111
penelitian, yakni pada kantor-kantor cabang P.T. Kanisius yang meliputi Palembang, Tangerang, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
b. Penelitian ini terbatas pada kajian kekhasan kepemimpinan
spiritual di P.T. Kanisius, dan dampak gaya kepemimpinan tersebut pada learning organization yang bermuara pada kinerja
karyawan. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar dilakukan kajian terkait faktor-faktor yang memengaruhi per
se kepemimpinan spiritual. Hal ini perlu dilakukan supaya gaya kepemimpinan spiritual yang diterapkan, secara khusus di P.T.
Kanisius atau di perusahaan-perusahaan pada umumnya, bisa semakin efektif, berkembang, dan berdaya ubah.
2. Bagi Manajemen P.T. Kanisius
Beberapa hal yang dapat dijadikan arahan kebijakan bagi manajemen P.T. Kanisius dalam hubungannya dengan hasil-hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut: a.
Sebagai karya propria Yesuit, P.T. Kanisius hendaknya secara terus-menerus menerapkan gaya kepemimpinan spiritual, dengan
mengacu, baik pada spiritualitas Ignasian maupun pada ragam spiritualitas yang menjadi warisan kekayaan Gereja. Dengan
begitu, P.T. Kanisius dalam karya misi-bisnisnya akan tetap berada dalam koridor creative fidelity yang digaungkan Serikat.
P.T. Kanisius taat pada bimbingan Roh, dengan tetap tanggap
112
dalam penyesuaian diri dalam guliran zaman; membangun visi berdasar kasih kepada sesama, merevitalisasi semangat pendiri,
sekaligus menganilisis tantangan dan tuntutan serta membangun harapan-harapan baru di masa depan.
b. Dalam rangka pewarisan dan pelestarian spiritualitas, lembaga
karya P.T. Kanisius perlu mengimplementasikan konsep on going formation. Implementasi ini merujuk kepada segenap karyawan di
P.T. Kanisius sehingga visi P.T. Kanisius semakin selaras dengan visi pribadi karyawan. On going formation diharapkan dapat
mengintegrasikan visi pribadi karyawan dengan visi korporat sebagai visi bersama.
c.
Sedangkan, bagi calon karyawan, P.T. Kanisius hendaknya menggagas konsep induksi yang efektif. Konsep yang berasal dari
kata Latin “in” dan “ducere” ini berarti proses membimbing masuk. Induksi perlu dilakukan supaya calon karyawan segera
mengenali lingkungan, memahami visi, mempersepsi Kanisius secara benar, dan akhirnya mempunyai disposisi yang tegas dalam
konteks Gereja Semesta, dan akhirnya berkembang sebagai insan Kanisius yang berpengharapan, berdaya gerak, dan berdaya ubah.