Sejarah Hutan Rakyat Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip

Tabel 16. Distribusi responden menurut tingkat peranan para pihak dalam pengelolaan hutan rakyat. No Para Pihak Tingkat Peranan Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 1 Individu a Petani 7 93 17 83 b Tokoh masyarakat 7 93 23 77 c Tokoh agama 0 20 80 3 47 50 d Pedagang pengumpul pengepullokal 7 37 57 50 43 7 2 Lembaga a KTHRKPS 0 10 90 0 23 77 b FKPS 83 17 0 100 0 0 c TPKS 90 10 0 100 0 0 d Gapoktan 0 17 83 0 30 70 e PKL Kehutanan 67 30 3 87 13 0 f PPL Pertanian 13 67 20 13 60 27 g LSM 17 73 10 100 0 0 h LurahKepala Desa 3 57 40 0 83 17 i Pemerintah Kabupaten Wonogiri 20 67 13 100 j Departemen kehutanan 20 77 3 67 33 0 Berdasarkan Tabel 16, tingkat keberadaan peran para pihak yang terlibat mendukung pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip yang tergolong tinggi adalah peran pihak informal yaitu peran petani masing- masing sebesar 93 dan 83 dan didukung oleh peran tokoh masyarakat 93 dan 77 dan peran tokoh agama 80 dan 50. Hal ini menunjukkan bahwa yang berperan tinggi dalam sub sistem produksi dari mulai perencanaan, penanaman, pemeliharaan sampai pemanenan penebangan yang mengambil keputusan berada di tingkat petaniindividurumah tangga. Dukungan peran tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pengamanan hutan rakyat sangat tinggi sehingga hutan rakyat sampai sekarang dapat terjaga keberadaannya. Lembaga formal yang terkait langsung dalam pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro yaitu KPS, FKPS dan TPKS. Anggota KPS adalah semua warga yang berada di lingkungan tersebut, dan merupakan anggota KT, anggota FKPS adalah gabungan dari KPS-KPS yang ada ditiap lingkungan di Kelurahan Selopuro. Anggota TPKS adalah semua anggota KPS-KPS yang ada di FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo. Namun sampai saat ini peran KPS masih mengikuti kegiatan-kegiatan KT dan belum mempunyai kegiatan khusus KPS terkait hutan rakyat. Keberadaan KPSKTHR hanya diketahui oleh elit tokoh tertentu, hal ini disebabkan waktu adanya program kurang sosialisasi terhadap anggota. Anggota tidak mengetahui keberadaan KPSKTHR, namun yang diketahui anggota adalah keberadaan Kelompok Tani. Keberadaan Kelompok Tani dan Gapoktan sangat dikenal oleh petani baik di Kelurahan Selopuro maupun di Desa Belikurip 90 dan 83, 77 dan 70. Peranan Kelompok Tani sebagai sarana bertukar informasi pengetahuan dan pengalaman sesama petani dan masih terbatas pada kegiatan arisan dan simpan pinjam yang dilakukan melalui pertemuan rutin tiap bulan atau tiap selapanan 35 hari. Sedangkan keberadaan peranan FKPSGKTHR dan TPKS kurang dikenal baik di Kelurahan Selopuro maupun di Desa Belikurip. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan peran FKPS dan TPKS sampai saat ini belum berperan secara optimal. Keberadaan peran pihak formal lainnya baik di Selopuro maupun Belikurip berbeda-beda. keberadaan PPL lebih diketahui dibanding PKL. Pihak PKL sama rendah 67 dan 87, PPL sama sedang 67dan 60, LSM untuk di Selopuro sedang namun untuk di Belikurip rendah 100. Rendahnya peran pihak-pihak tersebut karena masih terbatas pada program pemerintah. Peran pemerintah daerah seperti peran lurahkepala desa, camat dan kabupaten adalah tergolong sedang masing-masing sebesar 57 dan 83 dan 67 dan 100 atau cukup berperan dalam memfasilitasi dan mendukung program-program yang datang dari tingkat provinsi maupun dari tingkat pusat. Peran Departemen Kehutanan di Selopuro sedang dan di Belikurip rendah. Keberadaan peran para pihak yang terlibat dalam mendukung pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro lebih tinggi dibanding keberadaan peran para pihak di Desa Belikurip baik pihak informal maupun pihak formal. Para pihak dalam pengelolaan hutan rakyat di Kelurahan Selopuro dan di Desa Belikurip adalah pihak informal petani, tokoh masyarakat dan tokoh agama masing masing sebesar 93 dan 93, 93 dan 93, 80 dan 93. Begitu pula intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak formal Kelopok Tani dan Gapoktan tergolong tinggi masing masing sebesar 90 dan 77 dan 83 dan 70. Hal ini menunjukkan bahwa pihak petani, tokoh masyarakat dan tokoh agama sering melakukan pertemuankomunikasi dan koordinasi yang dilakukan secara rutin melalui kegiatan arisan RT, koperasi RT, pertemuan RWdusun, pengajian tingkat dusun yang dilakukan setiap minggu di masing-masing dusun, pengajian tingkat kelurahandesa dan tingkat kecamatan dilaksanakan setiap bulan. Selain melalui kegiatan informal, pertemuan komunikasi dan koordinasi juga sering dilakukan dalam kegiatan pertemuan Kelompok Tani yang dilakukan secara rutin tiap bulan atau tiap selapanan 35 hari tergantung dari kepekatan masing-masing kelompok dan pertemuan komunikasi dan koordinasi Gapoktan dilakukan melalui pertemuan rutin bulanan tiap tanggal 15. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak formal FKPS dan TPKS tergolong rendah masing-masing sebesar 83 dan 90 dan 100 dan 100. Rendahnya intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi pihak tersebut karena masih terbatas pada program pemerintah. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak formal lainnya baik di Selopuro maupun Belikurip berbeda-beda. Intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan pihak PKL sama rendah 67 dan 87, PPL sama sedang 67dan 60, LSM untuk di Selopuro sedang 73, namun untuk di Belikurip rendah 100. Rendahnya intensitas pertemuan pihak- pihak tersebut karena masih terbatas pada program baik pemerintah maupun non pemerintah. Intensitas pertemuan dengan pemerintah daerah seperti lurahkepala desa di Kelurahan Selopuro sedang 57, namun di Desa Belikurip rendah 83, intensitas pertemuan dengan camat dan pemerintah kabupaten tergolong sedang masing-masing sebesar 57 dan 67 dan 100 dan 100 atau cukup berperan dalam memfasilitasi dan mendukung program-program yang datang dari tingkat provinsi maupun dari tingkat pusat. Intensitas pertemuan Departemen Kehutanan di Selopuro sedang 77 dan di Belikurip rendah 67. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pertemuan dengan pihak formal tergolong rendah, kecuali dengan Kelompok Tani dan Gapoktan tergolong tinggi. Secara ringkas intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi dengan para pihak baik di Selopuro maupun Belikurip disajikan pada Tabel 17.