50
Tujuan kepemimpinan spiritual ini memberi ruang pada learning organization dan akhirnya mendorong kinerja unggul karyawan. Oleh karena
learning organization penting bagi kinerja karyawan, pengkajian ragam metode yang dapat digunakan pemimpin perusahaan untuk memengaruhi proses belajar
pada karyawan menjadi semakin penting. Senge 1999 menekankan pentingnya kepemimpinan bagi learning organization. Dalam hal ini, kepemimpinan
spiritual menjadi salah satu sarana penting untuk mengembangkan learning organization, yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja karyawannya.
F. Hipotesis Penelitian
Kepemimpinan spiritual menjadi gaya kepemimpinan yang dirancang untuk menciptakan makna yang berdampak pada kuatnya motivasi intrinsik.
Gaya kepemimpinan ini meramu proses pengembangan keyakinan harapan, visi, dan cinta altruistik. Hal ini sangat penting karena mengambil peran signifikan
dalam motivasi karyawan. Ukuran yang digunakan bukan hal-hal material, melainkan pemaknaan terhadap hidup yang dijalaninya. Hal ini didukung oleh
penelitian Fry dan Matherly 2003 yang menjadikan distributor peralatan elektronik untuk wilayah Barat Daya Amerika sebagai subjek penelitian. Dalam
penelitian tersebut, Fry dan Matherly 2003 membuktikan bahwa kepemimpinan spiritual memungkinkan para distributor menemukan makna dari pekerjaannya.
Hal ini berdampak pada terbangunnya nilai, sikap, dan perilaku yang berguna untuk mengembangkan motivasi internal, baik diri sendiri maupun orang lain
sehingga mereka mau mengembangkan potensi yang dimiliki.
51
Teori kepemimpinan spiritual ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan mendasar sebagai manusia, baik pemimpin maupun yang dipimpin. Hal ini
dibuktikan Fry dan Cohen 2008 dalam penelitiannya. Menurut Fry dan Cohen 2008, kepemimpinan spiritual membantu berkembangnya nilai kemanusiaan
secara holistik. Gaya kepemimpinan spiritual yang dipraksiskan dalam organisasi memberi harapan positif kepada seluruh anggota organisasi serta memungkinkan
mereka untuk mau mengembangkan diri terus-menerus dan mengalami subjective well-being. Dalam proses ini, terjadi korelasi antara penguatan
keyakinan, penumbuhan harapan, penciptaan visi, dan pembangunan suasana organisasi berlandaskan cinta altruistik yang mana pemimpin dan yang dipimpin
memahami diri sebagai bagian dari organisasi, memahami bahwa diri mereka dimengerti dan dihargai.
Kepemimpinan spiritual berpengaruh pada pengembangan menuju “pengutuhan” manusia, yang dalam konteks organisasi disebut anggota
karyawan. Proses ini, lebih lanjut, akan berpengaruh pada kemauan untuk mengembangkan potensi diri menjadi semakin baik, yang pada akhirnya akan
membentuk habitus dalam organisasis secara keseluruhan. Penelitian Aydin dan Ceylan 2009 yang meneliti 578 karyawan di pabrik besi mendukung bahwa
kepemimpinan spiritual mempunyai hubungan positif dengan learning organization.
Kepemimpinan spiritual adalah gaya kepemimpinan untuk menciptakan suatu motivasi intrinsik melalui penemuan makna sehingga anggota organisasi