Berdasarkan rangkuman keunggulan berdasarkan aspek biologi W1, teknis X2, sosial Y3, dan ekonomi Z4 unit penangkapan merupakan cakupan
keseluruhan aspek yang menjadi faktor penilaian. Tujuan determinasi unit penangkapan ikan adalah untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang
mempunyai keunggulan secara menyeluruh dari aspek-aspek tersebut sehingga cocok untuk dikembangkan di suatu daerah. Hasil analisis skoring yang dilakukan
terhadap 6 unit usaha armada penangkapan ikan yang dioperasikan di perairan Maluku disajikan pada Tabel 44. Hasil standardisasi menunjukkan bahwa alat
tangkap huhate sebagai unit penangkapan prioritas utama dan diikuti oleh pancing tonda, jaring insang permukaan, serta pukat cincin.
Tabel 44 Rangkuman standardisasi penilaian aspek biologi, aspek teknis, aspek sosial, aspek ekonomi unit penangkapan ikan di perairan Maluku
Unit penangkapan
Kriteria penilaian Total
Rata-rata UP
Aspek biologi
Aspek teknis
Aspek sosial
Aspek ekonomi
Pukat cincin 4,41
1,52 2,4
2,45 10,78
2,69 4
Pukat pantai 3,90
1 1,76
0,5 7,16
1,79 6
Bagan 2,87 1,45
1,34 1,28
6,94 1,73
5 Huhate 736,46
1,94 2,7
2,77 743,87
185,96 1
Pancing tonda 50,34
2,21 2,38
2,9 57,83
14,45 2
Jaring insang permukaan
90,90 2,16 2,21 2,46 16,73 4,18
3
Sumber: data olahan 2009
4.3 Aspek berkelanjutan
Keberhasilan suatu operasi penangkapan sangat membutuhkan suatu acuan yang jelas sehingga dalam pelaksanaannya harus didukung dari berbagai macam
aspek yang saling berpengaruh terhadapnya. Aspek keberlanjutan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan
ikan karena berbagai macam faktor didalamnya yang harus dilaksanakan seperti: menerapkan teori yang ramah lingkungan, jumlah hasil tangkapan tidak melebihi
yang diperbolehkan, penggunaan bahan bakar minyak rendah, menguntungkan, investasi rendah, serta memenuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Hasil seleksi aspek berkelanjutan yang dilakukan terhadap semua jenis unit penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Maluku dapat disajikan pada Tabel
45
Tabel 45 Hasil seleksi unit penangkapan ikan yang berkelanjutan
No Unit penangkapan
ikan Kriteria Unit Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan
Total skor
Rata- rata
A B C D E F
1 Pukat
cincin 2
3 4 3 3 3 18 3 2 Pukat
pantai 1 2 1
3 3
1 11 1,83
3 Bagan
2 3 2 2 3 3 15 2,5
4 Huhate
4 4
4 3
3 4
22 3,66
5 Pancing tonda
4 4 4 3 4 4
23 3,83
6 Jaring insang
permukaan 4 3 3
3 2 3 18 3
7 Pukat
udang 2
2 2 2 2 2 12 2 8
Payang 3 2 3 2 2 3 15 2,5
9 Pukat
tarik 2
2 2 2 2 2 12 2 10 Rawai
4 2 2
2 2
2 14
2,33 11
Perangkap 3
4 2 4 4 2 18 3 Sumber: data olahan 2009
Keterangan: A = menerapkan teknologi ramah lingkungan, B= Jumlah hasil tangkapan tidak melebihi TAC, C= menguntungkan, D= investasi rendah, E= penggunaan BBM
rendah, F= memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku
Analisis aspek berkelanjutan dilakukan dengan cara mengolah data yang diperoleh dari jawaban responden sesuai dengan kriteria dan sub kriteria yang
terdapat pada acuan analisis aspek berkelanjutan. Masing-masing alat tangkap diberi skor berdasarkan jawaban responden, kemudian skor tersebut dijumlahkan
dan diambil nilai rata-ratanya. Kemudian dari keseluruhan nilai rata-rata tersebut diambil nilai rata-rata tertinggi dan terendah. Nilai rata-rata tertinggi dan nilai
rata-rata terendah dijumlahkan, kemudian dibagi 2 dua untuk memperoleh nilai cutting off sebagai nilai terendah yang diambil untuk menentukan hasil seleksi
unit penangkapan ikan. Nilai rata-rata tertinggi adalah 3,83 pancing tonda dan nilai rata-rata
terendah adalah 1,83 pukat pantai sehingga diperoleh nilai cutting off sebesar 2,83 yang berarti nilai rata-rata terendah yang meperhatikan aspek berkelanjutan
adalah 2,83. Berdasarkan Tabel 45, unit penangkapan ikan yang memperhatikan aspek berkelanjutan di perairan Maluku adalah pancing tonda, huhate, jaring
insang permukaan, perangkap, bagan, rawai, sedangkan yang tidak memperhatikan aspek berkelanjutan adalah pukat pukat cincin, pukat udang, pukat
pantai, dan pukat tarik.
4.4 Aspek ramah lingkungan