paradigma baru ini pemerintah semakin memperhatikan pembangunan hutan rakyat, hal ini didorong karena hutan rakyat sangat menguntungkan ditinjau dari
aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Hutan rakyat sebagai model pengelolaan hutan yang lebih bersifat
individual harus dikembangkan dengan jalan membangun jejaring kerja secara kolektif. Pola jejaring kerja yang dikembangkan oleh petani hutan rakyat adalah
membangun hubungan kemitraan antara petani dengan petani, petani dengan kelompok tani, petani dengan lembaga penyedia modal dan petani dengan
pedagang. Selain itu yang menunjukkan kesejahteraan sosial petani hutan rakyat adalah tidak adanya konflik antar petani menyangkut batas-batas lahan hutan
rakyat. Batas-batas lahan yang jelas dan tata aturan serta norma hubungan yang sudah melembaga dalam kaitan dengan pengelolaan hutan rakyat merupakan
modal sosial yang menjaga keharmonisan hubungan antar petani Awang et al. 2007; Fauzi 2009.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan konsep modal sosial dari Uphoff 2000. Pertimbangan menggunakan konsep ini adalah bahwa konsep modal sosial dari
Uphoff 2000 lebih operasional dan terperinci unsur-unsurnya yang dicirikan adanya pembagian kategori sehingga lebih jelas untuk bisa melihat kapasitas
masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat lestari. Uphoff 2000 mengartikan modal sosial adalah akumulasi dari beragam
tipe sosial, psikologis, budaya, kognitif, kelembagaan, dan aset-aset yang terkait yang dapat meningkatkan kemungkinan manfaat bersama dari perilaku kerjasama.
Lebih lanjut Uphoff 2000, menegaskan bahwa modal sosial dirinci menjadi dua kategori, yaitu struktural dan kognitif. Kategori struktural berkaitan dengan
beragam bentuk organisasi sosial, khususnya terkait peran-peran, aturan-aturan, preseden, prosedur-prosedur, serta beragam jaringan-jaringan yang mendukung
kerjasama yang memberikan manfaat bersama dari Collective Action Mutually Beneficial Collective Action
MBCA. Sedangkan kategori kognitif datang dari proses mental yang menghasilkan gagasanpemikiran yang diperkuat oleh budaya
dan ideologi masyarakat, meliputi norma, nilai, sikap, keyakinan yang berkontribusi pada terciptanya perilaku kerjasama dan MBCA.
Dalam penelitian ini, unsur-unsur modal sosial yang dikaji pada masing- masing kategori disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada komunitas
pemilikpengelola dalam pengelolaan hutan rakyat lestari di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Pada kategori struktural, unsur yang akan dikaji
ditekankan pada peranan roles, aturan rules, dan jaringan networks. Sedangkan pada kategori kognitif, unsur yang akan dikaji ditekankan pada
kepercayaan trust dan solidaritas solidarity, kedua unsur tersebut datang dari norma norms, nilai value, sikap attitudes, kepercayaan belief yang
menciptakan dan memperkuat kesalingtergantungan positif dan mendorong meningkatnya harapan akan aliran manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas
pemilikpengelola hutan rakyat lestari. Hal ini tentunya berpengaruh pada pengelolaan hutan terutama dalam menjaga performansinya, sehingga
pemanfaatan sumberdaya hutan diharapkan mampu memberikan manfaat secara produktif, lestari, adil dan efisien. Menurut Suharjito 2000 performansi
pengelolaan sumberdaya hutan meliputi produktivitas, keberlanjutan, keadilan dan efisiensi.
Dalam menjaga mempertahankan performasi hutan rakyat tersebut antara lain dipengaruhi oleh: 1 Sub sistem produksi yaitu sistem penguasaan dan
pengambilan keputusan apakah secara individual atau komunal. Sistem penguasaan dan pengambilan keputusan pengelolaan mempengaruhi
responsibilitas terhadap ekonomi pasar dan model ekonomi sosialnya; 2 Sub sistem pengolahan hasil orientasi usaha, apakan subsisten atau komunal.
Tingkat subsistensi dan komersialisasi merupakan ukuran responsibilitas terhadap ekonomi pasar; 3 Sub sistem pemasaran hasil, jenis dan keragaman produk yang
dikonsumsi atau dipasarkan merupakan responsibilitas terhadap kebutuhan dan pasar yang sekaligus mempengaruhi performasi pengelolaannya.
Kerangka pemikiran yang diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Modal Sosial Pengelolaan
Hutan Rakyat Kognitif
Struktural
Peranan X
1
Performansi Hutan Rakyat
Y
Produktivitas
Keberlanjutan
Keadilan
Efisiensi
Kepercayaan X
4
Aturan X
2
Jaringan X
3
Solidaritas X
5
Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
Sub sistem produksi
Sub sistem pengolahan
Sub sistem pemasaran
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional pada variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Peranan yaitu perihal atau tindakan spesifik yang dilakukan oleh para pihak
yang terlibat baik baik formal maupun informal dalam struktur sosial dalam mendukung sistem pengelolaan hutan rakyat. Peranan diukur dari tingkat
peranan para pihak formal maupun informal melalui ada tidaknya peran para pihak, intensitas pertemuan, jelassesuai tidaknya peran dan posisi para
pihak dalam pembagian peran dalam sistem pengelolaan hutan rakyat. 2.
Aturan yaitu segala ketentuan yang ada dalam kelompok masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai pengontrol dan
pengatur prilaku masyarakat. Aturan diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, kepatuhan, pelanggaran, sangsi responden, dan pandangan
responden terhadap tingkat pengetahuan, pemahaman, kepatuhan, pelanggaran, sangsi yang dilakukan oleh anggota masyarakat lain dalam
pengelolaan hutan rakyat. 3.
Jaringan sosial yaitu pola pertukaran dan interaksi sosial yang menggambarkan hubungan antar masyarakat, baik dengan internal kelompok
sesama kelompok maupun eksternal kelompok di luar kelompok, diluar desa dan dengan para pihak pemerintah daerah, pemerintah pusat, dinas
terkait, Penyuluh, LSM dan pedagang tengkulak dalam mendukung pengelolaan hutan rakyat. Jaringan diukur dari ada tidaknya menjalin
hubungan baik dengan internal kelompok maupun eksternal kelompok, tingkat intensitas kunjunganpertemuan, dan tingkat kepadatan organisasi
yang diikuti. 4.
Kepercayaan yaitu rasa percaya dalam berhubungan dengan orang lain yang dimiliki petani dalam mempersepsikan seseorang berdasarkan perasaan dan
kondisi yang dialami. Kepercayaan diukur dari kepercayaan terhadap pengetahuan petani tentang a peran dan posisi para pihak; b fungsi aturan
yang ada; dan c kepercayaan terhadap kemampuan hubungan sosial petani untuk mengelola hutan rakyat.
5. Solidaritas adalah upaya membantu orang lain sebagai wujud perhatian dan
kepedulian dari petani baik terhadap internal kelompok maupun eksternal kelompok. Solidaritas diukur dari kuat lemahnya tingkat keterlibatan petani