BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kabupaten Mamasa
5.1.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kab. Mamasa Berdasarkan Syarat
Teknis PP. No. 78 Tahun 2007
Pembentukan daerah otonom baru merujuk ke Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dimana pasal 5 menyatakan bahwa
pembentukan daerah harus memenuhi syarat administrasi, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administrasi untuk Kabupatenkota meliputi adanya
persetujuan DPRD provinsi dan gubernur serta rekomendasi menteri dalam negeri. Syarat fisik meliputi paling sedikit 5 lima kabupatenkota untuk
pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 lima kecamatan untuk pembentukan kabupaten serta 4 empat kecamatan untuk pembentukan kota.
Syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, keamanan, dan
faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Adapun faktor lain tersebut meliputi pertimbangan kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan,
dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan. Adapun syarat tentang pembentukan daerah otonom baru diatur dalam PP No. 78 tahun 2007 tentang tata
cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah dikaji berdasarkan 11 faktor dan 35 indikator.
Terbentuknya Kabupaten Mamasa sangat dipengaruhi oleh timpangnya pembangunan serta kurangnya perhatian pembangunan dari pemerintah provinsi
dan kabupaten induknya, menyebabkan tingkat perekonomian masyarakat sangat rendah yang berakibat semakin tingginya tingkat kemiskinan yang terjadi di
wilayah Kab. Mamasa selain faktor luas wilayah dan histroris yang sangat mendukung untuk dibentuknya Kab. Mamasa.
Untuk mengetahui kelayakan pembentukan Kab. mamasa skoring berdasarkan syarat teknis berdasarkan PP. 78 tahun 2007. Nilai indikator teknis
pembentukan Kab. Mamasa terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai Indikator Teknis Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar Tahun 2007
FAKTOR BOBOT DAN INDIKATOR POLMAN
MAMASA KEPENDUDUKAN
- Jumlah penduduk
- Kepadatan Penduduk
369.586 182,76
124.433 45,097
KEMAMPUAN EKONOMI -
PDRB non migas perkapita -
Pertumbuhan ekonomi -
Kontribusi PDRB non migas Kab. Terhadap PDRB Non Migas Prov.
3.152.009 6,41
30,96 3.890.146
4,49 11,66
POTENSI DAERAH -
Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per 10.000 penduduk
- Rasio pasar per 10.000 penduduk
- Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk
- Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk
- Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah
rumah tangga -
Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor
- Rasio pegawai negeri sipil terhadap per 10.000
penduduk 5,627
0,757 2,165
5,222 65,213
4,398 167,728
4,500 1,044
8,197 10,849
13,516 0,291
134,691 KEMAMPUAN KEUANGAN
- Jumlah PDS
- Jumlah PDS Terhadap Jumlah Penduduk
- Rasio PDS terhadap PDRB non migas
46.807.717.228 126649,054
0,041 25.549.257.700
205325,418 0,053
SOSIAL BUDAYA -
Rasio sarana peribadatan per 10. 000 penduduk -
Rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk
19,806 19,129
46,691 47,656
LUAS DAERAH -
Luas wilayah keseluruhan 2.022,30
3005,88 PERTAHANAN
- Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang
pertahanan D
D KEAMANAN
- Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap
jumlah penduduk 11,661
22,743 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
- Indeks Pembangunan Manusia
64,77 69,16
RENTANG KENDALI -
Rata-rata jarak kabkota atau kecamatan ke pusat provkabkota
197 290
Sumber data: BPS Kab. Mamasa dan BPS Kab. Polewali Mandar
Tabel 5 Hasil Skoring Kelayakan Pemekaran Kab. Mamasa Berdasarkan PP No. 78 Tahun 2007
FAKTOR BOBOT DAN INDIKATOR BOBOT
SKOR NILAI
KEPENDUDUKAN -
Jumlah penduduk -
Kepadatan Penduduk 15
5 2
2 30
10 KEMAMPUAN EKONOMI
- PDRB non migas perkapita
- Pertumbuhan ekonomi
- Kontribusi PDRB Non Migas kabupaten terhadap
PDRB Non Migas Provinsi 5
5 5
5 4
2 25
20 10
POTENSI DAERAH -
Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per 10.000 penduduk
- Rasio pasar per 10.000 penduduk
- Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk
- Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk
- Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah
rumah tangga -
Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor
- Rasio pegawai negeri sipil terhadap per 10.000
penduduk 2
1 1
1 1
1 1
5 5
5 5
2
1 5
10 5
5 5
2
1 5
KEMAMPUAN KEUANGAN -
Jumlah PDS -
Jumlah PDS Terhadap Jumlah Penduduk -
Rasio PDS terhadap PDRB non migas 5
5 5
3 5
5 15
25 25
SOSIAL BUDAYA -
Rasio sarana peribadatan per 10. 000 penduduk -
Rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk
2 2
5 5
10 10
LUAS DAERAH -
Luas wilayah keseluruhan 2
5 10
PERTAHANAN -
Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan
2 5
10 KEAMANAN
- Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap
jumlah penduduk 5
5 25
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA -
Indeks Pembangunan Manusia 5
5 25
RENTANG KENDALI -
Rata-rata jarak kabkota atau kecamatan ke pusat provkabkota
2 5
10 TOTAL
78 293
Sumber data: Kab. Mamasa dan Polewali Mandar Dalam Angka Olahan
Kelayakan pembentukan Kab. Mamasa berdasarkan syarat teknis PP No. 78 tahun 2007 dari 22 indikator yang dinilai 9 indikator kelayakan Kab. Mamasa
lebih baik selebihnya dibawah Kab. Polewali Mandar. Hasil skoring kelayakan
pembentukan Kab. Mamasa yang diperoleh skor sebesar 293 Tabel 5.
Terbatasnya data untuk menganalisis kelayakan pemekaran di suatu wilayah berakibat terhadap kecilnya hasil skoring yang diperoleh sehingga pada
tahap pengkategorian dilakukan revisi terhadap nilai kelulusan sehingga nilai kelulusan yang sebenarnya dapat diperoleh. Nilai kelulusan turunan dari hasil PP
No. 78 tahun 2007 Tabel 6. Tabel 6 Nilai Kelulusan Kabupaten Mamasa
Kategori Nilai total seluruh indikator
Keterangan
Sangat Mampu 328
sd 390
Rekomendasi
Mampu 265
sd 327
Rekomendasi
Kurang Mampu 203
sd 264
Tolak Tidak Mampu
140 sd
202 Tolak
Sangat Tidak Mampu 78
sd 139
Tolak
Sumber: hasil revisi dari PP No. 78 tahun 2007 diolah
Dapat diketahui Tabel 6 bahwa hasil kelulusan dari pembentukan Kabupaten Mamasa dengan menggunakan 10 faktor dan 22 indikator diperoleh
hasil bahwa Kabupaten Mamasa masuk kategori mampu dan dapat direkomendasikan untuk membentuk Kabupaten.
Usulan pembentukan Kab. Mamasa berdasarkan data hasil skoring Tabel 5 sebesar 40 berarti dari faktor kependudukan belum memenuhi syarat yakni
dibawah 80 sedangkan faktor kemampuan ekonomi sebesar 55 belum memenuhi syarat kemampuan ekonomi karena skor dimana dibawah 60, dalam syarat teknis
PP. No. 78 tahun 2007 suatu daerah layak untuk dibentuk jika nilai skor masuk kategori mampu dan dari faktor kependudukan, faktor kemampuan ekonomi,
kemampuan keuangan dan potensi daerah memenuhi persyaratan jika salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi maka daerah tersebut tidak layak dibentuk atau
ditolak sehingga berdasarkan hasil skoring pembentukan daerah otonom baru dapat disimpulkan bahwa usulah pembentukan Kab. Mamasa masuk kategori
belum layak untuk di bentuk atau ditolak.
Dari hasil skoring pembentukan Kab. Mamasa ada empat Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pembentukan daerah yakni faktor kependudukan,
faktor kemampuan ekonomi, kemampuan keuangan dan potensi daerah karena jika salah satu faktor ini tidak memenuhi syarat maka suatu daerah tidak layak
untuk dibentuk atau ditolak, terbatasnya data yang ada hanya 3 faktor dalam pembentukan Kab. Mamasa dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor Kependudukan
Faktor kependudukan dinilai dari jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, jumlah penduduk Kab. Mamasa masih jauh dibawah jumlah penduduk
Kab. Polewali Mandar, pada tahun 2007 jumlah penduduk di Kab. Mamasa sebesar 124.433 jiwa sedangkan di Kab. Polewali Mandar sebesar 369.586 jiwa,
jika dibandingkan diperoleh perbandingan sebesar 1:3 dimana jumlah penduduk di Kab. Polewali Mandar jauh lebih besar. Dari perbandingan jumlah penduduk
diperoleh bawah jumlah penduduk Kab. Mamasa hanya 34 persen dari jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar.
Dilihat dari kepadatan penduduk, pada tahun 2007, luas wilayah di Kab. Mamasa yakni 2.759,23 Km
2
diperoleh kepadatan penduduk sebesar 45,09 sedangkan di Kab. Polewali Mandar luas wilayah sebesar 2.022,30 Km
2
2. Faktor Kemampuan Ekonomi
dengan kepadatan penduduk sebesar 182.75, dari perbandingan diperoleh Kepadatan
penduduk di Kab. Mamasa hanya 25 persen dari jumlah kepadatan penduduk Kab. Polewali Mandar.
Dari faktor ekonomi dilihat dari PDRB Non Migas perkapita, pertumbuhan ekonomi dan kontribusi PDRB Non Migas kabupaten terhadap
PDRB Non Migas provinsi. PDRB Non Migas perkapita pada tahun 2007, di Kab. Polewali Mandar sebesar 3.152.009 rupiah dibawah dari PDRB Non Migas
perkapita Kab. Mamasa yakni sebesar 3.890.146 rupiah dari perbandingan diperoleh bahwa PDRB Non migas Kab. Mamasa sebesar 123 persen dari jumlah
PDRB Non Migas perkapita Kab. Polewali Mandar.
Pertumbuhan ekonomi di Kab. Polewali Mandar sebesar 6,41 persen pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan di Kab. Mamasa yakni sebesar 4,49 persen,
dari perbandingan laju pertumbuhan ekonomi diperoleh bahwa pertumbuhan ekonomi di Kab. Mamasa sebesar 70 persen dari pertumbuhan ekonomi di Kab.
Polewali Mandar. PDRB non migas Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sebesar 3.595
miliar rupiah, kontribusi PDRB non migas kabupaten terhadap PDRB non migas provinsi diperoleh untuk Kab. Polewali Mandar PDRB non migasnya sebesar
sebesar 1.136 miliar rupiah dimana kontribusi terhadap PDRB provinsi sebesar 32 persen sedangkan untuk Kab. Mamasa PDRB non migasnya sebesar 480 miliar
rupiah dimana kontribusi terhadap PDRB provinsi sebesar 13 persen. Jika dibandingkan kontribusi PDRB non migas kabupaten terhadap PDRB Non Migas
provinsi diperoleh bahwa Kab. Mamasa sebesar 42 persen dari kontribusi PDRB non migas Kab. Polewali Mandar terhadap PDRB non migas provinsi.
3. Faktor Kemampuan Keuangan
Faktor kemampuan keuangan dilihat dari jumlah pendapatan daerah sendiri PDS, pendapatan daerah sendiri adalah seluruh penerimaan daerah yang
berasal dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak, bagi hasil sumber daya alam dan penerimaan dari bagi hasil provinsi untuk pembentukankabupatenkota.
Jumlah pendapatan daerah sendiri untuk Kab. Polewali Mandar pada tahun 2007 sebesar 47 miliar rupiah sedangkan Kab. Mamasa sebesar 26 miliar rupiah,
Pendapatan Daerah Sendiri Kab. Mamasa 55 persen dari Pendapatan Daerah Sendiri Kab. Polewali Mandar.
Jumlah pendapatan daerah sendiri terhadap jumlah penduduk yakni jumlah pendapatan daerah sendiri dibagi jumlah penduduk di Kab. Polewali Mandar
sebesar 126.649 sedangkan untuk Kab. Mamasa sebesar 205.325, dari perbandingan jumlah pendapatan daerah sendiri terhadap jumlah penduduk Kab.
Mamasa lebih baik yakni 162 persen dari Kab. Polewali Mandar. Rasio pendapatan daerah sendiri terhadap non migas yakni jumlah
pendapatan daerah sendiri dibagi jumlah PDRB Non Migas, untuk Kab. Polewali Mandar sebesar 0,041 sedangkan Kab. Mamasa sebesar 0,053 menunjukkan
bahwa untuk Kab. Polewali Mandar rasio pendapatan daerah sendiri terhadap PDRB non migas lebih baik dibandingkan Kab. Polewali Mandar dimana rasio
pendapatan daerah sendiri terhadap PDRB Non Migas Kab. Mamasa 129 persen dari Kab. Polewali Mandar.
Hal terpenting mengapa diperlukan kelayakan pembentukan di Kab. Mamasa walaupun telah terbentuk disebabkan dikeluarkannya UU No. 32 tahun
2004 yang mengatur tentang pemerintah daerah yang melahirkan PP. No 78 tahun 2007 mengamanatkan perlunya kesiapan suatu daerah yang akan dibentuk karena
dari perkembangan beberapa daerah otonom baru menunjukkan banyak daerah otonom baru belum mampu berkembang, hal ini disebabkan oleh kesiapan diawal
pembentukannya dimana banyak syarat atau ketentuan yang belum dipenuhi karena jalur pembentukan suatu wilayah melalui jalur legislatif.
Kekuatan undang-undang lebih besar dibandingkan peraturan pemerintah, dengan demikian pada aturan pemekaran di Indonesia diperlukan penguatan yakni
PP. No. 78 tahun 2007 dapat di undang-undangkan karena kebanyakan pembentukan daerah otonom baru melalui jalur legislatif kurang memperhatikan
ketentuan dalam PP. No. 78 tahun 2007, sehingga dengan di undang- undangkannya PP. No. 78 tahun 2007 menyebabkan aturan pembentukan daerah
otonom baru lebih selektif.
5.1.2 Kelayakan Pemekaran Kab. Mamasa Berdasarkan Persepsi