasi pemungutan pajak, ada dua penerimaan pajak yang dihitung potensi
pajaknya yakni Pajak Hotel, Penginapan, Losmen dan pajak RestoranRumah
Makan. 5.3.5.1
Estimasi Potensi Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapanperistirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pasanggarahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kost dengan jumlah kamar lebih dari 10 sepuluh. Perhitungan pajak hotel dilakukan dengan cara mengalikan tarif dengan
basisnya yakni jumlah pembayaran atau yang seharusnya di bayar kepada hotel. Dari data primer yang telah di peroleh di Kab. Mamasa maka dilakukan estimasi
dengan mengklasifikasikan hotel berdasarkan tiga tingkatan yakni tinggi, sedang dan rendah, hal ini dilakukan karena dalam mengetahui potensi pajak tidak perlu
menghitung potensi pajak hotel keseluruhan yang ada di Kab. Mamasa tetapi dengan sampel yang bisa mewakili. Dari 8 hotel di Kab. Mamasa dipilih 4 hotel
yang menjadi sampel yang di estimasi pajaknya yakni Hotel Mamasa Indah, Losmen Mini, Hotel Mamasa Cottage, dan Hotel Matana Lodge, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Nama Hotel, Kelas Kamar, Tarif dan Jumlah Kamar
Nama Hotel Kelas Kamar
Tarif Rp Jumlah Kamar
Mamasa Indah VIP
120.000 3
Standart 50.000
7 Losmen Mini
Kelas 1 100.000
6 Kelas 2
85.000 2
Kelas 3 50.000
6 Hotel Mamasa Cottage
Standart 300.000
23 Hotel Matana Lodge
Family 200.000
2 Superior
150.000 6
Standart 100.000
18 Ekonomi
75.000 4
Sumber: Hotel setempat
Salah satu hal terpenting dalam perhitungan potensi adalah menentukan besarnya tingkat fluktuasi suatu aktivitas ekonomi, seperti jumlah masyarakat
yang berkunjung ke suatu obyek wisata, rumah makan, jumlah pedagang yang berjualan, dan lain-lain. Teknik untuk mengetahui besarnya tingkat aktivitas
tersebut dengan rata-rata. Tabel 30. Jumlah Kamar Yang Terpakai dan Rata-Rata Tingkat Hunian Hotel
Nama Hotel Kelas
Kamar Jumlah Kamar
Terpakai JKT Rata-rata
Tingkat Hunian
Mamasa Indah Ramai
7 4
Normal 3
Sepi 2
Losmen Mini Ramai
6 7
Normal 2
Sepi 6
Hotel Mamasa Cottage Ramai
23 10
Normal 5
Sepi 2
Hotel Matana Lodge Ramai
30 17
Normal 16
Sepi 5
Sumber: Hotel setempat setelah diolah
Teknik ini pula yang digunakan untuk menghitung tingkat hunian hotel. Dari informasi yang diperoleh dari hotel diatas maka dapat dihitung tingkat
hunian rata-rata secara sederhana seperti ditunjukkan Tabel 30 diatas. Dari data Tabel 30 dengan menggunakan pajak 10 persen yang merupakan besaran pajak
yang dikenakan oleh pemerintah daerah Kab. Mamasa maka dapat diperoleh estimasi potensi pajak Hotel Tabel 31.
Tabel 31. Hasil estimasi potensi pajak hotel
Nama Hotel Target Jumlah
pajak yang dibayarkan
Rptahun Tarif rata-
rata Per kamar
Rp Potensi Pajak
RpTahun
Hotel Mamasa Indah 1.200.000
71.000 1.022.400
Losmen Mini 1.200.000
55.000 1.386.000
Hotel Mamasa Cottage 12.000.000
300.000 10.800.000
Hotel Matana Lodge 4.800.000
105.833 5.969.000
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa setelah diolah
Jika Hotel Mamasa Indah ditargetkan pemerintah sebesar Rp. 1.200.000 pertahun jadi target yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut melebihi sebesar 17
persen dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan, untuk Losmen Mini ditargetkan Rp. 1.200.000 pertahun hanya sebesar 87 persen dari potensi pajak
yang harus dibayarkan sedangkan untuk Hotel Mamasa Cottage ditargetkan pemerintah sebesar Rp. 12.000.000 pertahun melebihi 11 persen dari potensi
pajak yang harus dibayarkan dan Hotel Matana Lodge ditargetkan pemerintah sebesar Rp. 4.800.000 hanya sebesar 80 persen dari potensi pajak yang harus
dibayarkan. Dari hasil perhitungan pajak hotel di atas, Hotel Mamasa Indah memiliki
potensi pajak sebesar Rp. 1.022.400 pertahun, Losmen Mini sebesar Rp. 1.386.000 pertahun, Hotel Mamasa Cottage sebesar Rp. 10.800.000 pertahun dan
Hotel Matana Lodge sebesar Rp. 5.969.000 pertahun. Temuan ini menunjukkan bahwa selama ini target yang ditetapkan oleh pemerintah masih dibawah dan ada
juga yang melebihi dari potensi pajak yang sebenarnya.
5.3.5.2 Estimasi potensi Pajak RestoranRumah makan
Pajak restoran merupakan jenis pajak yang potensial bagi hampir semua kabupatenkota untuk dioptimalkan penerimaannya. Hampir sama dengan pajak
hotel, untuk menentukan atau mengestimasikan besarannya potensi realistis pajak restoran, umumnya daerah tidak memiliki metode yang memadai, jika hanya
mengandalkan data pada jumlah yang dilaporkan restoran di masa-masa sebelumnya, maka dapat dipastikan penghitungan potensinya akan under valued.
Hal ini dikarenakan ada kecenderungan restoran akan melaporkan jumlah pembayaran yang diterima dibawahlebih kecil dari yang seharusnya.
Untuk menentukan jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diberikan restoran basis, diperlukan metode tertentu. Apabila
kemudian daerah hanya mengandalkan penghitungan pada data jumlah yang dibayarkan pihak restoran di tahun-tahun sebelumnya, maka dapat dipastikan
penghitungan potensinya akan terlampau kecil karena jarang pihak restoran melaporkan jumlah pembayaran yang sesungguhnya melainkan justru ada
kecenderungan pihak restoran akan melaporkan jumlah pembayaran yang diterima jauh lebih kecil dari yang sebelumnya.
Dari 25 rumah makan di Kab. Mamasa dipilih 4 rumah makan yang menjadi sampel dari penelitian ini yakni R.M. Bismillah, R.M. Sajojo, R.M.
Padang dan R.M. Akram, Karena tidak mungkin untuk melakukan observasi terhadap semua jumlah rumah makan di Kab. Mamasa maka digunakan sampel
dengan klasifikasi kelas berdasarkan ukurannya yakni besar, sedang dan kecil. Untuk mengetahui potensi pajak restoran, terlebih dahulu dilakukan observasi
tentang bagaimana yang jumlah pengunjung dan banyaknya pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengunjung pada saat makan di tempat tersebut. Berikut Tabel
jumlah tamu dan rata-rata pengeluaran pengunjung Tabel 32. Tabel. 32 Jumlah Pengunjung dan Rata-rata Pengeluaran
Nama Rumah Makan Jumlah Tamu perhari
Rata-rata pengeluaran Rp
R.M. Bismillah 12
10.000 R.M. Sajojo
40 10.000
R.M. Padang 30
12.000 R.M. Akram
45 18.000
Sumber: Rumah Makan setempat
Dari data diatas dilakukan penghitungan jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran basis perhari, sementara untuk
menghitung besar potensi pajak restoran yang bersangkutan tinggal mengalikannya dengan tarif pajak yang ditetapkan dalam perda, diketahui bahwa
pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah terhadap restoran sebesar 10. Dengan demikian besar potensi pajak restoran yang bersangkutan pertahun dapat
diperoleh. Untuk mengetahui pajak restoran dapat dilihat pada Tabel 33 berikut. Tabel. 33 Perhitungan Estimasi Potensi Pajak Restoran
Nama Rumah Makan Target Pajak yang harus
dibayarkan Rp. pertahun
Potensi Pajak Rumah Makan
Rp. Pertahun R.M. Bismillah
120.000 540.000
R.M. Sajojo 600.000
1.620.000 R.M. Akram
600.000 2.916.000
R.M. Padang 1.000.000
1.296.000
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah diolah
Dari hasil potensi pajak restoranrumah makan diatas, RM. Bismillah ditargetkan pemerintah sebesar Rp. 120.000 per tahun jadi target yang ditetapkan
oleh pemerintah tersebut hanya sebesar 22 persen dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan, untuk R.M. Sajojo ditargetkan pemerintah pajaknya
sebesar Rp. 600.000 per tahun hanya 37 persen dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan sedangkan R.M Akram ditargetkan pemerintah pajaknya
sebesar Rp. 600.000 per tahun hanya 20 persen dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan dan R.M Padang ditargetkan pemerintah sebesar Rp.
1000.000 per tahun hanya sebesar 77 persen dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan.
Dari hasil perhitungan pajak restoranrumah makan, R.M. Bismillah yang memiliki potensi pajak sebesar Rp. 540.000 per tahun, untuk R.M. Sajojo yang
memiliki potensi pajak sebesar Rp. 1.620.000 per tahun sedangkan R.M. Akram yang memiliki potensi pajak sebesar Rp. 2.196.000 per tahun dan R.M Padang
yang memiliki potensi pajak sebesar Rp. 1.296.000 per tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa selama ini target yang ditetapkan oleh pemerintah di bawah
potensi yang sebenarnya terlampau rendah.
5.3.6 Pembahasan