Tokoh yang paling disegani oleh masyarakat Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip adalah pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal. Pemimpin
formal di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip adalah kepala kelurahankepala desa, kepala lingkungandusun, dan ketua kelompok. Sedangkan pemimpin
informal adalah tokoh agama, tokoh masyarakat mantan kepala kelurahankepala desa, aparat kelurahandesa, tokoh pemuda, dan tokoh wanita.
Kerjasama antara pemimpin formal dan informal di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip sudah berjalan dengan baik. Satu sama lain saling mendukung
terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama yang baik ditunjukkan dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan
rakyat, walaupun dilakukan secara individu namun manfaatnya untuk kepentingan bersama terutama dari segi lingkungan.
4.4.4. Lembaga-Lembaga Sosial Masyarakat
Pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip sehari- hari dilakukan oleh pemiliknya, keluarga
petani
hutan rakyat. Terdapat beberapa lembaga seperti koperasi di tingkat RT; Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga PKK, Paguyuban Keluarga Berencana PKB, Karang Taruna, Kelompok Tani KT dan Komunitas Petani Sertifikasi KPS di tingkat
lingkungan; Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM, Gabungan Kelompok Tani GAPOKTAN dan Forum Komunitas Petani Sertifikasi FKPS di tingkat
kelurahan, dan Tempat Pengelolaan Kayu SertifikasiTPKS yang merupakan unit usaha dari 2 dua FKPS Selopuro dan Sumberejo.
a. Lembaga-Lembaga Hutan Rakyat
Lembaga yang terkait langsung dalam pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro yaitu KPS, FKPS dan TPKS. Keberadaan anggota KPS
adalah semua warga yang berada di lingkungan tersebut, dan merupakan anggota KT, anggota FKPS adalah gabungan dari KPS-KPS yang ada disetiap lingkungan
di Kelurahan Selopuro Tabel 14, dan anggota TPKS adalah semua anggota KPS-KPS yang ada di FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo. Namun sampai saat
ini fungsi KPS masih mengikuti kegiatan-kegiatan KT dan belum mempunyai kegiatan khusus KPS terkait HR. Keberadaan KPS hanya diketahui oleh elit tokoh
tertentu, dan sebagian besar 5 KPS atau 62,5 anggota di 8 KPS tidak mengetahui keberadaan KPS, namun yang diketahui hanya keberadaan KT.
Fungsi KT masih terbatas pada kegiatan simpan pinjam yang dilakukan melalui pertemuan rutin tiap bulan atau tiap selapanan 35 hari; KPS, FKPS dan TPKS
sampai saat ini belum berperan secara optimal. Tabel 14. Nama Komunitas Petani SertifikasiKelompok Tani, Jumlah Anggota
dan Luas Lahan Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro dan Belikurip
No. Nama Jumlah
Lingkungan Dusun
KPSKT Ketua Anggota
orang Luas Lahan
ha
A Kelurahan Selopuro
1. Pagersengon
Percabaan Misman
41 45,59
2. Jarak
Ngudi Rejeki II M. Katmo
59 27,14
3. Sudan
Ngudi Rahayu Sukidi
51 16,27
4. Selorejo
Ngesti Mulyo Kamidi
14 19,22
5. Watugeni
Tani Mulyo Sugianto
54 36,18
6. Sidowayah
Ngudi Rejeki I Sulistiono
54 11,22
7. Pendem
Ngudi Mulyo Katino
72 58,87
8. Tulakan
Ngudi Utomo Yatmo 76
48,28
Jumlah 421 262,77
B Desa Belikurip
1. Pagersari Sumbermulyo
Satimo 74 27,95
2. Jamprit kulon
Ngudimakmur I Pujiyanto
34 27,70
3. Klerong Ngudimakmur
II Rakino
60 24,50
4. Banyuripan Sidorejo
Karno 83 72,20
5. Jamprit wetan
Sri rejeki YB. Satimin
87 69,95
6. Melikan Sidomulyo
Paino 41
27,00 7.
Soko Mekar sari
Lantian Tomi S 62
34,46
Jumlah 441 283,76
Sumber: Buku II Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML Kelurahan Selopuro dan Potensi Desa Belikurip, 2011
Pada tingkat kelurahandesa, lembaga yang mewadahi kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Selopuro adalah Forum Komunitas Petani Sertifikasi
FKPS. FKPS merupakan kumpulan dari KPS yang ada di seluruh Kelurahan Selopuro. Sedangkan di Desa Belikurip belum ada lembaga khusus yang resmi
mewadahi hutan rakyat seperti di Selopuro. Namun pada dasarnya dari dua lokasi tersebut, lembaga yang mewadahi petani yang mempunyai lahan yang ditanami
tanaman kayu-kayuan hutan rakyat adalah kelompok tani pertanian pada tingkat lingkungandusun, walaupun dalam pelaksanaan pengelolaannya dari mulai
perencanaan, pembibitan, penanaman, sampai pemanenan yang mengambil keputusan berada di tingkat petaniindividurumah tangga.
FKPS adalah suatu unit manajemen pengelola hutan rakyat yang berlingkup kelurahandesa. Forum atau lembaga ini merupakan wadah gabungan
dari kelompok komunitas yang berlingkup lebih kecil lingkungandusun yang
ada di kelurahandesa yang bersangkutan, yang disebut KPS Komunitas Petani Sertifikasi. FKPS dibentuk untuk memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh
Lembaga Sertifikasi LS dalam proses sertifikasi mengenai batasan minimal luasan lahan hutan yang dikelola oleh satu unit manajemen. Oleh karena itu FKPS
di Selopuro terbentuk karena untuk memperoleh sertifikat ekolabel. Dengan adanya persyaratan tersebut maka KPS-KPS menggabungkan dirinya dalam
FKPS Selopuro. Pengurus FKPS dipilih secara musyawarah dan setiap KPS terwakili dalam kepengurusan organisasi.
Forum Komunitas Petani Sertifikasi FKPS mempunyai tugas adalah: 1 melakukan pengawasan kontrol dan mengkoordinasikan KPS-KPS;
2 menyelesaikan persoalan yang timbul antar Komunitas Petani Sertifikasi KPS.
Komunitas Petani Sertifikasi KPS merupakan metamorfosa bentuk baru dari kelompok Tani Hutan Rakyat yang telah dikembangkan menjadi suatu
unit manajemen berlingkup lingkungandusun. Tugas dan tanggung jawab KPS adalah: 1 membuat peta lahanhutan; 2 membuat dokumen aturan kelola hutan;
dan menghitung potensi. Tempat Pengelolaan Kayu Sertifikasi TPKS adalah unit usaha dari dua
FKPS Selopuro dan Sumberejo yang bertugas dan bertanggung jawab mengelola tata niaga kayu sertifikasi. Mekanisme dan hubungan kerja antara KPS, FKPS dan
TPKS adalah: 1 KPS merupakan sumber kayu sertifikasi bagi TPKS; 2 KPS bertanggung jawab atas dokumen dasar dalam penjualan kayu sertifikasi kepada
TPKS; 3 TPKS bertindak sebagai pembeli kayu KPS; 4 TPKS melakukan kontrakkerjasama dengan pihak lain dalam memenuhi permintaan kayu setelah
ada persetujuan dengan FKPS. Keanggotaan KPS, FKPS dan pemilik lahan adalah bahwa FKPS Desa
Selopuro masing-masing beranggotakan 8 delapan KPS sesuai dengan banyaknya lingkungandusun yang ada di kelurahan yang bersangkutan.
b. Aturan Kelola Hutan Rakyat
Komunitas Petani Sertifikasi tiap lingkungan mempunyai aturan yang telah disepakati bersama oleh anggota. Aturan itu biasanya ditetapkan melalui
musyawarah pada waktu pertemuan rutin kelopok. Beberapa KPS menuangkan
aturan itu dalam bentuk tertulis. Namun, pada umumnya aturan tersebut hanya berupa kesepakatan tidak tertulis yang sudah biasa dilakukan petani. Secara rinci,
aturan-aturan yang dibuat ditiap KPS itu tidak sama antara KPS yang satu dengan KPS yang lain. Akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu untuk mendukung upaya
pelestarian fungsi hutan. Aturan itu berisi ketentuan umum yang menyangkut kewajiban dan larangan yang harus ditaanti anggota serta sanksi bagi pelanggar.
Aturan-aturan yang ada dalam salah satu KPS, melipitu: a setiap anggota diharuskan menghadiri pertemuan; b tidak dapat hadir 2 kali pertemuan berturut-
turut tanpa pemberitahuan, simpanan pokok dihapus dan keluar dari kelompok; c setiap tebang satu harus ada penggantinya yang sudah tumbuh; d setiap
tebangan jangan sampai merusak pohon yang ada disekitarnya; e setiap melakukan kegiatan penebangan wajib ijin kepada kepala lingkungan atau kepala
kelurahan; f setiap musim penghujan diharuskan menanam pohon pada tanah yang masih kosong; g tidak dibenarkan mengembala ternak di areal hutan
rakyat. Selain aturan-aturan tersebut, juga diatur hak dan kewajiban pada KPS
dalam pengelolaan hutan rakyat, meliputi: a menilai laporan pertanggungjawaban pengurus; b turut mengesahkan rencana kegiatan
kelompok; c melaksanakan rencana kegiatan dan keputusan kelompok; d menetapkan dan mengangkat pengurus; e ikut membuat perubahan AD dan ART
yang diperlukan kelompok; f mengingatkan dan menegur pengurus bila terjadi penyimpangan dalam tugasnya.
Aturan-aturan tersebut pada dasarnya sudah merupakan kebiasaantradisi yang sudah dilaksanakan masyarakat dalam mengelola hutan. Namun, aturan
tersebut dibakukan dalam kelompok pada saat pengajuan sertifikasi. Sebagian besar masyarakat 99 mentaati aturan tidak tertulis kebiasaantradisi.
Selain aturan yang disepakati dalam kelompok, terdapat pula aturan yang mengatur petani dalam pemanfaatan pemanenan hutan yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Peraturan tersebut dituangkan dalam: 1 Peraturan Bupati Wonogiri No. 1 Tahun 2007 Tentang Retribusi Ijin
Pengangkutan Kayu Rakyat di Kabupaten Wonogiri; 2 Surat Bupati Wonogiri Perihal Pengendalian Penebangan dan Peredaran Kayu Rakyat; 3 Sekretariat