Pendidikan Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Publik

mendukung perekonomian di Kab. Mamasa seperti jalan raya sebagai mobilisasi barang dan masyarakat sehingga perbaikan jalan mampu mendorong arus transportasi yang semakin lancar dan diharapkan dapat meningkatkan alat transportasi yang masih sangat terbatas jumlahnya yang merupakan salah satu penyebab tingginya inflasi di Kab. Mamasa. Dari uraian diatas diperoleh kesimpulan bahwa pemekaran wilayah telah mampu meningkatkan kemampuan fiskal Kab. Mamasa tetapi jika dibandingkan dengan induknya Kemampuan fiskal Kab. Mamasa masih lebih rendah dibandingkan dengan Kab. Polewali Mandar.

5.4 Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Publik

Salah satu tujuan utama dilakukannya pembentukan daerah otonom baru adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi fokus untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pelayanan publik dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan dari segi pendidikan, kesehatan dan infrastruktur setelah terbentuknya Kabupaten Mamasa.

5.4.1 Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan bagian penting dalam pelayanan publik. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009 disebutkan, permasalahan bidang pendidikan di Indonesia antara lain mencakup: fasilitas pelayanan pendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi yang belum tersedia secara merata; serta ketersediaan pendidik yang belum memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pemekaran daerah memungkinkan pemerintah memperbaiki pemerataan fasilitas pendidikan, baik di tingkat dasar maupun lanjutan, serta menyediakan lebih banyak tenaga pendidik yang memadai melalui peran pemerintah daerah. Rentang kendali yang lebih pendek dan alokasi fiskal yang lebih merata seyogyanya menjadi modal dasar bagi peningkatan pelayanan bidang pendidikan di setiap daerah, khususnya daerah pemekaran. Sumber data: BPS Kabupaten Mamasa dan Polewali Mandar Gambar 24 Siswa per Sekolah SD dan SLTP di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2003-2007 Untuk mengetahui bagaimana peningkatan fasilitas pelayanan pendidikan dapat dilihat dari daya tampung sekolah yang ada di daerah pemekaran. Dari data rasio siswa per sekolah pada tahun 2003-2007 untuk tingkat SD dan SLTP serta tingkat SLTA, dapat diketahui bahwa daya tampung sekolah di Kab. Mamasa lebih rendah dibandingkan di Kab. Polewali Mandar, walaupun di tingkat SD dan SLTP kesenjangan tidak terlalu tinggi tetapi ditingkat SLTA kesenjangan sangat tinggi. Rasio siswa per sekolah SD dan SLTP serta SLTA dapat dilihat pada Gambar 24 dan Gambar 25. Sumber data: BPS Kabupaten Mamasa dan Polewali Mandar Gambar 25 Siswa per Sekolah SLTA di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2003-2007 50 100 150 200 2003 2004 2005 2006 2007 R a sio S is w a S e k o la h KAB. POLEWALI MANDAR KAB. MAMASA 50 100 150 200 250 300 350 400 2003 2004 2005 2006 2007 R a sio S is w a S e k o la h KAB. POLEWALI MANDAR KAB. MAMASA Indikator ini sesungguhnya mengandung dua makna. Pertama, ketersediaan sekolah; dan kedua, partisipasi masyarakat. Rendahnya indikator tersebut di Kab. Mamasa dilihat dari data jumlah siswa dan jumlah sekolah menunjukkan bahwa tingginya partisipasi masyarakat dari jumlah siswa yang cukup besar tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan sekolah, sehingga karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengatisipasi peningkatan partisipasi masyarakat terhadap tersedianya jumlah sekolah menyebabkan turunnya partisipasi sekolah sehingga trend penurunan daya tampung sekolah pada tingkat SD dan SLTP sedangkan pada tingkat SLTA daya tampung sekolah meningkat tetapi masih rendah. Sumber data: BPS Kabupaten Mamasa dan Polewali Mandar Gambar 26 Laju Pertumbuhan Siswa per Sekolah SD dan SLTP di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2004-2008 Dari laju pertumbuhan siswa per sekolah untuk tingkat SD dan SLTP serta SLTA terlihat pada Gambar 26 dan Gambar 27 diperoleh bahwa perkembangan daya tampung sekolah di Kab. Polewali Mandar lebih baik dibandingkan dengan Kab. Mamasa, untuk tingkat SD dan SLTP di Kab. Polewali Mandar pada periode 2004-2007 mengalami peningkatan sedangkan untuk Kab. Mamasa pada periode tersebut perkembangan daya tampung sekolah mengalami penurunan. Perkembangan daya tampung untuk tingkatan SLTA terlihat bahwa di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa mengalami penurunan tetapi penurunan yang cukup besar terjadi di Kab. Mamasa. -40 -30 -20 -10 10 20 30 40 50 60 2004 2005 2006 2007 La ju P e rt u mb u h a n p e rs e n Kab. Polman Kab. Mamasa Sumber data: BPS Kabupaten Mamasa dan Polewali Mandar Gambar 27. Laju Pertumbuhan Siswa per Sekolah SLTA di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2004-2008 Ketersediaan tenaga pendidik merupakan unsur utama keberhasilan pembangunan sektor pendidikan. Rasio jumlah siswa per guru memiliki pengaruh terhadap efektivitas proses belajar-mengajar di sekolah, dan lebih jauh lagi terhadap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah. Sumber data: Mamasa dan Polewali Mandar dalam angka Gambar 28 Siswa per Guru SD dan SLTP di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2003-2007 Perbandingan antara jumlah siswa per guru di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa seperti terlihat pada pada Gambar 28 dan Gambar 29, nilai siswa per guru untuk SD dan SLTP serta SLTA di Kab. Mamasa mengalami penurunan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2003 2004 2005 2006 2007 R a sio S is w a G u ru KAB. POLEWALI MANDAR KAB. MAMASA -15 -10 -5 5 10 15 20 25 30 2004 2005 2006 2007 La ju p e rt u mb u h a n p e rs e n Kab. Polman Kab. Mamasa atau lebih rendah dibandingkan Kab. Polewali Mandar, ini menunjukkan bahwa keefektifan kegiatan proses belajar mengajar di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan di Kab. Polewali Mandar. Sumber data: Mamasa dan Polewali Mandar dalam angka Gambar 29 Siswa per guru SLTA di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2003-2007 Dari laju pertumbuhan Siswa per guru untuk SD dan SLTP serta SLTA seperti terlihat pada Gambar 30 terlihat bahwa laju pertumbuhan untuk siswa per guru di Kab. Mamasa untuk tingkat SD dan SLTP mengalami penurunan, berbeda dengan Kab. Polewali Mandar yang mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa perkembangan siswa per guru pada periode tahun 2003-2008 untuk SD dan SLTP di Kab. Mamasa semakin baik. Sumber data: Mamasa dan Polewali Mandar dalam angka Gambar 30 Laju Pertumbuhan Siswa per guru SD dan SLTP di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa tahun 2004-2007 5 10 15 20 25 30 35 40 2003 2004 2005 2006 2007 R a sio S is w a G u ru KAB. POLEWALI MANDAR KAB. MAMASA -60 -40 -20 20 40 60 80 2004 2005 2006 2007 La ju P e rt u mb u h a n p e rs e n Kab. Polman Kab. Mamasa Perkembangan siswa per guru tingkat SLTA di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa seperti terlihat pada Gambar 31, mengalami peningkatan tetapi peningkatan siswa per guru di Kab. Polewali Mandar jauh lebih besar dibandingkan Kab. Mamasa, walaupun perkembangannya di kedua kabupaten tersebut cenderung rendah tetapi bila dibandingkan di Kab. Mamasa sedikit lebih baik dibandingkan di Kab. Polewali Mandar. Sumber data: Mamasa dan Polewali Mandar dalam angka Gambar 31 Laju Pertumbuhan Siswa per Guru SLTA di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun 2004-2007 Dari perbandingan pelayanan publik di bidang pendidikan menunjukkan perkembangan untuk siswa per guru untuk tingkat SD dan SLTP serta SLTA di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan Kab. Polewali Mandar sedangkan untuk perkembangan siswa per sekolah untuk tingkat SD dan SLTP serta SLTA di Kab. Mamasa tidak lebih baik dibandingkan Kab. Polewali Mandar.

5.4.2 Kesehatan