Hipotesis Penelitian Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap Learning Organization dan kinerja karyawan pada PT. Kanisius.

51 Teori kepemimpinan spiritual ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan mendasar sebagai manusia, baik pemimpin maupun yang dipimpin. Hal ini dibuktikan Fry dan Cohen 2008 dalam penelitiannya. Menurut Fry dan Cohen 2008, kepemimpinan spiritual membantu berkembangnya nilai kemanusiaan secara holistik. Gaya kepemimpinan spiritual yang dipraksiskan dalam organisasi memberi harapan positif kepada seluruh anggota organisasi serta memungkinkan mereka untuk mau mengembangkan diri terus-menerus dan mengalami subjective well-being. Dalam proses ini, terjadi korelasi antara penguatan keyakinan, penumbuhan harapan, penciptaan visi, dan pembangunan suasana organisasi berlandaskan cinta altruistik yang mana pemimpin dan yang dipimpin memahami diri sebagai bagian dari organisasi, memahami bahwa diri mereka dimengerti dan dihargai. Kepemimpinan spiritual berpengaruh pada pengembangan menuju “pengutuhan” manusia, yang dalam konteks organisasi disebut anggota karyawan. Proses ini, lebih lanjut, akan berpengaruh pada kemauan untuk mengembangkan potensi diri menjadi semakin baik, yang pada akhirnya akan membentuk habitus dalam organisasis secara keseluruhan. Penelitian Aydin dan Ceylan 2009 yang meneliti 578 karyawan di pabrik besi mendukung bahwa kepemimpinan spiritual mempunyai hubungan positif dengan learning organization. Kepemimpinan spiritual adalah gaya kepemimpinan untuk menciptakan suatu motivasi intrinsik melalui penemuan makna sehingga anggota organisasi 52 merasa terdorong bersemangat memiliki motivasi untuk selalu mengembangkan diri terus-menerus menjadi semakin baik. Kepemimpinan spiritual memberdayakan mengembangkan manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota dalam konteks organisasi. Berdasarkan paparan dan hasil penelitian yang ada, dapat dirumuskan hipotesis pertama, yaitu: H1: Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif terhadap learning organization pada P.T. Kanisius. Learning organization pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan oleh Sujan et al 1994 dalam penelitiannya yang berjudul Learning Orientation, Working Smart, and Effective Selling. Dalam hasil penelitiannya, Sujan et al 1994 memberikan bukti bahwa learning organization memicu kreativitas tenaga penjual, subjek yang diteliti, dalam melakukan aktivitas marketing. Dalam hal ini, kreativitas yang terpupuk dari learning organization memungkinkan pekerjaan dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Menurut Sujan et al 1994, orientasi pada learning organization berbeda dengan orientasi kinerja. Jika orientasi kinerja menuntut tenaga penjual bekerja lebih keras, orientasi pada learning organization mendorong tenaga penjual bekerja lebih cerdas. Terkait hal yang sama sebagai objek penelitian, hasil penelitian Kohli 1998 menunjukkan bahwa karyawan yang tumbuh dan berkembang dalam perusahaan yang berorientasi pada learning organization mampu mencapai peningkatan kinerja yang lebih baik. Menurut Kohli 1998, dalam diri karyawan 53 tumbuh dorongan untuk secara kontinu mengembangkan diri, menuju kualitas diri yang lebih baik sehingga berdampak akhir pada kinerja yang tinggi. Karyawan yang bermotivasi tinggi ini secara terus-menerus akan bertumbuh dan mengembangkan diri serta secara proaktif mencari solusi-solusi baru dalam menyelesaikan persoalan. Dalam perusahaan yang berorientasi pada learning organization, karyawan merasa terdorong untuk mengembangkan diri berorientasi ke masa depan serta belajar dari pengalaman masa lalunya. Penelitian ini membuktikan bahwa learning organization memiliki pengaruh positif dalam peningkatan kinerja karyawan. Selanjutnya, Pool W. Steven 2000 dalam The Learning Organization: Motivating Employees by Integrating TQM Philosophy in a Supportive Organizational Culture membuktikan adanya pengaruh positif antara orientasi learning organization dengan motivasi para manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Dorongan untuk terus-menerus belajar menjadi motivasi kuat untuk secara kontinu meningkatkan kualitas diri yang pada akhirnya berdampak pada kinerja tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa orientasi pada learning organization memungkinkan para manajer meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis kedua, yaitu: H2: Learning organization berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius. 54 Dengan menerapkan learning organization, keunggulan kompetitif organisasi, menurut Argyris dan Schon 1978 dikutip dalam Februanto 2011, dapat dipertahankan. Praksis learning organization mensyaratkan kepemimpinan adaptif yang mendukung dan memberi ruang. Dalam perkembangan kajian tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan spiritual seperti yang diungkapkan Fry 2003 bisa mengoptimalkan penerapan learning dalam organisasi yang berdampak pada dukungan terhadap anggota organisasi. Muara dari penerapan gaya kepemimpinan spiritual yang dioptimalisasi oleh learning organization adalah kinerja tinggi karyawan. Selain ada hubungan kausalitas antara kepemimpinan dan learning organization, learning organization juga menghubungkan kepemimpinan dengan kinerja. Hal ini telah sejalan dengan penelitian Vilency dan Devi 2015 yang menyatakan bahwa transformational leadership berpengaruh secara signifikan terhadap competitive advantage melalui variabel intervening, yaitu learning organization. Vilency dan Devi 2015 meneliti karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang retail, baik yang berskala internasional maupun nasional di Surabaya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki hubungan terhadap learning organization, dan kinerja juga memiliki hubungan dengan learning organization. Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian tersebut tampak bahwa learning organiation memiliki pengaruh pada hubungan kepemimpinan spiritual dan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis ketiga, yaitu: H3: Learning organization memediasi hubungan kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan pada P.T. Kanisius. 55 BABBIIIB METODEBPENELITIAN B

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sehingga memungkinkan peneliti memperoleh jawaban atas pertanyaan- pertanyaan penelitian yang diajukan. Data-data yang didapatkan dari hasil penelitian yang terkumpul mengungkapkan hubungan dari varibel-variabel yang ada. Adapun tujuan dari desain penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas independent terhadap variabel terikat dependent, serta untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan Sugiyono, 2007. Dalam penelitian ini, kepemimpinan spiritual adalah variabel bebas; kinerja karyawan adalah variabel terikat dengan learning organization sebagai variabel intervening. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini hendak menguji pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap kinerja karyawan menggunakan learning organization sebagai varibel intervening. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatori karena bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya dan menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala variabel. 56

B. Definisi Operasional

Variabel penelitian, menurut Sugiyono 2007, merujuk pada segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dari proses tersebut, diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis dan dibuat kesimpulannya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan sebagai objek penelitian dan dipelajari sehingga memperoleh informasi yang cukup untuk membuat kesimpulan. Variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi Sugiyono, 2007 : a. Variabel bebas Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kepemimpinan spiritual. b. Variabel terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja karyawan. c. Variabel intervening Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis memengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel ini

Dokumen yang terkait

Pengaruh Learning Organization dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Cabang USU Medan

16 111 106

Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Learning Organization pada PT Pupuk Kujang Cikampek

1 20 128

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan(Studi Pada Karyawan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta).

0 3 13

PENGARUH MOTIVASI SPIRITUAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA RELIGIUS Pengaruh Motivasi Spiritual Dan Gaya Kepemimpinan Spiritual Terhadap Kinerja Religius (Studi Kasus Pada Bmt.Mitra Mandiri Wonogiri).

0 4 18

PENGARUH MOTIVASI SPIRITUAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA RELIGIUS Pengaruh Motivasi Spiritual Dan Gaya Kepemimpinan Spiritual Terhadap Kinerja Religius (Studi Kasus Pada Bmt.Mitra Mandiri Wonogiri).

0 5 17

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. TASPEN (PERSERO) SURAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. TASPEN (PERSERO) SURAKARTA.

0 0 14

pengaruh Motivasi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan PT IPHA Laboratoies.

0 1 32

ANALISIS KEPEMIMPINAN SPIRITUAL DAN KOMUNIKASI ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN

0 0 11

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. TIKI PALEMBANG -

0 3 93

Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap Learning Organization dan kinerja karyawan pada PT. Kanisius - USD Repository

0 1 148