Tujuan Penelitian Produksi Perikanan

pelagis kecil maupun besar di perairan Maluku sudah melebihi batas MSY atau belum?, 2 jenis teknologi penangkapan tepat guna yang bagaimana yang tepat dikembangkan dalam perikanan pelagis, 3 apakah jenis dan jumlah alat tangkap ikan pelagis sudah optimal?, 4 apakah penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan pelagis dengan kapal huhate, pancing tonda, pukat cincin perlu diganti?, 5 apakah strategi pengembangan perikanan pelagis sudah baik?, dan 6 apakah model pengembangan perikanan pelagis sudah ada?. Berdasarkan uraian di atas, pendugaan terhadap potensi sumberdaya ikan pelagis seperti tingkat pemanfaatan dan potensi lestari perlu dilakukan. Unit penangkapan ikan pelagis perlu dievaluasi berdasarkan pertimbangan berbagai aspek seperti aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Evaluasi tersebut diperlukan untuk menentukan unit penangkapan ikan unggulan. Dengan diketahuinya besar potensi sumberdaya, unit penangkapan tepat guna dan alokasinya maka model pengembangan perikanan pelagis di perairan Maluku dapat diformulasikan dan disesuaikan dengan kondisi setempat.

1.3 Tujuan Penelitian

1 Mengkaji tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Maluku 2 Menentukan jenis teknologi tepat guna 3 Menentukan alokasi optimal unit penangkapan ikan tepat guna 4 Modifikasi prototipe unit penangkapan ikan tepat guna 5 Mengkaji strategi pengembangan teknologi alat penangkapan ikan 6 Menyusun model konseptual pengembangan perikanan pelagis di perairan Maluku. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi : 1 bahan dan informasi untuk pengembangan IPTEK dalam bidang perikanan tangkap, 2 pemerintah, dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan ProvinsiKabupatenKota di Maluku sebagai bahan pertimbangan penentuan kebijakan pengembangan perikanan pelagis di Maluku, 3 peneliti dan akademisi, diharapkan hasil studi ini dapat merupakan bahan referensi bagi pengembangan perikanan pelagis, 4 bahan masukan pengembangan industri perikanan tangkap di daerah Maluku.

1.5 Kerangka Pemikiran

Potensi sumberdaya perikanan di perairan Maluku belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumberdaya perikanan di perairan Maluku sebesar 1.640 juta tontahun, tingkat pemanfaatannya mencapai 42 DKP Maluku 2007. Belum optimalnya pemanfaatan potensi ini disebabkan karena minimnya sarana dan prasarana penangkapan yang tersedia, kurangnya modal usaha, sumberdaya manusia rendah, penguasaan teknologi masih sederhana, belum terciptanya kemitraan, jangkauan operasi armada penangkapan ikan dekat pantai, peran serta pemerintah daerah masih kurang, pendapatan nelayan rendah serta kebijakan pemerintah dalam menerapkan program dan strategi dinilai kurang tepat sasaran. Kegiatan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan semakin meningkat perannya dalam kegiatan usaha penangkapan ikan. Untuk itu, diperlukan adanya pengkajian secara menyeluruh, baik aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Aspek biologi terkait erat dengan ketersediaan sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan. Aspek teknis berhubungan erat dengan teknologi dan armada penangkapan. Aspek sosial terkait erat dengan tenaga kerja nelayan dan kesejahteraan serta kemungkinan adanya dampak negatif yang diderita oleh nelayan. Sedangkan aspek ekonomi yang menyangkut efektivitas dan efisiensi biaya operasional yang berdampak pada pendapatan usaha nelayan. Secara teoritis kerangka pemikiran dirancang untuk melihat perikanan tangkap saat ini, dan berdasarkan kinerja yang ada dapat dilakukan berbagai strategi untuk perbaikan di masa depan atau berbagai alternatif pemecahannya. Secara teknis operasioanal, kerangka penelitian dibangun berdasarkan pada issu pengelolaan perikanan di wilayah penelitian. Untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, maka dibutuhkan strategi pengelolaan perikanan yang tepat. Dilihat dari perspektif pengelolaan keberlanjutannya, belum ada kajian komprehensif yang sekaligus mencakup berbagai dimensi berkelanjutan yaitu dimensi biologi, ekonomi, sosial, teknologi dan pemasaran, padahal kondisi dimensi tersebut dapat menggambarkan status keberlanjutan perikanan tangkap dan dijadikan pertimbangan pembangunan perikanan ke depan. Kondisi perikanan yang bersifat kompleks di perairan Maluku, maka dibutuhkan suatu pendekatan sistem agar dapat mengkaji berbagai dimensi yang terkait secara komprehensif dan terintegrasi. Kajian dibatasi pada perikanan pelagis dengan tujuan untuk mengetahui potensi sumberdaya ikan pelagis, teknologi tepat guna yang akan diterapkan dan jumlah alokasi unit penangkapan yang optimum serta memodifikasi strategi pengembangannya. Potensi sumberdaya diperoleh melalui analisis Schaefer dan outputnya dapat digunakan untuk menentukan status pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya ikan pelagis. Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan pelagis dibutuhkan teknologi penangkapan tepat guna dan dianalisis melalui pendekatan teknologi, biologi dan sosial ekonomi dengan menerapkan metode multi criteria analysis MCA. Salah satu karakterisitik sumberdaya ikan pelagis kecil adalah milik bersama common property, yang berimplikasi terhadap tingkat pemanfaatan yang berlebih overfishing, oleh karena itu teknologi penangkapan tepat guna yang sudah diperoleh harus diatur alokasi optimumnya dan untuk tujuan tersebut dapat diterapkan analisis linear goal programming LGP. Langkah selanjutnya untuk mewujudkan perikanan yang berkelanjutan adalah menentukan kebijakan strategis untuk itu, dibutuhkan pendekatan sistem, faktor-faktor yang berpengaruh, yang selanjutnya dianalisis dengan Analitical Hierarchy Process AHP. Hasil dari analisis ini akan digunakan untuk membuatmerancang suatu model konseptual yang merupakan gambaran hasil kajian kondisi saat ini diharapkan dapat dirumuskan kedalam suatu bentuk kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Maluku pada perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berkesinambungan secara konsisten. Kerangka pikir dalam menyusun kebijakan model pengembangan perikanan pelagis dan desain alat tangkap di perairan Maluku disajikan pada Gambar 2, sedangkan alur tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 3. Sumber: data penelitian 2009 Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian. Kebijakan Armada Perikanan Tangkap saat ini Masalah  Terbatasnya armada penangkapan ikan  Kurangnya modal  Jangkauan operasi daerah penangkapan dekat pantai  Sumberdaya manusia terbatas  Rendahnya penguasaan teknologi  Kurangnya kemitraan  Implementasi kebijakan pemerintah kurang tepat sasaran  Pendapatan nelayan rendah  Desain teknologi alat tangkap masih sederhana Analisis : 1 Potensi Sumberdaya Ikan  Produksi  Upaya penangkapan 2 Kajian teknologi tepat guna 3 Kajian alokasi unit penangkapan 4 Modifikasi prototipe unit penangkapan ikan 5 Strategi pengembangan perikanan pelagis Model Pengembangan Perikanan Pelagis di Perairan Maluku ARMADA PERIKANAN TANGKAP DI PERAIRAN MALUKU Unit penangkapan 1 Pukat cincin purse seine 2 Pukat pantai beach seine 3 Bagan liftnet 4 Huhate pole and line 5 Pancing tonda troll line 6 Jaring insang permukaan drift gillnet Strategi model pengembangan perikanan pelagis Modifikasi Prototipe unit penangkapan ikan tepat guna Alokasi Unit penangkapan tepat guna Teknologi tepat guna Aspek Biologi : -Hasil tangkapan -Komposisi jenis -Musim -Fishing ground MSY dan CCRF CCRF Teknik skoring LGP Deskriptif komparatif SWOT AHP Sumber: data penelitian 2009 Gambar 3 Diagram alur tahapan penelitian. Rekomendasi Model Pengembangan Perikanan Pelagis di perairan Maluku 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan Armada penangkapan merupakan sekelompok kapal-kapal yang teroganisasi untuk melakukan beberapa hal secara bersama-sama seperti kegiatan penangkapan ikan Dirjen Perikanan Tangkap 2002, dengan kata lain armada perikanan adalah sekelompok kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu daerah penangkapan fishing ground. Unit penangkapan merupakan suatu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari perahukapal penangkap, alat tangkap Dirjen Perikanan Tangkap 2002. Monintja 2001 menyatakan bahwa suatu armada penangkapan terdiri dari beberapa unit penangkapan ikan yang terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan.

2.1.1 Alat tangkap

Alat tangkap merupakan sarana dan perlengkapan untuk menangkap ikan. Berdasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan Indonesia Tahun 2005, alat penangkapan ikan API di Indonesia dikelompokkan kedalam beberapa jenis yaitu: pukat tarik trawl, pukat kantong seine net, pukat cincin purse seine, jaring angkat liftnet, pancing hook and lines, perangkap, alat pengumpul dan penangkap, dan alat lainnya DKP RI 2006. Pengelompokkan alat tangkap tersebut mengindikasikan bahwa terdapat berbagai tipe alat tangkap ikan API yang dioperasikan di seluruh Indonesia. Berdasarkan Statistik Perikanan Provinsi Maluku tahun 2006, alat tangkap yang dioperasikan di perairan Maluku dapat dikelompokkan kedalam 12 jenis alat tangkap ikan. Jenis dan jumlah alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan di Maluku bervariasi sesuai dengan sasaran yang menjadi tujuan penangkapan. Beberapa macam alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di perairan Maluku adalah jaring insang gillnet, pukat pantai beach seine, bagan apung liftnet, huhate pole and line, pukat cincin purse seine, pancing tonda troll line, pancing tangan handline dan alat penangkapan ikan lainnya. Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2002, penggunaan alat tangkap oleh nelayan di provinsi Maluku mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena dampak kerusuhan yang terjadi di daerah ini. Jumlah alat tangkap ikan di Provinsi Maluku pada tahun 2006 adalah 46832 buah dan pada tahun 2007 adalah 46725 buah. Perkembangan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Perkembangan alat tangkap di Provinsi Maluku tahun 1998 – 2007 No Jenis alat tangkap Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pukat udang 179 179 2 164 154 47 39 35 53 49 2 Payang 0 125 125 206 210 175 0 3 Pukat tarik 0 0 0 0 0 0 140 135 138 143 4 Pukat pantai 770 608 146 339 344 339 370 419 425 435 5 Pukat cincin 540 639 91 192 192 223 246 245 251 272 6 Jaring insang 9882 10197 4337 7637 9614 11406 11305 12688 12843 12661 7 Bagan 3637 3226 638 1230 1336 2082 1936 1672 1717 1659 8 Pancing tonda 21209 19328 9345 18144 21564 26418 25289 23679 24152 27471 9 Huhate 737 496 104 267 226 193 224 216 244 404 10 Rawai 4653 3268 742 1666 229 279 308 950 992 1083 11 Perangkap 3549 3368 2162 3161 5663 6198 6344 5962 6017 2548 Jumlah 45615 41441 17692 33006 39539 47365 47551 46001 46832 46725 Sumber : DKP Maluku 2007 2.1.1.1 Alat tangkap ikan pelagis kecil 1 Pukat cincin purse seine Pukat cincin purse seine adalah alat tangkap ikan yang terbuat dari jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang tanpa kantong dengan cincin di bagian bawahnya dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan. Disebut pukat cincin karena dilengkapi dengan cincin untuk menarik tali cincin purse line saat operasi penangkapan dilakukan. Pukat cincin merupakan alat tangkap yang cukup banyak dioperasikan di perairan Maluku untuk penangkapan jenis-jenis ikan pelagis. Jenis alat ini tersebar disebelah timur dan barat pulau Ambon, daerah penangkapannya adalah sekitar laut Seram, laut Banda. Pukat cincin purse seine terdiri dari beberapa bagian, yaitu sayap wing, perut body, bahu shoulder, dan kantong bunt. Adapun Gambar kapal pukat cincin yang beroperasi di perairan Maluku dapat dilihat pada Gambar 4 Puka konstruksi dengan m beberapa t jaring, 3 tangkapan 15 GT jum 2 Bag Alat dibedakan dengan al fishing s sehingga d Keg pukul 18.0 Penangkap menarik g tengah ba pantulan dinyalakan penangkap berkumpu wadah pe dengan m pengopera angkat lif Gamba at cincin ya inya terdiri menggunakan tahap sebag penarikan n. Di peraira mlah awak b gan apung t tangkap n atas bagan lat ini dila ebagai pen dengan mud giatan penan 00, kemudi pan dilakuk gerombolan agan dikura cahaya ke n lagi untuk pan. Bersam ul dibagian t enampungan menggunak asiannya, ba iftnet, dan ar 4 Kapal p ang digunak dari pukat n pukat cin gai berikut: tali kolor; an Maluku s berkisar 16 lift net bagan mer n tetap dan akukan pada narik ikan a dah ditangk ngkapan dil ian menurun kan dengan n ikan. Sete angi dengan permukaan k menarik maan denga tengah baga n sementar kan kapal agan apung berdasarka pukat cincin kan oleh ne cincin tipe ncin, bila m 1 menemu 4 penarika satu unit pu sampai 25 o rupakan sa n bagan pe a malam h agar dapat ap. lakukan de nkan jaring menyalaka elah ikan t n cara me n air, dan ikan berkum an itu jaring an dan dipin ra gogona huhate p di perairan an konstruk n purse sein layan di pe satu kapal. mengejar ge ukan gerom an tubuh ja ukat cincin d orang. alah satu j rahu atau b hari dengan berkumpul engan meny g yang diatu an lampu d terkumpul, madamkan jaring ditu mpul di dal g ditarik per ndahkan de untuk pe pole and n Maluku d ksinya terdir ne di Maluk rairan Malu . Operasi pe erombolan mbolan ikan aring; 5 pe dengan kap jaring angk bagan apun n bantuan c l pada suat yalakan lam ur dengan p di sisi kiri d maka caha lampu un urunkan, k lam jaring rlahan-lahan engan ”scoop enangkapan line. Be dikelompokk ri dari bag ku uku, berdas enangkapan ikan terdiri n, 2 pelingk engambilan pasitas 10 sa kat, yang ng. Penangk cahaya lig tu areal ter mpu pada se penarik ”ro dan kanan u aya lampu ntuk mengu kemudian l untuk dilak n agar ikan op net” ke d n ikan cak erdasarkan kan dalam j an perahu 21 arkan n ikan i dari karan hasil ampai dapat kapan ghting rtentu ekitar oller”. untuk disisi urangi ampu kukan tetap dalam kalang cara jaring boat liftnet da perairan M Ga 3 Puk Puka dioperasik redi”, tuju sebagai um dua buah tergantung nylon dan utama, ba pelampung bawah dan Alat perairan p tidak rama jaring me Operasi p sebanyak fishing m nelayan p ke area p an bagan ra Maluku terl ambar 5 B p kat pantai at pantai kan di perai uan utama p mpan hidup sayap yan g pada loka n konstruks agian pingg g, tali ris a n tali penari t tangkap i pasir dan lum ah lingkung esh size pad enangkapan 10-13 oran master 1 o erahu lamp enangkapan akit raft lif ihat pada G Bagan rakit perairan Ma beach sein beach sein iran pantai. penangkapa p pada perik ng panjang si penangka si pukat pa ir jaring w atas, pembe ik. ini biasany mpur. Alat gan karena m da alat tang n dengan m ng, dengan orang yang pu sebanyak n, 3 nelaya ftnet. Bag Gambar 5 raft liftne aluku ne ne adalah Di Maluku annya adalah kanan pole gnya sama apan. Bahan antai antara wing, pepet erat sinker ya dioperas tangkap ini menangkap gkap pukat p menggunaka n pembagia tugasnya m k 2-3 orang an biasa m gan yang di et dan bag salah satu u, pukat pan h jenis-jeni and line. A dan varias n jaring puk a lain : bag tan selvedg r, tali pem sikan di se i termasuk s semua jeni pantai ini ad an pukat pa an tugas se memberi k yang bertu masnait seb operasikan gan perahu u jenis ala ntai disebut s ikan yang Alat tangka si ukuran kat pantai te gian tengah ge, pelamp mberat sink ekitar baka salah satu a s ukuran ik dalah 0,25 i antai membu ebagai berik komando da ugas untuk banyak 7 s oleh nelay boat liftne at tangkap t dengan “j g dapat dija ap ini terdir umumnya erbuat dari b h bunt, b pung float ker line, ta au dengan lat tangkap kan. Ukuran inci dan 0,5 utuhkan ne kut: 1 nak alam opera menggiring sampai 12 o yan di et di yang jaring dikan ri dari sama bahan bagian , tali ali ris dasar yang mata 5 inci. elayan khoda si, 2 g ikan orang yang bertu dapat kita Ope melingkar ikan deng meter, se lampu seb pada daer dikategori berpasir d Oktober s musim tim hasil pen dominan tembang Sistem pe Kabupaten

2.1.1.2 A

1 Jar Jarin pada selur Alat tangk insang per ugas untuk lihat pada G Gambar 6 erasi penan ri areal tert an jaring pa edangkan pa bagai pengu rah yang te ikan sebaga dan berpasi sampai Apr mur Mei sa nelitian yan tertangkap Sardinella mbagian ha n Maluku T Alat tangka ring insang ng insang b ruh tubuh j kap ini meru rmukaan leb menarik jar Gambar 6 Alat tangka ngkapan pa tentu yang ada daerah ada malam umpul ikan. erdapat kom ai daerah es ir. Musim ril dimana mpai Septe ng diperole oleh pukat sp, selar asil pada un Tengah adala ap ikan pela permukaa berbentuk e jaring, leba upakan alat bih sedikit ring. Gamb ap pukat pan ada waktu diduga me yang agak j hari operas Penangkap munitas bak stuaria deng penangkap nelayan cen mber terjad eh menunju t pantai ter Selaroides nit penangk ah pembagi agis besar an drift gill empat perse ar jaring leb t tangkap ya dan ringan bar kapal da ntai beach siang har erupakan te jauh dari ga si penangka pan ikan den kau dan ali gan dasar p pan terbaik nderung unt di ombak d ukkan bah rdiri dari: spp, serta kapan pukat ian hasil lan lnet egi panjang bih pendek ang pasif. Ju bila diband an alat tangk seine di pe ri dilakuka empat berad aris pantai apan dibantu ngan pukat iran sungai perairannya terjadi pad tuk melaut, an gelomba hwa jenis-j ikan teri S a ikan pelag pantai di K ngsung yaitu g, ukuran m dari pada umlah pemb dingkan den kap pukat p erairan Malu an dengan danya kelom 100 sampa u dengan p pantai dilak sehingga lumpur, lu da musim sedangkan ang. Berdas enis ikan Stolephorus gis kecil lai Kota Ambon u 50 : 50 mata jaring ukuran pan berat pada j ngan pelamp pantai uku cara mpok ai 200 erahu kukan dapat umpur barat n pada arkan yang s sp, nnya. n dan . sama njang. jaring pung, sehingga terbentuk dua gaya yang berlawanan arah pada tubuh jaring yaitu gaya apung lebih besar dari gaya tenggelam, setelah jaring ditaburkan selama 3 sampai 4 jam, kemudian dilakukan penarikan. Tertangkapnya ikan-ikan dengan gillnet ialah dengan cara ikan-ikan tersebut terjerat pada mata jaring ataupun terbelit pada tubuh jaring. Tujuan tangkap dengan jaring insang permukaan yang berukuran mata jaring 4,0 sampai 7,0 inchi di perairan Maluku umumnya terdiri dari: ikan tongkol Euthynnus affinis, cakalang Katsuwonus pelamis, tuna Thunnus albacares, layar Isthioporus orientalis, lemadang Coryphaena hyppurus, dan lain sebagainya. 2 Huhate pole and line Huhate pole and line adalah alat tangkap ikan yang sangat sederhana, bagian-bagiannya terdiri dari tangkai pancing joran, tali pancing kait dan umpan buatan. Joran pancing terbuat dari bambu berukuran panjang 3 sampai 4 m dengan diameter 2,5 sampai 3,0 cm. Tali pancing terbuat dari tali senar monofilamen diameter 3,0 mm, No 800 dari bahan polyamida yang panjangnya kurang lebih sama dengan panjang tiang pancing. Kail terbuat dari baja putih tanpa pengait pada mata pancing dan umpan buatan terbuat dari bulu ayam, bulu kambing dan serat plastik. Di Maluku, kapal huhate dapat digolongkan dalam dua jenis, yakni rurehe dan motor ikan. Rurehe adalah kapal huhate berukuran kecil yang menggunakan sistem motor tempel outboard engine system dimana ruang para pemancing terdapat di bagian buritan kapal Gambar 7, sedangkan motor ikan adalah kapal huhate berukuran lebih besar yang menggunakan motor dalam inboard engine system dan ruang para pemancing berada di bagian haluan kapal Gambar 8 Gambar 7 Kapal huhate dengan sistem motor tempel rurehe. a pandangan samping, b pandangan atas M es in Palka Umpan Ruang Jangkar Palka Ikan Palka BBM Ruang ABK Ruang Pemancingan a b M es in M es in Palka Umpan Ruang Jangkar Palka Ikan Palka BBM Ruang ABK Ruang Pemancingan a b Jum yang terdi sampai 5 antara 11 jurumudi, hidup boi Jeni adalah ika layang D Caesio sp 3 Pan Panc umpan dan mengguna mm, tetap dari bahan penangkap berada di awalnya t serat-serat membuat umpan bu mlah nelayan iri dari satu nelayan pem sampai 25 o satu orang i-boi dan 8 Gambar 8 s-jenis ikan an teri Sto Decapterus s pp. yang ba ncing tonda cing tonda n penggulun akan tali ya pi sekarang n polyamid pan ikan dis belakang terbuat dari t plastik di umpan bua uatan berbe n yang terd u orang tan mancing, se orang yang g jurumesin 8 sampai 14 Kapal huha n pelagis kec olephorus s sp., ikan t anyak terdap a troll line troll line a ng tali. Unt ang terbuat mereka tela da berdiame seret atau d kapalperah i bahan bul i pasaran, atan. Kead entuk ikan, dapat dalam nase fishin edangkan ju terdiri dari n, satu oran 4 nelayan p ate yang be cil yang bia sp., ikan k tembang S pat di Malu adalah alat t tuk tali, awa dari bahan ah menggun eter 2,0 mm ditonda tro hu. Umpan lu ayam, bu nelayan m daan ini ter udang atau m satu rureh ng master, umlah nelay : satu orang ng oliman, s pemancing roperasi di asanya digun kembung R Sardinella sp uku. tangkap ika alnya nelaya manila hen nakan senar m. Alat pa lled diman n buatan te ulu itik, ke menggunakan rus berkemb u cumi-cum he antara 7 2 orang ju yan pada sa g fishing m satu orang perairan Ma nakan sebag Rastrelliger sp. dan ika an yang terd an pancing nep berdiam r monofilam ncing tond na posisi ala elah mengal emudian set nnya sebag bang denga mi yang ter sampai 8 o uru mesin d atu kapal h aster, satu o penawur um aluku gai umpan h r spp. dan an pisang-p diri dari tali, tonda di M meter 2 sam men yang te a dalam op at tersebut s lami perub telah bered gai bahan u an diciptaka rbuat dari b 25 orang dan 4 huhate orang mpan hidup ikan pisang , kail, aluku mpai 3 erbuat perasi selalu bahan, arnya untuk annya bahan kayu, plas terutama p kayu, teta dilakukan mengingat memperha Perubahan mempenga Ga Beb Ayodhyo usaha dap bebas, 4 tertangkap menyerup teknologi alternatif dengan ke daerah pe lokal yakn stik atau dar pada bahan api sekaran nelayan t t teknologi atikan damp n ini juga di aruhinya. G ambar 9 Kap erapa hal po oa 1981, ad pat dijalanka pengaruh p seekor de ai 1 ikan t umpan bua untuk: 1 m esukaan ma nangkapan, ni sebanding ri bahan fib nnya, diman ng diganti terhadap de saat ini b pak yang di idasari deng Gambar kapa pal pancing ositip dari p dalah : 1 an, 3 syara cuaca dan emi seekor. tongkol, 2 atan yang d menyesuaik kan ikan tu , 2 mahaln g dengan p erglass. Gu na sebelum dengan ba esain tekno erkembang itimbulkan gan memper al pancing t g tonda yang penggunaan strukturnya at daerah pe n keadaan Bentuk um layang, 3 dimiliki ne kan umpan una terhadap nya jenis um endapatan r ulungan tali mnya nelaya han dari fi ologi alat terus dari akibat peng rhatikan fak tonda dapat g beroperasi n alat pancin a tidak rum enangkapan laut relatif mpan buatan terbang, da elayan terse buatan yan p jenis ikan mpan buata rata-rata usa juga meng an membua fiberglass. P tangkap sa hari ke ha ggunaan tek ktor-faktor l dilihat pad i di perairan ng dalam pe mit, 2 denga nnya dapat f kecil, dan n yang dibu an 4 cumi- ebut merupa ng digunak n dimangsa an yang ter aha penangk alami perub atnya dari b Perubahan angatlah pe ari dengan knologi ters lingkungan a Gambar 9 n Maluku enangkapan an modal u memilih de n 5 ikan uat oleh ne cumi. Ting akan upaya kan oleh ne yang terdap sedia di pa kapan. bahan bahan yang enting tetap sebut. yang 9. n ikan ukecil engan yang elayan ginya a atau elayan pat di asaran Gambar 1 2.1.2 Per Kap menangka penelitian disebutkan suatu bent tempat un yang dila lainnya. F dalam me melihat ja tangkap se Kap fasilitas y penyimpan lainnya d konstruksi Sem yang telah kapal ikan bagi setia masing di 0 Umpan bu terbang, ahukapal pal ikan ada ap sumberd , kontrol, su n oleh Iskan tuk bangun ntuk melaku akukan oleh Fungsi atau ndesain kon angkauan o erta tingkah pal ikan haru yang cukup n es. Kom dan kompon i kapal ikan mua kapal ya h ditetapkan n, kapal pe ap kapal ya igambarkan 1 3 uatan meny 4 cumi-cum penangkap alah kapal y daya perair urvey dan s ndar dan No nan yang da ukan aktifit h sebuah k peruntukan nstruksi kap operasinya, h laku ikan t us memilik p antara l mponen inila nen inilah n. Nomura d ang beroper n oleh Depa enumpang, ang telah b n dengan m yerupai 1 i mi p ikan yang digun ran atau k sebagainya ovita 1997 apat terapu tas dan me kapal ikan n sebuah kap pal tersebut jenis ikan target penan ki kapasitas lain: palka ah yang m yang dapa dan Yamaz rasi di perai artemen Per dan lain-la beroperasi modeldesai ikan tongko akan untuk kegiatan y Boxton 19 yang diacu ung dan ber erupakan sa sangat be pal ikan ak t. Sebuah ka n yang aka ngkapan. muat yang , ruang pe membedakan at berpenga aki 1977; F iran Indones rhubungan ain. Persyar sesuai den in kapal se 2 4 ol, 2 ikan l k usaha men yang berhu 957. Penge u oleh Nand rfungsi seba arana transp erbeda deng kan menunju apal ikan d an ditangk memadai s endingin, p n kapal ika aruh terhad Fyson 1985 sia harus m laut, baik i ratan yang ngan kegiat esuai kebut ayang, 3 i ngumpulkan ubungan de ertian kapal da 2004 a agai wadah portasi. Akt gan kapal- ukkan perbe dirancang de kap, ukuran serta mempu pembekuan an dengan ap suatu d . memenuhi kr itu kapal ba telah diteta tannnya ma tuhan. Beb ikan n dan engan yang adalah h atau tifitas kapal edaan engan n alat unyai n dan kapal desain riteria arang, apkan asing- berapa persyaratan yang harus ditaati oleh kapal ikan yang walaupun penggunaannya tidak sama dengan kapal lainnya, seperti: kemampuan berlayar yang cukup aman dalam kondisi apapun, memiliki bentuk yang memberikan gambaran kestabilan dan daya apung yang cukup efisien hal ini dilihat dari ukuran, tenaga, biaya, produk dan tujuan penggunaannya. Persyaratan ini semuanya harus dipenuhi sebelum desain dasar dimulai atau ditentukan guna perencanaan kapal yang layak laut Brown 1957. Pada umumnya kategori dan ukuran kapalperahu di Indonesia berdasarkan Statisti Kelautan dan Perikanan Tahun 2005 terdiri dari 3 kategori utama DKP RI, 2006 yaitu: 1 Perahu Tanpa Motor, 2 Motor Tempel, dan 3 Motor Tempel, yang terbagi menurut ukuran GT yaitu: ukuran ,5GT, 5-10GT, 10- 20GT, 20-30GT, 30-50GT, 50-100GT, 100-200GT, dan 200GT. Pengelompokkan kategori kapal tersebut tentunya didasarkan pada tenaga penggerak yang digunakan. Fungsi kapal perikanan seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 meliputi: 1 kapal penangkap ikan, 2 kapal pengangkut ikan, 3 kapal pengolah ikan, 4 kapal latih perikanan, 5 kapal penelitianeksplorasi perikanan, dan 6 kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan. Jumlah armada penangkapan ikan di Maluku untuk tahun 2007 secara keseluruhan tercatat sebanyak 44.430 buah, yang terdiri dari perahu tanpa motor PTM 39.124, perahu motor tempel PMT 3.781 buah, dan kapal motor KM 1.525 buah. Jika dibandingkan dengan Tahun 2006 sebesar 34.372 buah maka untuk Tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 10.058 buah atau 11,58 . Namun, armada penangkapan di Maluku masih didominasi oleh perahu berukuran kecil yaitu perahu tanpa motor PTM, yang mencakup jukung, perahu papan kecil, sedang dan besar. Jumlah armada penangkapan ikan PTM rata-rata mencapai 90 dari total keseluruhan armada penangkapan, sedangkan selebihnya merupakan perahu tanpa motor PMT 7,96, dan kapal motor KM 2,34 DKP Maluku 2006. Perkembangan jumlah armada terlihat mengalami penurunan pada Tahun 2000 dan Tahun 2001. Hal ini disebabkan akibat dampak kerusuhan sosial Maluku yang terjadi pada saat itu, akan tetapi setelah itu pada Tahun 2002 sampai Tahun 2007 jumlah armada penangkapan mulai meningkat secara signifikan. Secara lengkap ukuran kapal yang digunakan masyarakat nelayan di perairan Maluku dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Jumlah perahukapal perikanan menurut jenisukuran di Maluku tahun 1998 – 2007 Kategori Besarnya Usaha Perahu Tanpa Motor Perahu Kapal Motor Tahun Jumlah Jukung Perahu Papan Motor Kecil Sedang Besar Tempel 5 GT 5 -10 GT 10- 20 GT 20 -30 GT 30-50 GT 50-100 GT 100-200 GT 200 GT 1998 36629 24896 5643 2210 211 2396 423 206 238 133 42 45 132 54 1999 35343 23584 5509 1491 271 2090 1226 228 140 370 144 14 113 163 2000 29275 20646 3565 1262 194 1529 1079 187 103 241 115 36 155 163 2001 26211 20709 1621 1033 117 968 932 146 66 113 86 59 197 164 2002 37295 29897 3118 995 178 2285 215 54 56 57 51 198 165 26 2003 39838 29372 5762 1162 321 1738 744 245 134 75 40 30 170 45 2004 38301 28978 5378 1216 272 1792 225 119 65 37 3 44 149 23 2005 43601 30834 6285 1609 627 3251 418 266 99 40 12 35 125 0 2006 34372 24704 4364 1422 610 2894 338 204 102 32 8 9 20 25 2007 44430 30000 6563 1826 735 3781 533 428 276 90 34 16 128 20 Sumber : DKP Maluku 2007 2.1.3 Nelayan Nelayan merupakan salah satu faktor penting dari unit penangkapan ikan yang sangat berperan dalam mengadakan kegiatan penangkapan ikan. Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 mendefinisikan nelayan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Berdasarkan waktu yang dialokasikan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, maka nelayan dapat diklasifikasikan dalam: 1 nelayan penuh; nelayan yang seluruh waktunya dialokasikan untuk kegiatan penangkapan ikan, 2 nelayan sambilan utama; nelayan yang sebagian waktunya dialokasikan untuk melakukan operasi penangkapan, 3 nelayan sambilan tambahan: yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan. Nelayan yang ada di perairan Maluku melakukan pekerjaan operasi penangkapan sebagai nelayan penuh dan nelayan sambilan utama. Perkembangan jumlah nelayan di Provinsi Maluku pada tahun 2006 tercatat 114.630 orang, dengan armada penangkapan sebanyak 34.372 unit, selain itu pendapatan nelayan yang dicapai pada tahun 2006 sebesar Rp 4.038.329 per tahun, sementara konsumsi ikan mencapai 54,3 per kapita per tahun, sedangkan rumah tangga perikanan RTP pada tahun yang sama berjumlah 37.505 DKP Maluku 2007. Perkembangan nelayan meningkat selama periode 2002–2006. Peningkatan jumlah nelayan pada tahun 2005 menjadi 114.156 orang atau sekitar 29 dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah seirama dengan peningkatan RTP pada tahun yang sama yaitu sebesar 37.434 atau sekitar 13. Perkembangan RTP di Maluku dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Perkembangan nelayan dan rumah tangga perikanan RTP di Maluku Tahun 2002-2006 No Uraian Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 1 Nelayan perikanan laut 74.012 105.660 88.236 114.156 + 114.630 + 2 RTP Laut 31.026 31.472 33.016 37.434 37.505 Sumber : DKP RI 2006; + DKP Maluku 2007; DKP Maluku 2003; 2005; 2007 a

2.2 Produksi Perikanan

Produksi hasil perikanan merupakan output dari proses penangkapan ikan. Produksi tersebut sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti sarana penangkapan ikan, kemampuan atau ketrampilan nelayan, manajemen, dan beberapa faktor lainnya ternasuk infrastruktur pendudkung seperti pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Menurut Naamin dan Badrudin, 1992 diacu dalam Ihsan 2000, secara umum sumberdaya hayati laut dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok antara lain: 1 Sumberdaya ikan pelagis kecil 2 Sumberdaya ikan pelagis besar 3 Sumberdaya ikan demersal 4 Sumberdaya udang dan biota laut non ikan lainnya. Produksi sangat ditentukan oleh oleh berbagai faktor seperti sarana penangkapan, kemampuanketrampilan nelayan, manajemen, serta beberapa faktor lainnya termasuk infrastruktur pendukung seperti pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Produksi hasil perikanan berdasarkan Statistik Perikanan Provinsi Maluku tahun 2007 yang terdiri dari komoditi cakalang, tuna, udang, kembung, layang, teri, selar, julung, serta komoditi lain-lain relatif meningkat selama periode 2002-2006. Kenaikan tersebut adalah seiring dengan peningkatan jumlah RTP, kapal penangkap, alat tangkap, serta nelayan pada periode yang sama. Rata-rata volume produksi ikan pelagis kecil seperti kembung dan layang sejak tahun 2002 hingga 2006 meningkat, sedangkan ikan selar, julung dan teri berfluktuasi pada periode tahun yang sama. Produksi ikan pelagis terbanyak pada tahun 2006 secara berurutan adalah ikan layang 35.129,8 ton, kembung 32.880,7 ton, selar 13.454,4 ton, teri 8.215,6 ton, dan julung 2.335,6 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 maka produksi ikan pelagis kecil dimaksud mengalami peningkatan produksi lebih besar dari 35 untuk masing-masing jenis ikan. Kecenderungan peningkatan produksi ikan pelagis kecil cukup intensif, walaupun demikian, total produksi, perubahan produksi hasil perikanan di Maluku tahun 2006 terhadap 2005 hanya meningkat sekitar 0,5. Sementara produksi ikan pelagis besar didominasi oleh ikan cakalang 20.719,2 ton, serta ikan tuna 6.293,0 ton. Jenis non ikan yang dominan adalah udang, lola, teripang, siput mutiara, rumput laut dan lain-lain yaitu sebesar 238.980,6 ton dari Kabupaten Maluku Tenggara. Produksi hasil perikanan yang dihasilkan di perairan Maluku menurut komoditi tercantum pada Tabel 8. Jumlah produksi ikan menurut komoditi jenis ikan tahun 2002 hanya sekitar 240.314 ton dan terus meningkat hingga tahun 2006 mencapai 488.090 ton. Hal ini disebabkan pada tahun 2002 nelayan lebih terfokus pada profesinya akibat pada tahun sebelumnya terjadi konflik sosial yang terjadi di daerah ini. Upaya peningkatan produksi tidak hanya berkaitan langsung dengan bertambahnya nelayan, tetapi perlu dukungan terhadap nelayan melalui modernisasi alat tangkap dan kapal penangkap. Hal ini disebabkan karena 905 kapal penangkap masih merupakan PTM dengan jangkauan yang terbatas, selain itu juga perlu dukungan finansial dan IPTEK perikanan bagi nelayan PTM dan kapal motor untuk lebih memperluas jangkauan operasi penangkapan ke wilayah perairan yang rendah tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan. Peningkatan produksi hasil perikanan berhubungan langsung dengan kondisi pasar untuk memberikan nilai tambah produk perikanan. Pemasaran hasil-hasil perikanan Maluku mempunyai peluang besar untuk keperluan konsumsi lokal maupun internasional. Peluang pasar eksport akhir-akhir ini terus meningkat, hal ini disebabkan karena: 1 jumlah penduduk dunia terus meningkat, 2 kesadaran manusia akan gizi ikan mulai meningkat, 3 semakin bertambahnya industri makanan dan minuman dengan bahan dasar dari biota laut. Komoditi perikanan Maluku dalam realisasi ekspor 2006 meliputi komoditi udang, ikan tuna, ikan campur, kepiting beku, dan ikan hidup. Sementara pasar dalam negeri mengarah pada produk ikan asin, ikan asap, abon ikan, kerupuk udang, serta kerupuk ikan. Produksi hasil perikanan menurut komoditi terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Produksi hasil perikanan di Maluku Tahun 2002-2006 Komoditi Volume ton Perubahan 2005-2006 2002 2003 2004 2005 2006 Udang 4348,2 5.748,9 6.776,7 928,8 3.838,1 312,8 Cakalang 6981,9 6.253,0 3.862,5 11.777,8 20.719,2 75,9 Tuna 4973,6 4.112,3 3.792,6 4.913,7 6.293,0 28,1 Kembung 3746,7 3.415,9 9.205,3 11.487,7 32.880,7 186,2 Layang 6828,7 8.914,4 15.518,6 19.098,6 35.129,8 83,9 Selar 4272,9 6.149,4 7.324,2 8.652,4 13.454,4 55,5 Julung 1201 1.150,6 1.094,2 1.539,3 2.335,6 51,7 Teri 4131 6.186,8 5.678,8 5.970,9 8.215,6 37,6 Lain-lain 203556 331.839 370.431 417.958 361,538 -13,5 Ikan darat 274 111,3 520,1 3.328,2 3.689,4 10,85 Jumlah 240314 373.882 428.204 485.657 488.090 0,5 Sumber: DKP Maluku 2006 Tabel 9 Produksi perikanan laut menurut komoditi non ikan pada KabupatenKota Tahun 2007 KabupatenKota Udang Lola Teripang Siput Mutiara Rumput Laut Lain- lain Jumlah ton Ambon 1576,6 - - - - 1440,9 77063,0 Maluku Tengah 33,3 12,8 40,5 11,8 2,1 340,2 91341,4 Seram Bagian Barat 7,5 7,7 67,6 6,8 18,4 153,4 15509,1 Seram Bagian Timur 35,8 - - - - 5,1 7593,5 Buru 4,8 - 9,8 - 50,5 104,9 33558,4 Maluku Tenggara 1734,9 447,2 40,9 13,5 - 3346,9 238980,6 Maluku Tenggara Barat - 70,1 318,8 - 89,1 483,6 14434,1 Kepulauan Aru 661,0 - 25,4 137,7 23,3 1179,1 10548,3 Jumlah 4044,9 537,8 493,0 169,8 183,4 7054,1 489018,4 Sumber: DKP Maluku 2007

2.3 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap