2.3 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap
Pengembangan menurut DEPDIKBUD 1990 dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengertian proses, cara atau perbuatan mengembangkan.
Pengembangan merupakan usaha perubahan dari suatu kondisi yang kurang kepada suatu yang dinilai lebih baik. Manurung et al. 1998, memberikan pengertian tentang
pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk dalam mengelola lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan
taraf hidup mereka. Pengembangan adalah suatu proses yang menuju pada suatu kemajuan. Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan
manusia untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik
Bahari 1989.
Kebijakan merupakan suatu bentuk keputusan pemerintah atau sebuah lembaga yang dibuat agar dapat memecahkan suatu masalah untuk mewujudkan
suatu keinginan rakyat, suatu kebijakan mampu mempengaruhi keikutsertaan masyarakat yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh proses kebijakan, mulai
dari perumusan, pelaksanaan hingga penilaian kebijakan Abidin 2004. Kebijakan yang dilakukan akan bertolak pada dasar hukum serta peraturan yang
berlaku. Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu perubahan dari suatu yang dinilai kurang kepada sesuatu yang dinilai lebih baik. Kemajuan akan
dicapai apabila kondisi ekonomi berubahmeningkat, pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan mekanisme ekonomi, sosial dan institusional, baik swasta
maupun pemerintah untuk dapat menciptakan perbaikan taraf hidup masyarakat dengan luas dan cepat Tara 2001 diacu oleh Jusuf 2005.
Kebijakan pengelolaan mengacu pada upaya yang merupakan suatu bentuk tindakan yang sedemikian rupa untuk dapat menangani isu kebijakan dari awal
hingga akhir. De Coning 2004 mengatakan bahwa analisis kebijakan adalah bagian dari kebijakan pengelolaan yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan
dianggap resmi oleh pemerintah merupakan suatu bentuk dari suatu kebijakan yang sah dan mempunyai kewenangan dan memaksa kehendaknya untuk dipatuhi
oleh setiap masyarakat. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu
diarahkan agar dapat menunjang tujuan pembangunan umum perikanan, syarat-
syarat yang harus dipenuhi menurut Monintja 2003, yaitu: 1 menyediakan kesempatan kerja yang banyak, 2 menjamin pendapatan yang memadai bagi para
tenaga kerja atau nelayan, 3 menjamin jumlah produksi yang tinggi untuk menyediakan protein, 4 mendapatkan jenis ikan komoditi eksport atau jenis ikan
yang bisa diekspor, 5 tidak merusak kelestarian sumberdaya. Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut dimasa mendatang
akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, tetapi dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu pula diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumberdaya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan
berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial, budaya, dan ekonomi Barus et
al. 1991. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan
melalui pengkajian pada aspek bio-technico-socio-economi-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan
ikan yang dikembangkan, yaitu: 1 jika ditinjau dari segi biologi tidak merusak dan mengganggu kelestarian sumberdaya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3
secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan, dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Pengembangan jenis-jenis teknologi
penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan pembangunan umum
perikanan, apabila hal ini dapat disepakati, maka syarat- syarat pengembangan teknologi penangkapan Indonesia haruslah dapat:
1 Menyediakan kesempatan kerja yang banyak 2 Menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan
3 Menjamin jumlah produksi yang tinggi 4 Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor
5 Tidak merusak kelestarian SDI Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan pada
dasarnya adalah merupakan penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik yang digunakan termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu
penangkapan ikan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah,
namun tidak semua modernisasi dapat menghasilkan peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan net income nelayan. Oleh karena itu introduksi teknik-
teknik penangkapan ikan yang baru harus didahului dengan penelitian dan percobaan yang intensif dengan hasil yang meyakinkan Wisudo et al 1994.
Berbagai masalah dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan di bidang perikanan tangkap antara lain: 1 usaha perikanan tangkap masih
didominasi oleh usaha perikanan tangkap skala kecil, 2 tidak ada kepastian dalam hal produktivitas dan ketersediaan bahan baku, 3 maraknya IUU fishing baik oleh
nelayan asing maupun nelayan domestik, sehingga beberapa jenis alat tangkap produktivitasnya menurun, 4 rendahnya kepastian hukum, 5 kurangnya insentif
investasi, 6 keamanan kegiatan penangkapan di berbagai wilayah kurang kondusif, 7 banyaknya pungutan terhadap pelaku usaha, baik yang resmi maupun
tidak resmi unpredictable, 8 bidang perikanan tangkap dipandang tidak bankable, 9 rendahnya kualitas SDM, 10 sarana dan prasarana daerah tertentu
belum memadai, dan 11 tumpang tindihnya peraturan pusat dan daerah, terutama terkait dengan pungutan, restribusi, dan pajak pengusahaan perikanan DJPT
2004. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling berkaitan atau berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen perikanan tangkap, yakni: 1
masyarakat atau sumberdaya manusia SDM, 2 sarana produksi, 3 usaha penangkapan, 4 prasarana pelabuhan, 5 unit pengolahan, dan 6 unit pemasaran
Monintja dan Yusfiandayani 2001. Pembangunan perikanan tangkap dinilai cerah karena potensi dan prospek yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu : 1
luasnya perairan yang dimiliki laut teritorial, laut nusantara dan ZEE, dan perairan umum danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya, 2 potensi lestari
ikan laut yang belum dikelola secara optimal, 3 potensi SDM yang melimpah yang belum dioptimalkan, 4 prospek pasar dalam dan luar yang cerah untuk
produk-produk perikanan laut, 5 permintaan untuk konsumsi dalam dan luar negeri sangat tinggi seiring meningkatnya jumlah penduduk, dan 6 kesadaran
masyarakat akan pentingnya ikan sebagai bahan pangan yang aman, sehat dan
bebas kolestrol sehingga masyarakat beralih dari mengkonsumsi red-meat menjadi white-meat DJPT 2004.
Monintja 2001 menyatakan bahwa apabila pengembangan perikanan di suatu wilayah perairan ditekankan pada perluasan kesempatan kerja, maka
teknologi yang perlu dikembangkan adalah jenis unit penangkapan ikan yang relatif dapat menyerap banyak tenaga kerja dengan pendapatan yang memadai.
Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan dengan lainnya atau saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya. Komponen perikanan tangkap antara lain: 1 masyarakat, 2 sarana produksi, 3 usaha penangkapan, 4 prasarana pelabuhan, 5 unit
pengolahan, 6 unit pemasaran Monintja 2001 terlihat pada Gambar 11. Pada Gambar 11 dijelaskan tentang komponen dalam kompleksitas
penangkapan ikan terdiri dari: 1 Sumberdaya manusia
Dalam membangun dan mengembangkan usaha perikasnan tangkap sangat dibutuhkan sumberdaya manusia yang cukup tangguh, handal, dan
profesional. Untuk memperoleh tenaga yang terampil dalam penguasaan teknologi maka sangat dibutuhkan pembinaan terhadap sumberdaya manusia
2 Sarana produksi Sarana produksi tersebut antara lain: penyediaan alat tangkap, pabrik es,
galangan kapal, instalasi air tawar, listrik serta pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
3 Usaha penangkapan proses produksi Usaha penangkapan terdiri dari kapal, alat tangkap, dan nelayan, aspek legal
yang meliputi sistem informasi dan unit sumberdaya terdiri spesies, habitat, dan lingkungan fisik
4 Prasarana pelabuhan Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat
nelayan, tempat berlabuhnya kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil perikanan, pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat
pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan. serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data
5 Unit pengolahan Unit pengolahan terdiri dari handling, processing dan packaging, bertujuan
untuk mempertahankan kualitas mutu hasil tangkapan 6 Unit pemasaran
Pemasaran merupakan arus pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen.
Perikanan tangkap di Indonesia masih dicirikan oleh perikanan skala kecil seperti terlihat pada komposisi armada penangkapan nasional yang masih
didominasi oleh usaha perikanan skala kecil sekitar 85, dan hanya sekitar 15 dilakukan oleh usaha perikanan skala besar Ditjen Perikanan Tangkap 2004.
Pengembangan perikanan tangkap dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan nelayan setidaknya harus memperhatikan berbagai faktor, antara lain:
1 potensi dan penyebaran sumberdaya ikan, komposisi ukuran hasil tangkapan, 2 jenis dan jumlah unit penangkapan ikan termasuk fasilitas penanganan dan
pendaratan ikan, 3 nelayan dan kelembagaan, 4 pemasaran dan rente ekonomi sumberdaya ikan , dan 5 kelestarian sumberdaya ikan Kesteven 1973; Charles
2001. Pembangunan perikanan berkelanjutan menurut Charles 2001 harus
mengandung empat aspek penting yaitu: 1
Keberlanjutan ekologis ecological sustainability yaitu: memelihara keberlanjutan stok ikan sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta
meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem; 2
Keberlanjutan sosial ekonomi socioeconomic sustainability yaitu: mempertahankan keberlanjutan kesejahteraan individu dan masyarakat;
3 Keberlanjutan komunitas community sustainability yaitu: mempertahankan
keberlanjutan kesejahteraan masyarakat; dan 4
Keberlanjutan institusi institutional sustainability yaitu: memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat dan merupakan prasyarat terhadap
ketiga aspek keberlanjutan sebelumnya.
Gambar 11 Sistim agribisnis perikanan tangkap Kesteven 1973 dimodifikasi oleh Monintja 2001.
2.4 Teknologi Penangkapan Ikan Tepat Guna