Analisis Pengaruh Modal Sosial terhadap Performasi Hutan Rakyat

Penduduk Desa Belikurip sebagian besar 43,27 bekerja sebagai buruh tani. Buruh tani adalah orang yang menanam tanaman pertanian pada lahan milik orang lain, kemudian hasil pertanian tersebut dibagi antara pemilik lahan dengan penggarap sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Pada umumnya, pembagian hasil pertanian 40 pemilik lahan dan 60 penggarap, namun ada pula yang bersepakat untuk imbang, dimana baik pemilik maupun penggarap memperoleh 50 dari hasil panen. Usaha pertanian ini umumnya dilakukan pada lahan kering seperti tegalan dan kebun, serta sedikit dilakukan pada lahan basah seperti sawah. Disamping itu, sebagian penduduk di dua lokasi penelitian beternak ayam, kambing dan lembu sapi sebagai sumber pendapatan selain bertani dan buruh tani. Pendapatan dari beternak dirasakan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, walaupun pengelolaannya belum intensif. Kegiatan beternak yang dilakukan petani di dua lokasi penelitian sangat mendukung dalam mempertahankan keberadaan kelestarian hutan rakyat. Hal ini ditunjukkan ketika ada kebutuhan mendesak, daripada harus menjual pohon ke pengepul pedagang pengumpul lebih baik menjual ternak dulu. Keputusan petani tersebut, alasanya kalau ternak harus dipelihara dan membutuhkan korbanan waktu dan tenaga, sedangkan pohon tidak membutuhkan korbanan waktu dan tenaga bahkan semakin tumbuh besar maka semakin tinggi nilai jualnya sehingga petani menjadikan pohon sebagai tabungan.

4.3.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip masih tergolong rendah. Hal ini dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang tidak tamat SDSR dan sebagian besar penduduk hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat SDSR, masing-masing yaitu sebesar 52,16 dan 48,29 Tabel 11. Sebagian besar masyarakat yang tidak tamat SDSR dan hanya tamat tingkat SDSR merupakan penduduk generasi tua sedangkan generasi muda dapat dikatakan semuanya mengikuti jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi, minimal hingga jenjang sekolah menengah atas bahkan beberapa diantaranya memasuki jenjang perguruan tinggi. Adanya perbedaan pendidikan yang cukup mencolok di kalangan generasi tua dan muda adalah karena adanya kesadaran masyarakat yang cukup tinggi akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anaknya. Sehingga dalam kegiatan bertani yang sebagian besar generasi tua, pemahaman mereka terhadap pengetahuan budidaya suatu jenis tanaman, baik yang berasal dari pengalaman sendiri maupun orang lain masih sederhana dan seadanya konvensional. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan mereka dalam kegiatan pemeliharaan tanaman jati dan mahoni tidak adanya penjarangan, sehingga kerapatan pohon sangat rapat. Alasan petani tidak melakukan penjarangan karena “eman eman” saying sayang kalau masih kecil ditebang hanya sebagai kayu bakar saja. Tabel 11. Jumlah penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip berdasarkan tingkat pendidikan No. Tingkat Pendidikan Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Tidak sekolah 25 2,00 - 2. Belum tamat SD 89 7,13 173 6,17 3. Tidak tamat SD 59 4,73 - 4. Tamat SDSR 651 52,16 1.354 48,29 5. Tamat SLTP 217 17,39 456 16,26 6. Tamat SLTA 189 15,14 758 27,03 7. DiplomaD3 2 0,16 43 1,53 8. SarjanaS1 16 1,28 20 0,71 Jumlah 1.248 100 2.804 100 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011 Salah satu yang mendorong keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah karena kemampuan perekonomian mereka yang lebih baik dengan adanya hutan rakyat yang telah dikelola masyarakat. Harapan masyarakat jika anak-anaknya mampu meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi maka penghidupan anak-anaknya dapat lebih baik dibandingkan orang tuanya.

4.3.3. Agama

Penduduk pada Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip menganut agama yang beragam. Sebagian besar penduduk menganut agama Islam, masing-masing yaitu sebesar 94,31 dan 86,16 Tabel 12, sedangkan yang lainnya masing- masing beragama Katolik 5,69 dan 12,91 dan Kristen 0,93. Sarana peribadatan umat Islam yang tersedia yaitu masing-masing sebanyak 3 masjid dan 3 mushola di Kelurahan Selopuro dan 8 mushola di Desa Belikurip. Sedangkan sarana untuk kegiatan peribadatan umat Katholik yaitu masing-masing 1 gereja katholik dan kadang-kadang dilakukan di luar desa. Kegiatan beribadah di Kelurahan Selopuro khususnya untuk umat Islam sangatlah kental. Hal ini dicerminkan oleh kegiatan rutin mingguan dan bulanan. Tabel 12. Jumlah penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip berdasarkan agama No. Agama Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Islam 1.790 94,31 2.416 86,16 2. Kristen Protestan - - 26 0,93 3. Katholik 108 5,69 362 12,91 4. Hindu - - - - 5. Budha - - - - Jumlah 1.898 100 2.804 100 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011

4.3.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang cukup baik di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip, terutama prasarana jalan, sangat menunjang kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk Tabel 13. Kondisi jalan yang cukup baik dan jarak yang relatif dekat dengan ibukota kecamatan dan kabupaten membuat banyak pedagang pengumpul pengepul berdatangan ke lokasi tersebut untuk membeli secara langsung hasil-hasil pertanian dan hutan rakyat. Sebagian penduduk menjual langsung hasil pertaniannya ke beberapa pasar yang berada di ibukota kecamatan atau kabupaten, bahkan untuk menjual produk hutan rakyat kayupohon tidak perlu keluar desakecamatankabupaten, karena di dusun-dusun sudah ada pengepul yang menampung hasil kayu dari masyarakat untuk disalurkan lagi ke pedagang yang lebih besar. Tabel 13. Ketersediaan Sarana dan prasarana di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip No. Saranaprasarana Jenis Kel. Selopuro Desa Beliurip Jumlah unit Jumlah unit 1 Perhubungan Jalan aspal Jalan batu Jalan tanah 8 km 0,7 km 0 km 12 km 7 km 0 km Jembatan 1km 1 km 2 Pendidikan TK TPA SD 2 buah 3 buah 2 buah 4 buah 1 buah 3 Tempat ibadah Masjid Mushola Gereja 3 buah 3 buah 1 buah 3 buah 8 buah 1 buah 4 Sosial Balai desa Poskamling 1 buah 4 buah 1 buah 4 buah 5 Lapangan olahraga Sepak bola Bulu tangkis Meja pingpong Bola voli 1 buah - buah - buah 6 buah 1 buah 1 buah 2 buah 5 buah 6 Kesehatan Puskesmas pembantu Poliklinikbalai pengobatan Posyandu Bidan desa Dukun terlatih 1 buah 1 buah 5 buah - buah - 1 unit 10 unit 1 orang 1 orang Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011 Berdasarkan Tabel 13 terlihat belum adanya SMP dan SMA di desa ini, bukan berarti membuat masyarakat kurang berminat untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang tersebut, walaupun membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya transportasi dan akomodasi ke luar desa. Justru salah satu yang mendorong keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah karena kemampuan perekonomian mereka yang lebih baik dengan adanya hutan rakyat yang telah dikelola masyarakat. Harapan masyarakat jika anak-anaknya mampu meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi maka penghidupan anak-anaknya dapat lebih baik dibandingkan orang tuanya. Kegiatan-kegiatan rutin seperti pengajian, arisan, koperasi dan kegiatan olahraga, baik di tingkat desa maupun dusun juga turut membantu proses terjadinya tukar menukar pengalaman dan informasi berusaha tani di masyarakat.