Pengaruh Modal Sosial terhadap Performansi Hutan Rakyat di

Suharjito D dan Saputro GE. 2008. Modal Sosial dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan pada Masyarakat Kasepuhan, Banten Kidul . Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 5 No 4: 317-335. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan. Widiarti, A dan S. Prajadinata. 2008. Karakteristik Hutan Rakyat Pola Kebun Campuran. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 5, No. 2:145-156. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Wijayanto N. 2006. Strategi Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari. Di dalam: Nugroho Sulistyo P, editor. Review Hasil Penelitian Hutan Rakyat. Bogor: BP2HT. Winarno, B dan E.A. Waluyo. 2007. Potensi Pengembangan Hutan Rakyat Dengan Jenis Tanaman Kayu Lokal. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Hutan Tanaman Balai Penelitian Kehutanan Palembang 2007: 28-34. Woolcock, M. 1998. Social Capital and Economic Development: toward a theoretical synthesis and policy framework, Theory and Society: 151-208. LAMPIRAN Lampiran 1. Variabel pengukuran modal sosial dan performansi hutan berdasarkan definisi operasional Variabel Indikator Kategori Peranan X 1 1. Pendapat responden terhadap peran para pihak yang terlibat dalam fungsi: pengambilan keputusan perencanaan, evaluasi, dll, mobilisasi sumber daya dan pengelolaan hutan rakyat, komunikasi dan koordinasi, dan resolusi konflik. ¾ Rendah : Tidak ada peran para pihak yang terlibat 1 pihak ¾ Sedang : Jarang ada para pihak yang terlibat 1-2 pihak ¾ Tinggi : Sering para pihak yang terlibat 3 pihak 2. Pendapat responden terhadap intensitas pertemuankomunikasi dan koordinasi para pihak yang terlibat dalam fungsi: pengambilan keputusan perencanaan, evaluasi, dll, mobilisasi sumber daya dan pengelolaan hutan rakyat, komunikasi dan koordinasi, dan resolusi konflik. ¾ Rendah : Intensitas pertemuankomunikasi koordinasi dengan para pihak yang terlibat 1 kali ¾ Sedang : Intensitas pertemuankomunikasi koordinasi dengan para pihak yang terlibat 1- 2 kali ¾ Tinggi : Intensitas pertemuankomunikasi koordinasi dengan para pihak yang terlibat 3 kali 3. Pendapat responden terhadap kejelasankesesuaian peran dan posisi para pihak yang terlibat dalam menegakan aturan. ¾ Rendah : peran dan posisi para pihak yang terlibat tidak jelassesuai ¾ Sedang : peran dan posisi para pihak yang terlibat kurang jelassesuai ¾ Tinggi : peran dan posisi para pihak yang terlibat sudah jelassesuai Tingkat peran: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 4. Pendapat responden terhadap pengetahuan peran organisasi sosial khusus hutan rakyat KTHRKPS, GKTHRFKPS dan TPKS. ¾ Rendah : Tidak mengetahui peran organisasi sosial yang khusus terkait hutan rakyat ¾ Sedang : Kurang mengetahui peran organisasi sosial yang khusus terkait hutan rakyat ¾ Tinggi : Mengetahui peran organisasi sosial yang khusus terkait hutan rakyat 5. Pendapat responden terhadap kejelasankesesuaian peran dan posisi para pihak yang ada dalam struktur organisasi sosial di wilayahnya sesuai TUPOKSI. ¾ Rendah : peran dan posisi para pihak yang terlibat tidak jelassesuai ¾ Sedang : peran dan posisi para pihak yang terlibat kurang jelassesuai ¾ Tinggi : peran dan posisi para pihak yang terlibat sudah jelassesuai 6. Pendapat responden terhadap peran para pihak dalam mengambil keputusan pengelolaan hutan ¾ Rendah : AnggotaIndividuKK ¾ Sedang : Pengurus ¾ Tinggi : Anggota, pengurus, dan para pihak musyawarah 7. Pendapat responden terhadap peran para pihak dalam penyelesaian konflik. ¾ Rendah : AnggotaIndividuKK ¾ Sedang : Pengurus ¾ Tinggi : Anggota, pengurus, dan para pihak musyawarah Variabel Indikator Kategori Aturan X 2 1. Tingkat pengetahuan responden terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Tidak tahu bentuk aturan tidak jelas ¾ Sedang : Kurang tahu bentuk aturan kurang jelas ¾ Tinggi : Tahu bentuk aturan jelas 2. Tingkat pemahaman responden terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Tidak paham bentuk aturan tidak jelas ¾ Sedang : Kurang paham bentuk aturan kurang jelas ¾ Tinggi : Paham bentuk aturan jelas 3. Tingkat kepatuhan responden terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR tidak sesuai aturan ¾ Sedang : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR kurang sesuai aturan ¾ Tinggi : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR sesuai 4. Tingkat pelanggaran responden terhadap aturan: ¾ Rendah : Sering melakukan pelanggaran 3 kali ¾ Sedang : Jarang melakukan pelanggaran 1 kali–3kali ¾ Tinggi : Tidak pernah melakukan pelanggaran 1 kali Tingkat pemahaman: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 5. Tingkat sangsi yang diterima responden terhadap pelanggaran aturan: ¾ Rendah : Sering menerima sangsi 3 kali ¾ Sedang : Jarang menerima sangsi 1 kali – 3 kali ¾ Tinggi : Tidak pernah menerima sangsi 1 kali 6. Pandangan responden tentang tingkat pengetahuan anggota masyarakat yang lain terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Tidak tahu bentuk aturan tidak jelas ¾ Sedang : Kurang tahu bentuk aturan kurang jelas ¾ Tinggi : Tahu bentuk aturan jelas 7. Pandangan responden tentang tingkat pemahaman anggota masyarakat yang lain terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Tidak paham bentuk aturan tidak jelas ¾ Sedang : Kurang paham bentuk aturan kurang jelas ¾ Tinggi : Paham bentuk aturan jelas Variabel Indikator Kategori 8. Pandangan responden tentang tingkat kepatuhan anggota masyarakat yang lain terhadap: • Bentuk aturan tertulis Perda Kab. Wonogiri yang mengikat responden • Bentuk aturan tidak tertulis normaaturan yang sudah ada dalam masyarakatkebiasaan yang mengikat responden ¾ Rendah : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR tidak sesuai aturan ¾ Sedang : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR kurang sesuai aturan ¾ Tinggi : Dalam pelaksanaan pengelolaan HR sesuai 9. Pandangan responden tentang tingkat pelanggaran anggota masyarakat yang lain terhadap aturan: ¾ Rendah : Sering melakukan pelanggaran 3 kali ¾ Sedang : Jarang melakukan pelanggaran 1 kali–3kali ¾ Tinggi : Tidak pernah mlaekukan pelanggaran 1 kali 10. Pandangan responden tentang tingkat sangsi yang diterima anggota masyarakat yang lain: ¾ Rendah : Sering menerima sangsi 3 kali ¾ Sedang : Jarang menerima sangsi 1 kali – 3 kali ¾ Tinggi : Tidak pernah menerima sangsi 1 kali 11. Pendapat responden terhadap tingkat teknik mengetahui aturan: ¾ Rendah : Anggota tahu dari membaca peraturan saja ¾ Sedang : Anggota tahu dari sesama petani ¾ Tinggi : Anggota tahu dari pertemuan kelompok 12. Pendapat responden terhadap tingkat keberadaan aturan dalam pertemuan kelompok: ¾ Rendah : Tidak ada ¾ Sedang : Kadang-kadang ada ¾ Tinggi : Ada 13. Pendapat responden terhadap tingkat aturan bagi pendatang baru: ¾ Rendah : Tidak ada ¾ Sedang : Kadang-kadang ada ¾ Tinggi : Ada Jaringan X 3 1. Pendapat responden terhadap tingkat keeratan hubunganinteraksi pertemuan kunjungan komunikasi koordinasi transaksikerjasama dengan internal sesama petani dalam kelompok tani dan dengan eksternal sesama petani di luar kelompok tani , di luar komunitas, diluar desa dan dengan pihak lain. ¾ Lemah : tidak pernah malakukan hubunganinteraksi 1 pihak ¾ Sedang : jarang malakukan hubunganinteraksi 1-3 pihak ¾ Kuat : sering malakukan hubunganinteraksi 3 pihak 2. Pendapat responden terhadap tingkat intensitas hubunganinteraksi pertemuan kunjungan komunikasi koordinasi transaksikerjasama dengan internal sesama petani dalam kelompok tani dan dengan eksternal sesama petani di luar kelompok tani , di luar komunitas, diluar desa dan dengan pihak lain. ¾ Lemah : tidak pernah mengikuti hubunganinteraksi 1 kali ¾ Sedang : jarang malakukan hubunganinteraksi 1-3 kali ¾ Kuat : sering malakukan hubunganinteraksi 3 kali Tingkat jaringan: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi