Sistem Pengelolaaan Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa

Kelompok Tani yang dilakukan secara rutin tiap bulan atau tiap selapanan 35 hari tergantung dari kepekatan masing-masing kelompok dan pertemuan komunikasi dan koordinasi Gapoktan dilakukan melalui pertemuan rutin bulanan tiap tanggal 15. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak formal FKPS dan TPKS tergolong rendah masing-masing sebesar 83 dan 90 dan 100 dan 100. Rendahnya intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi pihak tersebut karena masih terbatas pada program pemerintah. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak formal lainnya baik di Selopuro maupun Belikurip berbeda-beda. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak PKL sama rendah 67 dan 87, PPL sama sedang 67dan 60, LSM untuk di Selopuro sedang 73, namun untuk di Belikurip rendah 100. Rendahnya intensitas pertemuan pihak- pihak tersebut karena masih terbatas pada program baik pemerintah maupun non pemerintah. Intensitas pertemuan dengan pemerintah daerah seperti lurahkepala desa di Kelurahan Selopuro sedang 57, namun di Desa Belikurip rendah 83, intensitas pertemuan dengan camat dan pemerintah kabupaten tergolong sedang masing-masing sebesar 57 dan 67 dan 100 dan 100 atau cukup berperan dalam memfasilitasi dan mendukung program-program yang datang dari tingkat provinsi maupun dari tingkat pusat. Intensitas pertemuan Departemen Kehutanan di Selopuro sedang 77 dan di Belikurip rendah 67. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pertemuan dengan pihak formal tergolong rendah, kecuali dengan Kelompok Tani dan Gapoktan tergolong tinggi. Secara ringkas intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan para pihak baik di Selopuro maupun Belikurip disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi yang terlibat dalam mendukung pengelolaan hutan rakyat No Tingkat intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi Distribusi responden Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Tinggi A Pihak Informal individu a Petani 0 7 93 0 7 93 b Tokoh masyarakat 0 7 93 0 7 93 c Tokoh agama 20 80 7 93 d Pedagang pengumpul pengepullocal 7 37 57 50 43 7 B Pihak Formal lembaga a KTHRKPS 0 10 90 0 23 77 b FKPS 83 17 0 100 0 0 c TPKS 90 10 0 100 0 0 d Gapoktan 0 17 83 0 30 70 e PKL Kehutanan 67 30 3 87 13 0 f PPL Pertanian 13 67 20 13 60 27 g LSM 17 73 10 100 0 0 h LurahKepala Desa 3 57 40 83 17 i Pemerintah Kabupaten Wonogiri 20 67 13 100 j Dephut 20 77 3 67 33 0 Tingkat kejelasankesesuaian peran dan posisi para pihak dalam menegakan aturan yang mendukung pengelolaan hutan rakyat baik di Kelurahan Selopuro maupun di Desa Belikurip disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Tingkat kejelasankesesuaian peran dan posisi para pihak yang terlibat dalam menegakan aturan. No Tingkat kejelasankesesuaian peran dan posisi Distribusi responden Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Tinggi 3 Kejelasankeseuaian peran dan posisi para pihak dalam menegakan aturan A Pihak Informal individu a Petani 0 0 100 0 0 100 b Tokoh masyarakat 0 0 100 0 0 100 c Tokoh agama 0 0 100 0 0 100 d Pedagang pengumpul pengepullokal 0 0 100 50 0 50 B Pihak Formal lembaga a KTHRKPS 0 0 100 0 13 87 b FKPS 90 7 3 100 0 0 c TPKS 83 17 0 100 0 0 d Gapoktan 0 0 100 0 10 90 e PKL Kehutanan 50 40 10 87 13 f PPL Pertanian 7 43 50 7 20 73 g LSM 27 53 20 100 0 0 h LurahKepala Desa 0 13 87 0 0 100 i Pemerintah Kabupaten Wonogiri 3 67 30 50 50 j Dephut 20 60 20 67 33 C Peran dan posisi pengurus yang ada dalam struktur organisasi sosial a KPS 0 0 100 0 0 100 b FKPS 83 17 0 100 0 0 c TPKS 90 10 0 100 0 0 d Gapoktan 0 0 100 0 0 100 Berdasarkan Tabel 18 kejelasankesesuaian peran dan posisi pihak informal petani, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pedagang lokal seluruhnya adalah tinggi masing masing sebesar 100, begitu pula dengan peran dan posisi pihak Kelompok Tani, Gapoktan, lurahkepala desa, camat, PPL Pertanian dan Dinas pertanian adalah tinggi masing masing sebesar 100 dan 87, 100 dan 90, 87 dan 100, 87 dan 100, 50 dan 73 dan 50 dan 80. Hal ini menunjukkan bahwa kejelasankesesuaian peran dan posisi pihak tersebut sudah jelassesuai dalam menegakan aturan. Sedangkan kejelasankesesuaian peran dan posisi pihak formal lainnya tergolong rendah. Rendahnya kejelasankesesuaian peran dan posisi pihak tersebut karena masih terbatas pada program baik program pemerintah maupun program non pemerintah yang masih minim. Komunitas petani hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan di Desa Belikurip sebagian besar 53 dan 50 mengetahui keberadaan peran organisasi sosial khusus terkait hutan rakyat. Namun organisasi sosial yang dimaksud responden adalah kelompok tani bukan KPSKTHR, FKPS dan TPKS. Komunitas yang kurang mengetahui masing-masing sebesar 7 dan yang tidak mengetahui masing-masing sebesar 43 dan 40. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan peran kelopok tani lebih diketahui dibandingkan dengan peran KPSKTHR, FKPS dan TPKS. Berdasarkan Tabel 18, tingkat kejelasan peran dan posisi pengurus organisasi sosial Kelompok Tani dan Gapoktan di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip adalah tergolong tinggi masing-masing sebesar 100. Begitu juga dengan peran dan posisi pengurus organisasi sosial lainnya Koperasi RT, PKK, PKB, LKMDLPM, Karang Taruna Tk KelurahanDesa dan Karang Taruna Tingkat LingkunganDusun adalah tergolong tinggi masing-masing sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan posisi pengurus organisasi sosial tersebut sudah jelassesuai dalam pembagian peran pada masing-masing pengurusnya. Sedangkan peran dan posisi pengurus organisasi sosial FKPS dan TPKS adalah tergolong rendah masing-masing sebesar 80 dan 100 dan 90 dan 100. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan posisi pengurus organisasi FKPS dan TPKS tidak jelassesuai dengan TUPOKSI masing-masing pengurus. Berdasarkan wawancara dengan responden bahwa ketidakjelasan peran dan posisi pengurus FKPS ditunjukkan dengan tidak berfungsinya peran dan tanggungjawab ketua FKPS seperti sudah tidak ada pertemuan rutin lagi dan sudah tidak ada koordinasi baik diantara pengurus FKPS maupun antara FKPS dengan KPS-KPS yang ada di Unit Manajemen Selopuro. Begitu juga dengan peran dan posisi pengurus organisasi TPKS tidak jelassesuai. Dalam hal organisasi, hampir tidak ada perbedaan yang nyata dilihat dari sisi organisasi, kepemimpinan, maupun aturan dan sanksi yang diberlakukan dalam pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hutan rakyat tidak lepas dari peranan kelompok tani, namun peranan individu kelompok tani lebih besar dibandingkan kelompok tani. Kelompok tani sebagai suatu organisasi mengacu pada organisasi modern dimana pengurus organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Kelompok tani dipilih oleh anggota dengan mempertimbangkan pendidikan, kemauan dan kemampuan bekerja, status sosial dan posisi dalam masyarakat sehingga banyak ditemui pengurus kelompok tani yang menjabat aparat desa Ketua RTRW dan Kepala Dusun. Berdasarkan uraian diatas, secara keseluruhan bahwa tingkat peranan modal sosial di Kelurahan Selopuro dan di Desa Belikurip Kecamatan Batuwarno dan Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan peran para pihak yang terlibat dalam mendukung pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip sudah ada baik peran pihak informal maupun pihak formal dengan intensitas pertemuankomunikasi koordinasi melalui berbagai kegiatan mingguan dan bulanan, serta kejelasan kesesuaian peran para pihak yang mendukung kegiatan yang diperlukan untuk tindakan kolektif, yaitu pembuatan keputusan, mobilisasi dan pengelolaan sumberdaya, komunikasi dan koordinasi, dan resolusi konflik bervariasi yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat peranan modal sosial di Kelurahan Selopuro lebih tinggi skor 3.152 dibanding di Desa Belikurip skor 2.864. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan peran pihak formal yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat seperti FKPS, TPKS dan LSM di Kelurahan Selopuro sudah ada, sedangkan di Desa Belikurip pihak tersebut belum ada. Keberadaan pihak formal lainnya peranananya tergolong rendah karena masih terbatas pada program baik program pemerintah maupun program non pemerintah. Uphoff 2000 menyatakan bahwa tanpa peran dan aturan untuk pengambilan keputusan dan mobilisasi sumber daya, maka tindakan kolektif menjadi cenderung sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, memfasilitasi komunikasi antar individu, termasuk juga menyelesaikan konflik yang mungkin timbul diantara mereka, juga diperlukan untuk mendapatkan dan mempertahankan kebersamaan antar individu guna mencapai hal-hal diluar kemampuan individu yang hanya mencari keuntunganmanfaat untuk kesejahteraan dirinya sendiri. Keempat aktivitas organisasi sosial diatas dapat dilakukan baik dengan cara formal maupun informal serta dapat dilakukan pada setiap level organisasi sosial maupun antar level dalam suatu organisasi.

5.1.1.2. Unsur Aturan

Aturan rules dan peranan roles mendukung empat fungsi dasar dan kegiatan yang diperlukan untuk tindakan kolektif, yaitu pembuatan keputusan, mobilisasi dan pengelolaan sumberdaya, komunikasi dan koordinasi, dan resolusi konflik Uphoff 2000. Pada komunitas petani hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip terdapat aturan tertulis Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri dan aturan tidak tertulis nilai, norma, kesepakatan dan tata kelakuan lainnya yang menjadi pedoman bertindak petani dalam pengelolaan hutan rakyat. Aturan tertulis yang terdapat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip yang mengatur petani dalam pemanfaatan pemanenan hutan adalah berupa peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Peraturan tersebut dituangkan dalam: 1 Peraturan Bupati Wonogiri No. 1 Tahun 2007 Tentang Retribusi Ijin Pengangkutan Kayu Rakyat di Kabupaten Wonogiri; 2 Surat Bupati Wonogiri Perihal Pengendalian Penebangan dan Peredaran Kayu Rakyat; 3 Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri No.522.438.25 Perihal Pembentukan Tim Pelayanan Izin Menebang Pohon Milik Rakyat Tingkat Kecamatan. Selain aturan tertulis, pada komunitas petani sertifikasihutan rakyat tiap lingkungandusun mempunyai aturan yang telah disepakati bersama oleh anggota. Aturan itu biasanya ditetapkan melalui musyawarah pada waktu pertemuan rutin kelopok. Beberapa KPSKT menuangkan aturan itu dalam bentuk tertulis. Namun, pada umumnya aturan tersebut hanya berupa kesepakatan tidak tertulis yang sudah biasa dilakukan petani. Secara rinci, aturan-aturan yang dibuat ditiap KPSKT itu tidak sama antara KPSKT yang satu dengan KPSKT yang lain. Akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu untuk mendukung upaya pelestarian