Pelayanan Publik TINJAUAN PUSTAKA

2007 tentang Persyaratan Pembentukan Dan Kriterian Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

2.7 Pelayanan Publik

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorangkelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu Miftah Thoha, 1991. Terkait dengan pemerintahan, Kurniawan 2005 membagi fungsi pemerintahan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Fungsi pengaturan yang dilaksanakan dengan membuat peraturan yang mengatur hubungan dalam masyarakat. Pemerintah merupakan pihak yang dapat melakukan dan menerapkan peraturan agar kehidupan dapat berjalan secara dinamis, serta memiliki kemampuan untuk memberikan sanksi bagi pelanggarnya; 2. Fungsi pemberdayaan, dalam fungsi ini pemerintah dibebani kewajiban untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pemerintahan, tanpa melupakan peran swasta dan aparatur pemerintah sendiri. Partisipasi masyarakat hanya dapat dipacu apabila kepentingan mereka diperhatikan, baik dalam bentuk peraturan maupun tindakan nyata pemerintah. 3. Fungsi pelayanan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sekaligus upaya penciptaan keadilan sosial di tengah masyarakat, bahkan fungsi ini merupakan fungsi utama pemerintah yang cukup beragam, dengan adanya fungsi ini diharapakan pemerintah akan dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Jika dilihat dari segi dimensi-dimensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa jenis, misalnya Chitwood dalam Frederickson, 1988 menyebutkan apabila pelayanan publik dikaitkan dengan keadilan, maka bisa dibagi ke dalam tiga bentuk dasar, yaitu : 1. Pelayanan yang sama bagi semua. Misalnya pendidikan yang diwajibkan bagi penduduk usia muda. 2. Pelayanan yang sama secara proporsional bagi semua, yaitu distribusi pelayanan yang didasarkan atas suatu ciri tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan. Misalnya jumlah polisi yang ditugaskan untuk berpratoli dalam wilayah tertentu berbeda-beda berdasarkan angka kriminalitas. 3. Pelayanan-pelayanan yang tidak sama bagi individu-individu bersesuaian dengan perbedaan yang relevan. Ada beberapa kriteria mengapa pelayanan itu tidak sama antara lain: satu, pelayanan yang diberikan berdasarkan kemampuan untuk membayar dari penerima pelayanan. Dua, penyediaan pelayanan-pelayanan atas dasar kebutuhan-kebutuhan. Di era otonomi daerah saat ini, seharusnya pelayanan publik menjadi responsif terhadap kepentingan publik, dimana paradigma pelayanan publik beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasan pelanggan costumers driven government. Sejogjanya kebutuhan masyarakat dilayani pemerintah, begitu pula sebaliknya kebijakan pemerintah yang benar didukung oleh masyarakat. Dengan demikian tercipta pola pikir Top-Down dan Bottom-Up yang saling berinteraksi dalam hal kebutuhan akan adanya kebijakan pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat. Menurut Sarundajang, untuk menjawab berbagai kebutuhan publik maka seharusnya pemerintah telah siap dan memiliki profesionalitas serta etika profesi pada saat melayani publik. Berhubungan dengan konsep public service, antara publik dan pelayanan publik dalam kerangka pelaksanaan sistem pemeritahan daerah ke depan maka pada dasarnya hubungan timbal balik harus saling menguntungkan mutualisme dalam hal benefit sosial. Untuk menciptakan pelayanan publik secara baik sesuai dengan harapan bersama. Perlu adanya mekanisme pelayanan publik secara jelas, pejabat publik harus mengetahui budaya yang baik dari masing-masing kelompok masyarakat dan parameter dalam melaksanakan public service harus ada. Adapun manfaat dari dilakukannya pelayanan publik bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan menurut Sarudajang 2005, adalah untuk meningkatkan citra pemerintahan daerah; meningkatkan kualitas pemeritahan; menciptakan nilai baik berupa profit atau benefit bagi publik dan pemerintah.

2.8 Aparatur Pemerintah