Analisis Performansi Hutan Rakyat

4.2. Keadaan Fisik

4.2.1. Topografi, Iklim dan jenis tanah

Berdasarkan Wonogiri Dalam Angka 2011, kondisi topografi wilayah penelitian sebagian besar berbukit dan kemiringan lereng berkisar antara 15-80. Jenis tanah litosol mediteran coklat basa dengan struktur tanah yang didominasi oleh batuan gamping sebagai ciri khasnya. Kondisi geografis dan struktur geologis dengan batuan kapur yang berlapis dan batuan kapur dengan lapisan tanah yang tipis batu bertanah. Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri tergolong iklim tropis dengan curah hujan tinggi Tabel 6. Tabel 6. Keberadaan Iklim di Lokasi Penelitian No Lokasi Jumlah curah hujan mmth Rata-rata curah hujan mmbln Curah hujan tertinggi mm pada bulan Kelemba ban rata- rata Suhu rata- rata C Rata-rata Temperatur bulanan C 1 Kab. Wonogiri Prov. Jawa Tengah 2.942 245,17 416 pada Bulan Maret 83 24 23,5 2 Kel. Selopuro Kec. Batuwarno 2.105 416 401 pada Bulan Desember 90,37 23,35 23,20 3 Ds. Belikurip Kec. Baturetno 2.357,5 196,5 385,5 pada Bulan Desember 89 23,35 23,20 Sumber: Data Wonogiri Dalam Angka 2011, Data Potensi Kelurahan Selopuro Maret 2012 dan Data Potensi Desa Belikurip 2011.

4.2.2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip sebagian besar 70,22 dan 74,77 digunakan sebagai lahan tegalankebun 35,88 dan 33,47 dan hutan negara 34,34 dan 41,30. Lahan negara yang berada di Kelurahan Selopuro adalah Hutan Lindung HL dan lahan negara di Desa Belikurip adalah Hutan Produksi HP, masing-masing hutan negara tersebut dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Wonogiri dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Lahan tegalankebun merupakan lahan milik masyarakat yang kepemilikannya sudah jelas yang buktikan dengan akta tanah atau Leter C, dan lahan tersebut didominasi oleh tanaman keraskayu-kayuan jenis jati, mahoni dan sebagian kecil akasia. Lahan pekarangan masing-masing sebesar 91,57 dan 145. Pada kedua lahan tersebut selain bangunan rumah, juga ditanami tanaman keraskayu-kayuan jenis jati dan mahoni sehingga kondisi lingkungan sejuk dan rindang. Lahan sawah tadah hujan di Kelurahan Selopuro sebesar 69,93, sedangkan di Desa Belikurip lahan sawah sebesar 1,74, air yang mengairi sawah dari air irigasi setengan teknis. Sisanya lahan tambakkolam, kuburan, kas desa dan lainnya masing-masing sebesar 6,67 dan 0,50. Pada lahan sawah pun selain ditanami padi, jagung dan kacang tanah juga disela-sela tanah kosong ditanami tanaman keraskayu-kayuan jenis jati, bahkan di kiri kanan sepanjang jalan pun terlihat hijau dan rindang tanaman jati dan mahoni. Jenis penggunaan lahan di masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Luas lahan di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip Menurut Penggunaannya No. Penggunaan Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Luas ha Persentase Luas ha Persentase 1. Sawah tadah hujan 69,93 10,01 77 8,18 2. Sawah irigasi teknis - - 13,00 1,38 3. Sawah pengairan sederhana - - 64,00 6,80 4. Pekarangan, bangunan, dan lain-lain 91,57 13,10 146,77 15,59 5. Tegalankebun 250,79 35,88 249,59 26,51 6. Tambakkolam 41,00 5,87 - - 7. Hutan Lindung 240,00 34,34 - - 8. Lapangan olah raga 1,00 0,14 0,50 0,05 9. Kuburan 1,00 0,14 - - 10. Jalan 3,62 0,52 - - 11. Kas desa - - 27,70 2,94 12. Hutan Produksi - - 310,00 32,71 13 Padang rumput - 3,00 0,32 14. Lainnya - - 51,94 5,52 Jumlah 698,91 100 941,50 100 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011

4.3. Keadaan Sosial Ekonomi

4.3.1. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Selopuro pada Bulan Februari 2012 adalah 1.904 jiwa dari 509 kepala keluarga yang terdiri atas 947 laki-laki dan 957 perempuan. Jumlah jiwa dalam rumah tangga rata-rata sebanyak 4 jiwa dan kepadatan penduduk sebanyak 3 jiwaha. Sedangkan jumlah penduduk di Desa Belikurip pada tahun 2010 adalah 2.804 jiwa dari 936 kepala keluarga yang terdiri atas 1.677 laki-laki dan 1.127 perempuan. Jumlah jiwa dalam rumah tangga rata- rata sebanyak 3 jiwa dan kepadatan penduduk sebanyak 4 jiwaha. Jumlah penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan kepadatan penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip No Kecamatan Kelurahan Desa Jumlah Rumah Tangg a KK Laki- laki orang Perem puan orang Jumlah orang Kepadatan Penduduk orangha AKKK orang 1 Batuwarno Selopuro 509 947 957 1.904 3 4 2 Baturetno Belikurip 936 1.677 1.127 2.804 4 3 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011 Keterangan : AK : Anggota Keluarga KK : Kepala Keluarga Tingkat pertumbuhan penduduk di dua lokasi penelitian tergolong rendah, masing-masing yaitu sebesar 0,27 dan 0,93 pertahunnya bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, tingkat kepadatan penduduk tergolong tidak padat yaitu masing-masing sebesar 3 orangha dan 4 orangha. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya lahan pemukimanpekarangan dan tegalan yang cukup luas yaitu Kelurahan Selopuro lahan pekarangan berkisar 0,04 sampai 2 ha dan lahan tegalan berkisar 0,05 sampai 2,5 ha, sedangkan Desa Belikurip lahan pekarangan berkisar 0,03 sampai 0,7 ha dan lahan tegalan berkisar 0,03 sampai 2,33 ha. Rata-rata anggota rumah tangga di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip adalah sebesar 4 jiwa dan 3 jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip umumnya tergolong rumah tangga kecil. Kelompok tenaga kerja merupakan kelompok umur penduduk produktif yang berumur 15-59 tahun, masing-masing adalah sebesar 62,71 dan 63,27 Tabel 9. Umur tersebut merupakan usia produktif untuk bekerja sehingga banyak penduduk yang merantau untuk mencari kerja ke kota-kota besar. Bahkan keadaan ini sudah menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip. Kaum perempuan di dua lokasi ini ikut terlibat secara aktif dalam pengelolaan lahan yang dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga. Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur No. Kelompok Umur tahun Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Jumlah Jumlah 1 0 – 4 75 3,94 185 6,60 2 5 – 9 186 9,77 257 9,17 3 10 – 14 184 9,66 240 8,56 4 15 – 59 1.433 62,71 2.102 63,27 5 ≥ 60 26 1,37 20 0,71 Jumlah 1.904 100,00 2.804 100,00 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011 Penduduk Kelurahan Selopuro sebagian besar bermata pencaharian sebagai Buruh bangunan dan sebagai petani, masing-masing yaitu sebesar 38,69 dan 29,49, sedangkan Desa Belikurip sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani dan sebagai petani, masing-masing yaitu sebesar 43,27 dan 24,53 Tabel 10. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan menggerakkan perekonomian baik di Kelurahan Selopuro maupun di Desa Belikurip. Ketersediaan lahan bagi masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh pendapatan, karena untuk bekerja di sektor yang lain akan terbentur dengan banyaknya kendala, terutama rendahnya tingkat pendidikan dan modal usaha. Tabel 10. Jumlah penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip berdasarkan mata pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Kelurahan Selopuro Desa Belikurip Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Petani 356 29,49 326 24,53 2. Buruh tani 99 8,20 575 43,27 3. Pengusaha kecil 41 3,40 - - 4. Buruh bangunan 467 38,69 - - 5. Buruh Industri 165 13,67 219 16,48 6. Pedagang 32 2,65 84 6,32 7. Pengangkutan 5 0,41 - - 8. Pegawai Negeri 14 1,16 90 6,77 9. ABRIPOLRI 2 0,17 - - 10. Pensiunan 16 1,33 - - 11. Pengrajin - - 27 2,03 12. Peternak - - 8 0,60 13 Lain-lain 10 0,83 - - Jumlah 1.207 100,00 1.329 100,00 Sumber: Potensi Kelurahan Selopuro, Maret 2012 dan Potensi Desa Belikurip, 2011 Penduduk Desa Belikurip sebagian besar 43,27 bekerja sebagai buruh tani. Buruh tani adalah orang yang menanam tanaman pertanian pada lahan milik orang lain, kemudian hasil pertanian tersebut dibagi antara pemilik lahan dengan penggarap sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Pada umumnya, pembagian hasil pertanian 40 pemilik lahan dan 60 penggarap, namun ada pula yang bersepakat untuk imbang, dimana baik pemilik maupun penggarap memperoleh 50 dari hasil panen. Usaha pertanian ini umumnya dilakukan pada lahan kering seperti tegalan dan kebun, serta sedikit dilakukan pada lahan basah seperti sawah. Disamping itu, sebagian penduduk di dua lokasi penelitian beternak ayam, kambing dan lembu sapi sebagai sumber pendapatan selain bertani dan buruh tani. Pendapatan dari beternak dirasakan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, walaupun pengelolaannya belum intensif. Kegiatan beternak yang dilakukan petani di dua lokasi penelitian sangat mendukung dalam mempertahankan keberadaan kelestarian hutan rakyat. Hal ini ditunjukkan ketika ada kebutuhan mendesak, daripada harus menjual pohon ke pengepul pedagang pengumpul lebih baik menjual ternak dulu. Keputusan petani tersebut, alasanya kalau ternak harus dipelihara dan membutuhkan korbanan waktu dan tenaga, sedangkan pohon tidak membutuhkan korbanan waktu dan tenaga bahkan semakin tumbuh besar maka semakin tinggi nilai jualnya sehingga petani menjadikan pohon sebagai tabungan.

4.3.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada penduduk di Kelurahan Selopuro dan Desa Belikurip masih tergolong rendah. Hal ini dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang tidak tamat SDSR dan sebagian besar penduduk hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat SDSR, masing-masing yaitu sebesar 52,16 dan 48,29 Tabel 11. Sebagian besar masyarakat yang tidak tamat SDSR dan hanya tamat tingkat SDSR merupakan penduduk generasi tua sedangkan generasi muda dapat dikatakan semuanya mengikuti jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi, minimal hingga jenjang sekolah menengah atas bahkan beberapa diantaranya memasuki jenjang perguruan tinggi. Adanya perbedaan pendidikan yang cukup mencolok di kalangan generasi tua dan muda adalah karena adanya kesadaran masyarakat yang cukup tinggi akan pentingnya