menjadi kabupaten segala fasilitas yang mendukung kegiatan pembangunan
ekonomi di Kab. Mamasa belum tersedia.
Jika dibandingkan kondisi sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa pembangunan ekonomi mengalami peningkatan tetapi dari segi
perbandingan dengan Kab. Polewali Mandar terutama mengenai perkembangan setelah menjadi kabupaten ternyata perkembangan di Kab. Polewali Mandar lebih
baik dibandingkan dengan Kab. Mamasa. Perkembangan Kabupaten Mamasa yang relatif kecil menunjukkan rendahnya aktivitas perekonomian. Beberapa hal
yang dapat menjadi penyebab. Diantaranya, pertama yaitu pembagian sumber- sumber perekonomian antara daerah Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Polewali
Mandar tidak merata. Daerah Kabupaten Polewali Mandar mendominasi pembagian sumberdaya produktif. Kedua, investasi swasta di Kabupaten Mamasa
juga relatif kecil sehingga lima tahun terakhir tidak banyak perubahan yang cukup signifikan untuk mendongkrak perekonomian daerah. Ketiga, perekonomian di
Kabupaten Mamasa belum digerakkan secara optimal oleh pemerintah daerah, baik karena kurang efektifnya program-program yang dijalankan maupun karena
alokasi anggaran pemerintah yang belum menunjukkan hasilnya. Dari penjelasan diatas mengisyaratkan bahwa pembangunan ekonomi di
Kab. Mamasa jika dibandingkan dengan Kab. Polewali Mandar diperoleh bahwa pembangunan ekonomi di daerah otonom baru masih relatif kecil sehingga
Pemekaran wilayah di Kab. Mamasa tidak menghasilkan daerah yang setara dengan daerah induknya.
5.3 Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kapasitas Fiskal
5.3.1 Potensi Keuangan Daerah
Kapasitas fiskal daerah didekati dengan data Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, Sumbangan dan
Bantuan serta penerimaan pembangunan. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMN dan pendapatan asli daerah yang sah. Dana
Perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU, DAK, dan penerimaan lainnya yang sah. Sumbangan dan bantuan meliputi bantuan meliputi
bantuan dana kontingensi dan bantuan dana propinsi, sedangkan penerimaan pembangunan bersumber dari pinjaman pemerintah daerah dan pinjaman untuk
BUMD. Pendapatan Daerah merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Semakin besar pendapatan yang diterima daerah, semakin leluasa daerah tersebut melakukan kegiatan pembangunan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk mengetahui dampak pemekaran wilayah terhadap kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Mamasa
maka dapat dilihat dari perbandingan pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya di Kab. Polewali Mandar daerah induk dan Kab. Mamasa daerah otonom baru.
Pada periode tahun 2001-2009, secara kumulatif jumlah pendapatan daerah mengalami peningkatan, di Kab. Polewali Mandar tahun 2001 sebesar 148
miliar rupiah meningkat di tahun 2003 menjadi 165 miliar rupiah dan di tahun 2009 menjadi 485 miliar rupiah sedangkan di Kab. Mamasa pada tahun 2003
sebesar 91 miliar rupiah menjadi 323 miliar rupiah pada tahun 2009. Dengan rasio pendapatan daerah di tahun 2003 sebesar 1,82 : 1 menjadi 1,50 :1 di tahun 2009.
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar lebih besar dibandingkan Kab. Mamasa. Perbandingan Pendapatan Daerah Kab.
Polewali Mandar dan Kab. Mamasa dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Perbandingan Pendapatan Daerah dan Laju Pertumbuhan Pendapatan
Daerah Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa Tahun
Pendapatan Daerah miliar Rp
Rasio Pertumbuhan
persen Selisih
Pertumbuhan Kab.
Polman Kab.
Mamasa Kab.
Polman Kab.
Mamasa 2001
148 -
- -
- -
2002 187
- -
23,00 -
- 2003
165 91
1,82 : 1 -9,00
- -
2004 201
116 1,73 : 1
21,62 28,25
- 6,63 2005
237 147
1,62 : 1 18,16
26,00 - 7,84
2006 350
220 1,61 : 1
47,48 47,86
- 0,38 2007
397 253
1,57 : 1 13,35
16,55 - 3,20
2008 449
300 1,49 : 1
13,20 18,96
- 5,77 2009
485 323
1,50 : 1 8,04
7,50 0,54
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa
Laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa berfluktuasi dan mengalami penurunan. Di Kabupaten Polewali Mandar
pada tahun 2003 sebesar 23 persen menurun menjadi 8,04 persen pada tahun 2009 sedangkan di Kabupaten Mamasa pada tahun 2004 sebesar 28,25 mengalami
penurunan sebesar 7,50 persen di tahun 2009. Jika dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan daerah diperoleh bahwa
laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar, namun
perbedaannya tidak terlalu signifikan dan fluktuasinya cenderung sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 13. Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah mampu meningkatkan pendapatan daerah, utamanya dalam meningkatkan
kontribusi Pendapatan Asli Daerah, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat memiliki peranan yang besar dalam pembangunan daerah. Hal ini
mengindikasikan bahwa dengan otonomi daerah diharapkan ketergantungan dana transfer dari pusat menjadi berkurang.
Semakin besar kapabilitas suatu daerah dalam menggali sumber-sumber keuangannya, maka akan semakin besar pula kemampuan daerah tersebut
mengurus rumah tangganya sendiri, khususnya dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Sebaliknya, besarnya ketergantungan daerah terhadap
10 20
30 40
50 60
2004 2005
2006 2007
2008 2009
La ju
p e
rt u
mb u
h a
n P
e rs
e n
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat menunjukkan bahwa kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan otonomi daerah belum sesuai dengan
sasaran yang dikehendaki. Besarnya kontribusi Dana Perimbangan dalam pembiayaan pembangunan
mengindikasikan bahwa ketergantungan terhadap transfer dari pusat sangat besar. Dari komposisi pendapatan daerah, terlihat pada Tabel 20 dan Tabel 21 diperoleh
bahwa di Kab. Mamasa pada tahun 2003 kontribusi PAD sebesar 1 persen, Dana Perimbangan sebesar 95 persen dan Pendapatan Lain-lain sebesar 4 persen dan
pada tahun 2009 kontribusi PAD menjadi 2 persen, Dana Perimbangan menjadi 88 persen dan pendapatan lain-lain sebesar 10 persen.
Tabel 20 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Mamasa persen
Komposisi Pendapatan Daerah Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PAD
1 2
1 1
1 3
2 Dana Perimbangan
95 98
94 98
95 90
88 Pendapatan Lain-Lain
4 5
1 4
7 10
Sumber: Dispenda Kabupaten Mamasa
Tabel 21 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Polewali Mandar persen
Komposisi Pendapatan Daerah
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
2006 2007 2008 2009 PAD
3 3
4 5
5 3
3 4
4 Dana Perimbangan
92 94
90 90
92 96
97 95
90 Pendapatan Lain
5 3
6 5
3 1
1 6
Sumber: Bagian Keuangan Pemda Kabupaten Polewali Mandar
Komposisi Pendapatan Daerah Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2003 untuk PAD sebesar 4 persen, Dana Perimbangan sebesar 90 persen dan
pendapatan lain-lain sebesar 6 persen dan pada tahun 2009 kontribusi PAD sebesar 4 persen, Dana Perimbangan sebesar 90 persen dan pendapatan lain-lain
sebesar 6 persen. Jika dibandingkan proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan
Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah, diperoleh bahwa perkembangan kontribusi
Dana Perimbangan di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan di Kab. Polewali Mandar tetapi ditinjau dari kontribusi Dana Perimbangan yang mengalami
penurunan tetapi dari perkembangan PAD menunjukkan bahwa kontribusi PAD di Kab. Mamasa masih rendah ini diketahui dari perbandingan dengan Kab. Polewali
Mandar.
5.3.1.1 Pendapatan Asli Daerah
PAD merupakan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan murni daerah. PAD dipergunakan untuk pembiayaan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah, untuk itu PAD harus diupayakan selalu meningkat. Peranan PAD dalam keuangan daerah merupakan salah satu tolak
ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pada umumnya daerah dikatakan siap untuk melaksanakan
otonomi daerah apabila PAD-nya dapat memberikan sumbangan yang besar dalam APBD. Sebaliknya, kecilnya kontribusi PAD kepada APBD
menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih cukup besar.
Tabel 22 Perbandingan Laju Pertumbuhan PAD Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
Tahun PAD jutaan Rp Rasio
Pertumbuhan persen Selisih
Pertumbuhan Kab.
Polman Kab.
Mamasa Kab.
Polman Kab.
Mamasa 2001
4.060 -
- -
- -
2002 6.025
- -
48,00 -
- 2003
6.412 1.054 6,08 : 1
6,00 -
- 2004
10.779 2.848 3,78 : 1
68,11 170,24
-102,13 2005
11.956 1.996 5,99 : 1
10,92 - 29,92
40,84 2006
9.824 2.899 3,39 : 1
- 17,84 45,25
- 63,09 2007
11.307 3.309 3,42 : 1
15,09 14,12
0,97 2008
16.598 8.955 1,85 : 1
46,79 170,66
- 123,86 2009
20.944 5.202 4,03 : 1
26,19 - 41,91
68,10
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa
Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan yang diperoleh dari dalam daerah yang mana pemungutan dan pengelolaannya merupakan
kewenangan pemerintah daerah. Salah satu isu yang menarik terkait dengan kebijakan desentralisasi fiskal adalah menyangkut peningkatan kapasitas daerah
untuk meningkatkan PAD atau yang disebut dengan taxing power. Namun demikian, undang-undang mengamanatkan bahwa peningkatan PAD tidak boleh
menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang menghambat pelayanan publik dan iklim dunia usaha. Secara teoritis besar kecilnya potensi PAD pada suatu daerah
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi daerah yang bersangkutan, terutama pada sektor industri dan jasa.
Dari perbandingan laju pertumbuhan PAD seperti terlihat pada Tabel 22, pada periode 2001-2009 diperoleh bahwa di Kab. Polewali Mandar mengalami
peningkatan. Pada tahun 2001 PAD sebesar 4 miliar rupiah pada tahun 2003 menjadi 6 miliar rupiah dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 21 miliar rupiah
sedangkan di Kabupaten Mamasa PAD sebesar 1 miliar rupiah pada tahun 2003 meningkat menjadi 5 miliar rupiah rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan
bahwa penerimaan PAD di Kab. Polewali Mandar lebih besar dibandingkan di Kab. Mamasa.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 14. Laju pertumbuhan PAD Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar Jika dilihat dari Laju pertumbuhan PAD seperti pada Gambar 14, pada
awal pemekaran yaitu tahun 2004 laju pertumbuhan PAD Kab. Mamasa mengalami penurunan drastis, hal ini menunjukkan tingginya ketergantungan
terhadap pusat, sedangkan pada tahun yang sama laju pertumbuhan PAD Kab. Polewali Mandar juga mengalami penurunan walaupun tidak sebesar Kab.
Mamasa, di tahun 2008-2009 Kab. Mamasa mengalami penurunan laju pertumbuhan PAD begitu pula dengan induknya, namun penurunan laju Kab.
-100 -50
50 100
150 200
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
La ju
P e
rt u
mb u
h a
n P
A D
p e
rs e
n
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
Mamasa lebih tinggi dibandingkan dengan induk nya, sehingga dapat dikatakan bahwa trend laju pertumbuhan PAD untuk Kedua kabupaten cenderung sama.
Adapun yang mempengaruhi peningkatan PAD di Kab. Mamasa yakni di ketersediaan infrastruktur yang mendorong pembangunan setelah terbentuknya
Kab. Mamasa tetapi dalam perkembangannya laju pertumbuhan PAD mengalami penurunan, ini disebabkan karena infrastruktur yang ada belum memadai bahkan
sebagian telah mengalami kerusakan, misalkan jalan raya yang rusak, listrik yang kurang dan fasilitas transportasi yang masih sangat terbatas serta kurangnya
kemampuan pemerintah daerah untuk mendorong investor dari luar untuk melakukan investasi di Kab. Mamasa.
5.3.1.2 Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi, yang bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah. Di era
otonomi daerah dana perimbangan merupakan elemen penting dalam pembiayaan pembangunan di daerah terutama bagi daerah yang memiliki pendapatan asli
daerah yang sangat kecil. Tabel 23 Perbandingan Laju Pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa Tahun
Dana Perimbangan Jutaan Rp
Rasio Pertumbuhan persen
Selisih Pertumbuhan
Kab. Polman
Kab. Mamasa
Kab. Polman
Kab. Mamasa
2001 135.641
- -
- -
- 2002
170.468 -
- 26,00
- -
2003 149.022
86.285 1,72 : 1 -13,00
- -
2004 180.924
113.596 1,59 : 1 21,41
31,65 - 10,25
2005 217.558
137.641 1,58 : 1 20,25
21,17 - 0,92
2006 335.474
212.065 1,58 : 1 54,20
54,07 0,13
2007 385.330
240.373 1,60 : 1 14,86
13,35 1,51
2008 427.605
271.454 1,58 : 1 10,97
12,93 - 1,96
2009 436.632
286.043 1,53 : 1 2,11
5,37 - 3,26
Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa diolah
Dana perimbangan meningkat setiap tahun Tabel 23, di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 135 miliar rupiah meningkat di tahun
2003 menjadi 149 miliar rupiah dan pada tahun 2009 menjadi 436 miliar rupiah, sedangkan di Kabupaten Mamasa pada tahun 2003 sebesar 86 miliar rupiah
meningkat menjadi 286 miliar rupiah di tahun 2009. Dari rasio dana perimbangan diketahui bahwa dana perimbangan di Kabupaten Polewali Mandar jauh lebih
besar dibandingkan dengan Kabupaten Mamasa yakni 1,72:1 di tahun 2003 menjadi 1,53:1 di tahun 2009.
Dari laju pertumbuhan pada periode tahun 2001-2009 Dana Perimbangan di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa fluktuatif dan mengalami penurunan
terlihat pada Tabel Gambar 15. Laju pertumbuhan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 26 persen menjadi 2,11 persen pada tahun 2009 sedangkan
untuk Kab. Mamasa laju pertumbuhan Dana Perimbangan pada tahun 2003 sebesar 31,65 persen menjadi 5,37 persen pada tahun 2009.
sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 15 Laju pertumbuhan Dana Perimbangan Kab. Mamasa dan
Kab. Polewali Mandar
Dari perbandingan diatas menunjukkan bahwa perkembangan laju dana perimbangan di Kab. Mamasa jauh lebih besar dibandingkan Kab. Polewali
Mandar. Hal ini mengindikasi bahwa di awal terbentuknya Kab. Mamasa dana perimbangan sangat vital peranannya di dalam pembangunan dan ketergantungan
terhadap dana perimbangan masih cukup besar.
-20 -10
10 20
30 40
50 60
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
La ju
p e
rt u
mb u
h a
n D
a n
a
P e
ri mb
a n
g a
n p
e rs
e n
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
Untuk melihat kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi otonomi daerah khususnya di bidang keuangan, diukur dari seberapa jauh kemampuan
pembiayaan urusan bila didanai sepenuhnya oleh Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Bagi Hasil DBH. Oleh sebab itu, jika pemerintah daerah harus dapat
mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki. Apabila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi maka transfer Dana Bagi
Hasil yang diterima pun cenderung akan semakin besar. Dari Jumlah Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
terlihat mengalami peningkatan. Di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 9 miliar rupiah menjadi 29 miliar rupiah pada tahun 2009 sedangkan di
Kab. Mamasa Jumlah dana Bagi hasilnya sebesar 7 miliar pada tahun 2003 menjadi 24 miliar rupiah pada tahun 2009. Pada Gambar 16 terlihat bahwa Dana
Bagi Hasil di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi daerah di wilayah tersebut mengalami
peningkatan.
Sumber Data: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
Gambar 16 Jumlah Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Laju pertumbuhan Dana bagi hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab.
Mamasa berfluktuasi. Terlihat pada Gambar 17 laju pertumbuhan Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dari tahun 2002 sebesar 26 persen menurun menjadi
1 persen pada tahun 2006 dan pada periode 2006-2009 meningkat dengan laju
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 D
an a B
ag i
H as
il ju
ta R p
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 20 persen sedangkan laju pertumbuhan Dana Bagi Hasil Kab. Mamasa pada periode tahun 2004-2005 mengalami
penurunan dan mengalami peningkatan pada periode 2005-2007 dimana pada tahun 2007 laju pertumbuhan Dana Bagi Hasil sebesar 43 persen, menurun di
tahun 2008 sebesar -4 persen dan kembali meningkat pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan sebesar 11 persen. Jika dibandingkan laju Pertumbuhan Dana Bagi
Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa terutama pada tahun 2006-2009 terlihat bahwa laju pertumbuhan Kab. Polewali Mandar lebih baik
pertumbuhannya, sehingga dari perkembangan Dana Bagi Hasil dapat dikatakan bahwa potensi daerah Kab. Mamasa lebih rendah dibandingkan induknya.
Sumber Data: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
Gambar 17 Laju pertumbuhan Jumlah Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
5.3.1.3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan.
lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Lain-lain Pendapatan yang sah di Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Polewali Mandar berfluktuasi tetapi
mengalami peningkatan, di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2003 sebesar 9 miliar rupiah menjadi 27 miliar rupiah di tahun 2009 sedangkan di Kabupaten
Mamasa tahun 2003 sebesar 3 miliar menjadi 32 miliar di tahun 2009. Jika
-10 10
20 30
40 50
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
La ju
p e
rt u
mb u
h a
n p
e rs
e n
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
dibandingkan diperoleh bahwa pendapatan lain-lain yang sah di Kab. Mamasa lebih besar dibandingkan di Kab. Mamasa Tabel 24.
Tabel 24 Perbandingan Laju Pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Sah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
Tahun Lain-lain Pendapatan
Jutaan Rp Rasio
Pertumbuhan persen Selisih
Pertumbuhan Kab.
Polman Kab.
Mamasa Kab.
Polman Kab.
Mamasa 2003
9.743 3.457 2,82 : 1
- -
- 2004
9.179 -
- -5,79
- -
2005 7.850
7.086 1,12 : 1 -14,48
- -
2006 4.778
1.981 2,41 : 1 -39,13
-72,04 32,91
2007 176
9.169 0,02 : 1 -96,30
362,83 - 459,13
2008 4.984
20.394 0,24 : 1 2718,63
122,41 2596,22
2009 27.724
32.105 0,86 : 1 456,24
57,43 398,82
Sumber: Dispenda Kab. Mamasa dan Bagian Keuangan Kab. Polewali Mandar diolah
Dari laju pertumbuhan pendapatan lain-lain yang sah seperti terlihat pada Gambar 18, diperoleh bahwa di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
mengalami peningkatan tetapi jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan lain- lain yang sah di Kab. Polewali Mandar jauh lebih besar ini dilihat pada tahun
2006 sebesar -39,13 persen menjadi 456,24 persen di tahun 2009 sedangkan untuk Kab. Mamasa pada tahun 2006 sebesar -72,04 persen meningkat menjadi 57,43
persen di tahun 2009.
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 18 Laju pertumbuhan Lain-lain Pendapatan yang sah Kab. Mamasa
Dan Kab. Polewali Mandar
-500 500
1000 1500
2000 2500
3000
2004 2005
2006 2007
2008 2009
La ju
p e
rt u
mb u
h a
n p
e rs
e n
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
5.3.2 Belanja Daerah