Teori Modern Teori-Teori Kepemimpinan
20
penelusuran tersebut, menurut Bambale 2011, kepemimpinan modern dibedakan menjadi delapan gaya kepemimpinan, yakni: a adaptive leadership,
b dispersed leadership, c authentic leadership, d respectful leadership, e spiritual leadership, f transcendent leadership, g level five leadership, h open
leadership. a.
Adaptive leadership. Gaya kepemimpinan ini melibatkan para pemimpin dalam menyusun visi dan mengilhami yang dipimpin
sehingga mau menerima perubahan serta berlibat dalam perjalanan ke depan. Semua anggota dituntut untuk menjadi
kompeten di bidangnya, objektif dalam menangani keputusan dan masalah, mawas diri dalam melihat sikap dan perilaku sendiri,
dapat dipercaya dalam menangani kepentingan lain, inovatif dalam bekerja, berpikiran terbuka dalam mempertimbangkan
informasi yang relevan Gordon, 2002 dikutip dalam Wildan, 2015.
b. Dispersed leadership. Gaya ini menggagas tentang pembagian
kekuasaan antara pemimpin dan pengikut Gordon, 2002 dikutip dalam Wildan, 2015. Dalam penelitian lain, digunakan istilah
berbeda antara lain “kepemimpinan super” Kirkman dan Rosen, 1999; Uhl-Bien dan Graen, 1998; Kouzes dan Posner, 1993; Bono
dan Hakim, 2003 dikutip dalam Wildan, 2015, “kepemimpinan terdistribusi” Senge, 1999 dikutip dalam Wildan, 2015,
21
“kepemimpinan pemberdayaan” Srivastava, Bartol dan Locke, 2006 dikutip dalam Wildan, 2015, dan “kepemimpinan bersama”
Pearce, Manz dan Sims, Jr., 2002 dikutip dalam Wildan, 2015. Kepemimpinan ini memiliki ciri intuitif dalam menimbang
pengetahuan dan pengalaman; memiliki karakter humanis-etis; memiliki inisiatif dan bersedia untuk mengambil tindakan; serta
memiliki keberanian untuk memegang prinsip. c.
Authentic leadership. Gaya kepemimpinan ini memberikan tekanan pada autentisitas, keaslian pribadi pemimpin. Autentisitas
ini terkait dengan ragam sikap, pemikiran, dan pemahaman yang seimbang antara diri sendiri dan orang lain. Gaya kepemimpinan
autentik membangkitkan kepercayaan dari yang dipimpin Avolio, Luthans, dan Walumba, 2004 dikutip dalam Sandiasa, 2013.
d. Respectfull leadership. Menurut Quaquebeke dan Eckloff 2010
dikutip dalam Sandiasa 2013, gaya kepemimpinan ini mengidentifikasi aspek perilaku atau sikap pemimpin yang
dipersepsi oleh mereka yang dipimpin. Semakin sesuai sikap pemimpin terhadap nilai-nilai humanis-etis universal, semakin
besar rasa hormat dari yang dipimpin. e.
Spiritual leadership. Para peneliti mulai mengeksplorasi spiritualitas di tempat kerja dan kepemimpinan spiritual setelah
beberapa dekade mengisolasi spiritualitas sebagai wilayah ide
22
esoteris, tidak berwujud. Dalam hal ini, pribadi yang berada dalam posisi pemimpin mendorong setiap orang untuk menemukan
makna hidup dan mengintegrasikan dimensi spiritual dalam tindakan sehari-hari Gordon, 2002 dikutip dalam Wildan, 2015.
f. Transcendent leadership. Menurut Waldman, Javidan, dan Varella
2004 dikutip dalam Sandiasa 2013, seorang pemimpin transendental adalah pemimpin yang berpijak pada nilai-nilai
humanis-etis universal, mampu memberdayakan mereka yang dipimpin, dan selalu membuka ruang dialog. Gaya kepemimpinan
ini membangun kerangka revolusioner dalam melihat hubungan antarmanusia dalam organisasi.
g. Level five leadership. Gaya kepemimpinan ini menjadi paradigma
kepemimpinan yang didasarkan pada gagasan bahwa setiap orang harus menjauhkan diri mereka dari kepentingan pribadi dan
mengalokasikan energi dan ambisinya untuk membangun perusahaan. Namun demikian, tidak berarti bahwa orang tidak
boleh memiliki kepentingan dan ambisi pribadi. Ambisi mereka harus besar, namun harus diarahkan untuk perusahaan dengan
kerendahan hati sebagai dasarnya Collins, 2001 dikutip dalam Sandiasa, 2013.
h. Open leadership. Gaya kepemimpinan ini hendak membangun
hubungan terbuka dengan siapa saja yang berlibat dalam
23
organisasi, baik pihak internal maupun eksternal. Pelibatan semakin banyak pihak dalam berkolaborasi meningkatkan
efisiensi dan komunikasi serta membantu dalam pengambilan keputusan yang baik bagi organisasi Collins, 2001 dikutip dalam
Sandiasa, 2013.