Analisis hierarki proses AHP

Tabel 35 Model Matrik Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTHS Kekuatan WEAKNESSES Kelemahan OPPORTUNITIES Peluang ☼ Comparative Advantage SWOT ☼ Strategi SO TOWS ☼ Mobilization SWOT ☼ Strategi WO TOWS THREATS Ancaman ☼ Investment Divestment SWOT ☼ Strategi ST TOWS ☼ Damage Control SWOT ☼ Strategi WT TOWS Sumber: Kearns1992, David 1989 yang diacu dalam Salusu 1988

3.3.7.2 Analisis hierarki proses AHP

Proses Analisis Hirarki The Analitycal Hierarchi Process dikembangkan pertamakali oleh L. Saaty pada tahun 1971, yang merupakan pakar matematika dari University of Pittsburg Amerika Serikat. Metode ini adalah salah satu dari ilmu pengambilan keputusan Saaty1991. Dalam menggunakan AHP, berbagai komponen yang berinteraksiterkait dengan pengembangan unit penangkapan ikan akan dikelompokkan ke dalam beberapa levelhirarki, misalnya level goal tujuan, level kriteria, level pembatas limitting factor, dan level opsi pengembangan. Secara rinci tahapan analisis AHP adalah sebagai berikut: 1 Penyusunan hierarki Penyusunan struktur hierarki merupakan kegiatan menusun interaksi komponen atau variabel yang telah didefinisikan ke dalam bentuk struktur hierarki AHP yang dimulai dari tujuan umum level 1, dilanjutkan dengan sub tujuankriteria level 2, level pembataslimit faktor level 3, dan opsi pengembangan unit penangkapan ikan pada tingkatan paling bawah hierarki level 4. 2 Penetapan skala perbandingan Penetapan skala perbadingan diperlukan untuk menganalisis kepentingan setiap kriteria pengembangan yang perlu dicapai dalam pengembangan unit penangkapan ikan, menganalisis kepentingan setiap pembatas pengembangan yang perlu diperhatikan untuk setiap kriteria pengembangan yang perlu dicapai, dan menganalisis kepentingan setiap unit penangkapan ikan yang menjadi opsi pengembangan untuk setiap pembatas pengembangan pada setiap kriteria. Skala perbandingaan ini ditetapkan berdasarkan tingkatan kualitatif dari setiap level yang dikuantitatifkan dengan tujun untuk mendapatkan skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antar beberapa alternatif, seperti terlihat pada Tabel 36 Tabel 36 Skala perbandingan berpasangan pairwise comparations berdasarkan taraf relatif pentingnya Intensitas pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen mempunyai sifat yang sama Dua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen lainnya Suatu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan dua yang berdekatan Kompromi diperlukan antara pertimbangan Kebalikan Jika satu aktifitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan j Sumber: Saaty 1991 3 Formulasi data Setelah data skala perbandingan terkumpul, dilakukan formulasi data menggunakan program Microsoft Excell, kemudian dihitung nilai eigen value, menggunakan program Expert Choise 9,5. Dengan demikian dapat ditentukan prioritas keputusan yang akan diperolehnya. Konsistensi sangat penting dalam pengambilan keputusan. Konsistensi memiliki dua makna yaitu: pertama, objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya, kedua, konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi consistency ratio : CR. Nilai rasio konsistensi harus 10 atau kurang. Jika rasio konsistensi lebih dari 10, pertimbangan tersebut mungkin salah dan perlu diperbaiki. Nilai Indeks acak RI dari matriks berordo 1 sampai dengan 10 yang digunakan untuk menentukan rasio konsistensi CR tercantum pada Tabel 37 Tabel 37 Nilai random consistensy index RI untuk jumlah elemen n 1 sampai dengan 10 Saaty 1991 N RI N RI 1 0,00 6 1,24 2 0,00 7 1,32 3 0,58 8 1,41 4 0,90 9 1,45 5 1,12 10 1,49 Sumber: Saaty 1991 3.3.8 Analisis diskriptif antar faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan pelagis Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki . Analisis deskriptif ditujukkan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi sumberdaya dan daerah sampel. Hasil analisis kualitatif berupa perbandingan kondisi riil di lapangan yang diperoleh dari pendapat berbagai unsur yang terlibat dibandingkan dengan kondisi sebenarnya. Model konsep ini adalah merupakan tindak lanjut dari penggalian issu yang terjadi pada saat ini dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pelaksanaan suatu kebijakan. Pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal di Maluku dapat dilakukan dengan mengusahakan unit penangkapan ikan yang tepat guna. Penggunaan alat tangkap tersebut harus ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana penangkapan serta teknologi alat tangkap ikan yang digunakan. Berkaitan dengan program pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Maluku, maka perlu dipilih jenis teknologi sederhana maupun modern yang tepat guna sehingga dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pemilihan jenis teknologi harus memenuhi beberapa kriteria dari beberapa aspek penilaian yaitu aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. Haluan dan Nurani 1988 mengatakan bahwa dari segi biologi, alat tangkap tersebut tidak merusak sumberdaya ikan, dari segi teknis alat tangkap tersebut harus efektif dalam penggunaannya, dari segi sosial dapat diterima oleh nelayan, dan dari segi ekonomi alat tangkap itu bersifat menguntungkan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan pelagis adalah 1 modal, 2 sumberdaya manusia, 3 sumberdaya perikanan, dan 4 pemasaran. Penerapan jenis teknologi disuatu daerah harus benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya dan disesuaikan dengan teknologi yang diterapkan. Pemilihan suatu jenis teknologi alat penangkapan ikan di suatu wilayah perairan sangat tergantung pada faktor alam sebagai faktor penentu utama yaitu 1 jenis, kelimpahan dan penyebaran sumberdaya ikan, 2 luas areal, lokasi dan keadaan fisik lingkungan daerah penangkapan ikan. Pengembangan jenis teknologi alat penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan perikanan, syarat- syarat yang harus dipenuhi menurut Monintja 2003 adalah : 1 menyediakan lebih banyak kesempatan kerja 2 menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan 3 menjamin jumlah produksi ikan yang tinggi untuk penyediaan protein 4 mendapatkan jenis ikan komoditi eksport 5 tidak merusak kelestarian sumberdaya ikan Hasil dari penelitian yang dilakukan ini mencoba menggali issu yang ada dan terjadi dengan berbagai macam permasalahaan yang dominan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perikanan tangkap yang ada di Provinsi Maluku dengan melihat kembali kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah selama ini, apakah seimbang dengan jalannya roda pembangunan perikanan tangkap di daerah ini. 4 HASIL 4.1 Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 4.1.1 Produksi ikan pelagis kecil