5.3.2 Belanja Daerah
Belanja Daerah dapat dilihat dari proporsi belanja yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengeluaran atau belanja sebagai
pemanfaatan daerah APBD dibagi dalam 2 bagian yaitu menjadi belanja rutin dan pembangunan tetapi dalam perkembangannya belanja daerah dibagi menjadi
belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik selain itu adapula belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Tabel 25 Belanja Daerah Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa Kabupaten
Tahun Miliar rupiah rupiah 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Polewali Mandar 145
195 151
205 248
350 388
453 479
Mamasa -
- 89
109 131
77 258
306 386
Sumber: Dispenda Kab. Mamasa dan Bagian Keuangan Kab. Polewali Mandar diolah
Dari Tabel 25 diperoleh bahwa belanja daerah di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa periode tahun 2001-2009 mengalami peningkatan, di Kab.
Polewali Mandar pada tahun 2001 belanja daerah sebesar 145 miliar rupiah meningkat menjadi 479 miliar rupiah sedangkan di Kab. Mamasa pada tahun 2003
sebesar 89 miliar rupiah meningkat menjadi 386 miliar rupiah pada tahun 2009. Jika dibandingkan, belanja daerah di Kab. Polewali Mandar lebih besar
dibandingkan Kab. Mamasa.
1. Belanja Langsung
Belanja langsung, yaitu belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis belanja langsung dapat
berupa belanja pegawaipersonalia, belanja barangjasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas. Keberadaan anggaran belanja langsung merupakan
konsekuensi karena adanya program atau kegiatan. Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input alokasi belanja yang ditetapkan dapat diukur dan
diperbandingkan dengan ouput yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen belanja langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat
pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.
S
umber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 19 Jumlah Belanja Langsung Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
Tujuan utama dari pemekaran wilayah adalah peningkatan pelayanan publik, ini dapat tercapai jika di dukung oleh alokasi anggaran yang besar, hal
tersebut dapat dilihat dari alokasi belanja langsung yang dikeluarkan oleh suatu daerah.
Seperti terlihat pada Gambar 19 diperoleh bahwa alokasi belanja langsung di Kab. Polewali Mandar mengalami peningkatan yakni di tahun 2001 belanja
langsung yang ada di wilayah tersebut sebesar 25 miliar rupiah menjadi 168 miliar rupiah pada tahun 2009 sedangkan di Kab. Mamasa alokasi belanja langsung
tahun 2003 sebesar 42 miliar rupiah menjadi 227 miliar rupiah pada tahun 2009. Jika dibandingkan peningkatan alokasi belanja langsung di Kab. Mamasa lebih
baik dibandingkan di Kab. Polewali Mandar. Dari laju pertumbuhan belanja langsung seperti terlihat pada Gambar 20,
di Kab. Polewali Mandar berfluktuasi dan mengalami penurunan yakni pada tahun 2002 sebesar 76 persen menjadi 46,09 persen tahun 2009 penurunan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 sebesar -58,43 persen sedangkan di Kab. Mamasa laju pertumbuhan belanja langsung juga berflukuasi dan mengalami penurunan yakni
pada tahun 2004 sebesar 85,71 menurun menjadi 32,75 persen pada tahun 2009, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 378,38 persen.
50 100
150 200
250 300
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 B
e la
n ja
L a
n g
su n
g
Mi li
a r R
u p
ia h
Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa
Jika dibandingkan laju pertumbuhannya, Kab. Polewali Mandar memiliki laju pertumbuhan yang relatif lebih baik dibandingkan Kab. Mamasa, karena laju
pertumbuhan belanja langsung Kab Mamasa cenderung fluktuatif, walaupun di tahun 2007 memiliki peningkatan yang tajam, namun menurun di tahun 2008,
sedangkan untuk daerah induk ditahun 2007 mengalami penurunan laju namun di tahun 2008-2009 kembali mengalami peningkatan.
S
umber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar
Gambar 20 Laju pertumbuhan jumlah belanja langsung daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa
2. Belanja Tidak Langsung