Tingkat Pendidikan Keadaan Sosial Ekonomi
aturan itu dalam bentuk tertulis. Namun, pada umumnya aturan tersebut hanya berupa kesepakatan tidak tertulis yang sudah biasa dilakukan petani. Secara rinci,
aturan-aturan yang dibuat ditiap KPS itu tidak sama antara KPS yang satu dengan KPS yang lain. Akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu untuk mendukung upaya
pelestarian fungsi hutan. Aturan itu berisi ketentuan umum yang menyangkut kewajiban dan larangan yang harus ditaanti anggota serta sanksi bagi pelanggar.
Aturan-aturan yang ada dalam salah satu KPS, melipitu: a setiap anggota diharuskan menghadiri pertemuan; b tidak dapat hadir 2 kali pertemuan berturut-
turut tanpa pemberitahuan, simpanan pokok dihapus dan keluar dari kelompok; c setiap tebang satu harus ada penggantinya yang sudah tumbuh; d setiap
tebangan jangan sampai merusak pohon yang ada disekitarnya; e setiap melakukan kegiatan penebangan wajib ijin kepada kepala lingkungan atau kepala
kelurahan; f setiap musim penghujan diharuskan menanam pohon pada tanah yang masih kosong; g tidak dibenarkan mengembala ternak di areal hutan
rakyat. Selain aturan-aturan tersebut, juga diatur hak dan kewajiban pada KPS
dalam pengelolaan hutan rakyat, meliputi: a menilai laporan pertanggungjawaban pengurus; b turut mengesahkan rencana kegiatan
kelompok; c melaksanakan rencana kegiatan dan keputusan kelompok; d menetapkan dan mengangkat pengurus; e ikut membuat perubahan AD dan ART
yang diperlukan kelompok; f mengingatkan dan menegur pengurus bila terjadi penyimpangan dalam tugasnya.
Aturan-aturan tersebut pada dasarnya sudah merupakan kebiasaantradisi yang sudah dilaksanakan masyarakat dalam mengelola hutan. Namun, aturan
tersebut dibakukan dalam kelompok pada saat pengajuan sertifikasi. Sebagian besar masyarakat 99 mentaati aturan tidak tertulis kebiasaantradisi.
Selain aturan yang disepakati dalam kelompok, terdapat pula aturan yang mengatur petani dalam pemanfaatan pemanenan hutan yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Peraturan tersebut dituangkan dalam: 1 Peraturan Bupati Wonogiri No. 1 Tahun 2007 Tentang Retribusi Ijin
Pengangkutan Kayu Rakyat di Kabupaten Wonogiri; 2 Surat Bupati Wonogiri Perihal Pengendalian Penebangan dan Peredaran Kayu Rakyat; 3 Sekretariat
Daerah Kabupaten Wonogiri No.522.438.25 Perihal Pembentukan Tim Pelayanan Izin Menebang Pohon Milik Rakyat Tingkat Kecamatan.
Sebagian besar petani mengetahui dan paham terhadap aturan tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut, hal tersebut ditunjukkan bahwa petani dapat
menjelaskan “kalau menebangmenjual kayu harus mematuhi aturan-aturan seperti jenis, ukuran, standar harga kayu dan prosedur pelaksanaannya, seperti
jenis jati ukuran keliling setinggi dada yang boleh ditebang minimum 80 cm dan mahoni 90 cm. Prosedur pelaksanaannya petani yang mau menjual kayu lapor
pada KPS untuk mendapat surat keterangan, kemudian lapor ke desa untuk mendapat surat ijin tebang dari desa, kemudian pohon yang akan ditebang
diperiksa oleh tim dari kecamatan. Namun, dalam melaksanakan aturan tertulis tersebut sebagian besar petani tidak mentaatinya. Alasan tidak mentaaati aturan
tersebut, karena sebagian besar petani memanenmenjual pohon ketika dalam keadaan mendesak saja, jadi jika ada kebutuhan mendesak dan harus menunggu
pohon sampai sesuai persyaratan aturan tersebut, siapa yang akan menanggung kebutuhan petani. Selama ini pemerintah mengeluarkan aturan, namun tidak
mengatasi kebutuhan petani. Lain halnya, kalau dengan mengeluarkan aturan tersebut pemerintah pun dapat mengatasi kebutuhan-kebutuhan petani tersebut,
seperti adanya bantuan ternak, modal bergilir, insentif bagi yang mempertahankan hutannya dan bantuan lain sesuai kebutuhan petani.
Hal-hal teknis yang menyangkut pola penanganan dan pengelolaan hutan seperti misalnya pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tidak dibakukan
dalam aturan kelompok. Hal-hal seperti itu keputusannya diserahkan pada masing-masing anggota.