Sajak “Ketika Tasbih Putus Talinya”

4.1.3 Sajak “Ketika Tasbih Putus Talinya”

yang merugi, dalam sajak DMW tampak di- di sebuah masjid terpencil

abaikan/dilupakan. Manusia sering lupa ke- angin datang dan pergi pada Tuhan karena kesibukan duniawi. Mere-

ka (anak-anak muda) dalam sajak tersebut ti- bukit-bukit di sekitarnya dak dapat memanfaatkan ‘waktu’ kesempatan

menyaring udara dan berita dengan sebaik-baiknya, bahkan kesempatan itu

telah mereka gunakan untuk hal-hal negatif.

seorang lelaki tua

Mereka terjerumus oleh pengaruh globalisasi menangis, empatpuluh hari empatpuluh yang menyesatkan. Hal itu tampak dalam bait-

malam

bait sajak berikut. murid-muridnya bertanya,

anak-anak disesatkan oleh belantara gam-

“ada apa, Guru?”

bar, hadir di ruang tamu//ini sungguh penjara yang menyihir, kesadaran menja-

lelaki itu menggeleng,

di kealpaan yang sempurna//pohon men- “jangan bertanya, aku tak sanggup menja- jadi tidak penting, matahari menjadi tidak

wabnya.”

penting//bukit, gunung, sungai menjadi tidak penting, kambing, kumbang, kucing,

“tapi kami ingin tahu

kecoa tidak ada artinya//bulan menjadi apa yang sebenarnya terjadi?” tidak penting, bintang tak bermakna//

anak-anak dijejali seribu macam merk ma- “baiklah kalau kalian memaksa, kanan tak bergizi, permen perusak gigi dan

lihatlah ini,” katanya sambil memperli- mie yang menyuburkan kanker//do-

hatkan tasbihnya

ngengnya adalah kekerasan, musiknya adalah goyang kemaluan//

mereka terbelalak

Surat Al-Ashr ayat 1—3 tersebut sengaja

tasbih itu putus talinya

diambil oleh penyair dan diekspresikan untuk disimpangi dalam sajak DMW. Penyimpangan

“aku harus terus menggenggamnya agar butir tasbih tidak berceceran”

dari ayat Alquran itu dalam rangka memberi- kan kritik atau menyadarkan manusia untuk

“mengapa tasbih Guru putus talinya?” dapat memanfaatkan waktu hidup di dunia de-

“aku tidak tahu.”

ngan sebaik-baiknya. Jika manusia tidak dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

“apakah guru sedang marah?” niscaya manusia itu akan rugi, tidak mendapat-

lelaki itu menggeleng

kan kehidupan yang baik, sebaliknya justru azab dari Tuhan yang diterima.

“apakah Tuhan sedang marah?” Berdasarkan uraian di atas, sajak DMW

lelaki itu mengangguk

merupakan transformasi dari Surat Al-Ashr

para murid

ayat 1—3 yang diekspresikan dengan cara ber-

sungguh gemetar

tentangan. Dengan demikian, makna sajak DMW dapat dipahami secara keseluruhan sete-

“apa ada tanda lain

lah sajak tersebut dijajarkan dengan surat Al- bukti kemarahan Tuhan?”

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim

“banyak sekali, Secara heuristitik, keseluruhan (bait I— sulit dihitung dengan otak kita.”

XXVI) sajak KTPT dapat dibaca sebagai beri- kut. Di sebuah masjid yang jauh dari kaki gu-

“bencana alam di berbagai tempat?” nung (terpencil), angin terkadang bertiup ken- “itu salah satunya” cang dan pelan//bukit-bukit di sekitar masjid,

“perang? Orang bunuh-bunuhan? seakan menjadi saksi datangnya sebuah kabar

orang marah tanpa sebab dan kendali?” atau berita//seorang lelaki tua menangis, sela- ma empatpuluh hari empatpuluh malam//

“benar. Orang meletupkan nafsunya murid-muridnya menanyakan kenapa Guru juga di mana-mana.”

(seorang ustad yang menjadi guru di pesantren itu) menangis//Gurunya tidak sanggup menje-

“nafsu berjudi?” laskan kenapa ia menangis//murid-muridnya “ya,”

mendesak Guru untuk segera menjelaskan apa yang terjadi//akhirnya guru itu memperlihat-

“nafsu minum alkohol?” “ya,”

kan tasbihnya//murid-murid terkejut, tasbih itu telah putus talinya//Guru itu terus meng-

“nafsu mencuri? Mencuri uang rakyat dan genggam butir tasbih agar tidak berceceran ke uang negara?”

mana-mana//murid-murid menanyakan ke- “ya.”

napa tasbih itu bisa putus? Guru menjawab ti- dak tahu//murid-murid menanyakan apakah

“nafsu menyedot madat?” Guru sedang marah, Guru itu menggeleng// “ya.”

murid-murid kembali menanyakan apakah Tuhan sedang marah, Guru itu mengangguk//

“nafsu berzina?” “ya, ada di mana, dan tidak ada hukuman

mendengar jawaban Guru, murid-murid ba- terhadap pelakunya.”

dannya gemetaran//apa ada tanda lain bukti kemarahan Tuhan?//Guru menjawab bahwa

kembali ia menangis banyak sekali tanda-tanda bukti kemarahan tangannya gemetar, butir-butir tasbih

Tuhan yang tidak bisa dihitung dengan akal bergesekan

kita//apakah adanya bencana alam di berba- gai tempat? itu salah satunya//adanya pe-

“ada apa lagi Guru?” rang? dan orang saling membunuh? banyak “boleh aku berterus terang?” orang marah tanpa sebab-musabab//benar.

murid-muridnya mengangguk banyak orang menumpahkan hawa nafsunya

“doa kita ditolak Tuhan.” di mana-mana//nafsu berjudi? ya//nafsu mi- ........

num alkohol? ya//nafsu mencuri uang rakyat Kata tasbih pada judul sajak KTPT tersebut dan uang negara, ya//nafsu menghisap can-

artinya adalah untaian butir-butir (manik-ma- du? ya//nafsu berzina? ya, ada di mana-mana nik) yang dirangkaikan dengan benang untuk dan tidak ada hukuman bagi pelakunya//Guru menghitung ucapan tahlil, tasbih, dan sebagai- itu menangis lagi, tangannya gemetar sehingga nya. Tasbih juga berarti puji-pujian kepada Tu- butir-butir tasbihnya bergesekan//murid-mu- han dengan mengucapkan subhanallah “Ma- rid menanyakan lagi tanda-tanda bukti kema- hasuci Allah” (KBBI, 2008). Jadi, judul sajak rahan Tuhan yang lain? Guru lalu minta izin KTPT ini mengandung arti ‘ketika untaian bu- untuk berkata yang sebenarnya//murid-murid tir-butir (manik-manik) yang dirangkaikan mengangguk, menyetujui, Guru kemudian ber- dengan benang itu putus talinya’.

kata bahwa doa mereka ditolak oleh Tuhan/ / .

308

PROSIDING

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim 309

Secara hermeneutik, judul sajak KTPT me- rupakan ‘simbol’ putusnya doa manusia kepa-

da Tuhan. Artinya, doa-doa yang dipanjatkan manusia telah ditolak oleh Tuhan. Antar bait satu dan bait lainnya terdapat enjambement, yang berfungsi untuk mendapatkan efek este- tis. Bentuk personifikasi yang terdapat pada bait 1 dan 2, digunakan untuk menciptakan keutuhan ekspresi puitik, yang menganggap angin seperti manusia bisa datang, bisa pergi. Demikian juga bukit-bukit di sekitarnya diang- gap layaknya manusia yang dapat menyaring udara dan berita. Bait pertama dan kedua ini menandai adanya sebuah masjid yang tem- patnya terpencil, jauh dari permukiman. Suasana sejuk diiringiangin bertiup kencang sepoi-sepoi dari atas bukit yang mengitari masjid itu, seakan menjadi saksi datangnya kabar berita dari berbagai penjuru dunia.

Bait ketiga sampai bait kedua puluh enam menunjukkan adanya koherensi adanya dialog antara murid-murid dan gurunya. Murid-mu- rid menanyakan kenapa guru menangis selama empatpuh hari empatpuluh malam. Dari dialog itu terungkap penyebab Guru menangis karena merasakanperilaku (perbuatan) manusia di dunia telah banyak melenceng dari ajaran yang diamanahkan oleh Tuhan. Adanya ‘simbol’ tasbih putus talinya memberikan makna pu- tusnya doa manusia kepada Tuhan. Doa-doa yang dipanjatkan manusia untuk kemaslahat- an umat di dunia telah ditolak oleh Tuhan. Dengan demikian, sajak itu digunakan untuk mengekspresikan realitas sosial mengenai peri- laku individu manusia di dunia telah banyak yang melupakan dan mendustakan Tuhannya.

Penciptaan arti yang disebabkan oleh tipo- grafi, tampak dari sajak tersebut, yaitu pengor- ganisasian ruang teks yang setiap baitnya selalu terdiri dari dua baris,hal itu menandai eksis- tensi sikap manusia yang mudah terlena oleh perkembangan jaman (globalisasi). Selain itu, adanya tanda baca kalimat tanya pada akhir baris pertama pada setiap baitnya, menunjuk- kan kegelisahan dan rasa ingintahu murid-mu-

rid atas sikap Gurunya yang menangis selama empatpuluh hari empatpuluh malam. Guru itu menangis karena tasbih yang biasa dipakai un- tuk berzikir telahputus talinya. Guru yang no- tabene orang Jawa merasakan bahwa ada makna tersembunyi di balik putusnya sebuah tali tasbih. Hal itu sebagai penanda kemarah- an/murka Tuhan melihat perilaku manusia di dunia yang telah melupakan dan mendusta- kan-Nya.

Orang Jawa pada umumnya dekat dengan simbol atau lambang. Simbol merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung, artinya di dalam komunikasi tersebut terdapat pesan-pesan tersembunyi sehingga makna suatu simbol sangat bergantung pada interpre- tasi individu. Selain dapat berfungsi sebagai pe- doman sosial, simbol juga dapat berfungsi se- bagai alat untuk melakukan hegemoni budaya (Herusatoto, 1983). Sebagai pedoman sosial, pengarang dalam sajak KTPT menggunakan simbol “tasbih putus talinya”, diartikan sebagai telah putus atau ditolaknya doa yang dipanjat- kan manusia kepada Tuhan.

Berdasarkan uraian dalam pembacaan hermeneutik, dapat dikemukakan bangunan kesatuan imajiner sajak KTPT sebagai berikut. Sajak KTPT menggambarkan penderitaan hi- dup manusia yang telah melalaikan/melupa- kan Tuhannya. Hal itu disebabkan oleh per- buatan mereka yang tidak bisa mengendalikan nafsunya untuk berjudi, minum-minuman keras, menghisap ganja/candu, berzina, men- curi/korupsi, dan sebagainya. Selain itu, tidak adanya hukuman yang tegas (setimpal) terha- dap pelaku perbuatan jahat tersebut. Akibat perbuatan mereka,Tuhan marah/murka se- hingga mendatangkan bencana alam (banjir, gempa bumi, dan sebagainya) agar manusia mengerti/sadar akan keberadaan dan kekua- saan Tuhan.

Makna sajak KTPT, intinya adalah kese- dihan manusia (Guru) melihat perilaku sosial

individu manusia di dunia yang telah banyak menyimpang dari ajaran agama. Banyaknya individu manusia di dunia yang telah banyak menyimpang dari ajaran agama. Banyaknya

Berdasarkan proses pembacaan, yang Tuhan).

disertai penafsiran dan pendeskripsian matriks, Dalam sajak KTPT terbangun citra manu- model, dan varian-variannya, dapat dikemuka- sia yang telah melalaikan dan melupakan kan masalah pokoknya sebagai berikut. Sese- Tuhannya. Perilaku mereka—yang melalaikan orang (Guru/pemuka agama) menangis, mera- dan melupakan Tuhannya— membuat Guru sakan sedihkarena doa-doa yang dipanjatkan menangis selama empatpuluh hari empat kepada Tuhan untuk kemslahatan manusia di puluh malam. Guru merasa doa-doa yang di- dunia tidak dikabulkan. Kesedihan itu disebab- panjatkan selama ini untuk kemaslahatan umat kan oleh banyaknya dosa yang disandang oleh tidak dikabulkan oleh karena banyaknya dosa manusia. Mereka tidak mau mengindahkan yang disandang olehmanusia di dunia.

perintah Tuhan sehingga diturunkannya azab Model dalam sajak itu adalah ‘doa kita di- berupa bencana alam (banjir, gempa bumi) di tolak oleh Tuhan’. Baris sajak ini menjadi model mana-mana agar manusia mengerti (sadar). karena segala bentuk peristiwa yang terjadi ber-

Alquran Surat Ar-Rum (41—42) dan Asy- sumber dari ‘Guru yang menangis selama em- Syuura (3) menjadi hipogram potensial sajak patpuluh hari empatpuluh malam’ menyaksi- KTPT. Makna sajak itu merupakan hasil kon- kan manusia hidup di dunia telah melalaikan templasi penyair terhadap makna Surah Ar- dan melupakan Tuhannya. Model itu diekspan- Rum (41—42) dan Asy—Syuura (3), seperti si ke dalam wujud varian-varian yang menye- tampak berikut ini. bar ke seluruh sajak, yaitu (1) “orang meletupkan

“Telah tampak kerusakan di darat dan di nafsunya di mana-mana ”. Manusia mengumbar

laut disebabkan karena perbuatan tangan hawa nafsu tanpa mengenal dosa, (2)”perang?

manusia. Allah menghendaki agar mereka orang bunuh-bunuhan, orang marah tanpa sebab

merasakan sebuah dari (akibat) perbuatan dan kendali ”. Manusia mudah emosi dan suka

mereka, agar mereka kembali (ke jalan berkelahi/berperang melawan sesama tanpa

yang benar)” (QS. Ar-Rum:41-42). bisa dicegah, (3) “nafsu berjudi”, “nafsu minum

“Dan apa saja musibah yang menimpamu alkohol ”, “nafsu mencuri; mencuri uang rakyat

maka itu disebabkan oleh perbuatan dosa- dan uang negara ”, “nafsu menyedot madat”, “naf-

mu sendiri dan Allah memaafkan sebagian su berzina di mana-mana ”. Nafsu bermain judi

besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”(QS. dengan bertaruh uang, minum-minuman ke-

Asy-Syuura:30).

ras, berbuat zina, dan korupsi adalah suatu si- Dalam ayat itu sangat jelas dinyatakan kap yang tidak terpuji dan dimurkai Tuhan.

bahwa bencana kerusakan alam dan moral di Setelah diketahui model dan varian-va- muka bumi tidak lain disebabkan oleh ulah ma-

riannya, matriks sajak KTPT ini dapat ditentu- nusia itu sendiri. Dalam melihat kerusakan itu kan, yaitupenderitaan hidup manusia akibat ada banyak bentuknya. Kerusakan dapat beru-

besarnya dosa yang disandang oleh mereka. pa kerusakan lingkungan dan bencana alam Mereka telah melalaikan/melupakan Tuhan- yang dapat digolongkan dalam bentuk keru-

nya. Sajak KTPT, intinya adalah peringatan/ sakan fisik. Kerusakan juga bisa dilihat dalam teguran bagi manusia yang mengindahkan bentuk kerusakan moral yang ditandai dengan

perintah Tuhannya. Mereka melakukan per- diabaikannya aturan hukum dan aturan Tu-

PROSIDING PROSIDING

Berdasarkan uraian di atas, sajak KTPT gai kecurangan dan menghalalkan segala cara. merupakan transformasi dari Surat Ar-Ruum

Wujud kemurkaan Tuhan terhadap manu- (41-42) dan Asy-Syuura (31) yang diekspresi- sia yang mengabaikan Tuhan itu dikiaskan oleh kan dengan cara bertentangan. Dengan demi- Mustofa dengan ungkapan “ketika tasbih putus kian, makna sajak KTPT dapat dipahami seca- talinya”. Dengan demikian, judul sajak “Ketika ra keseluruhan setelah sajak tersebut dijajarkan Tasbih Putus Talinya” merupakan simbol pu- dengan surat Ar-Ruum (41-42) dan Asy- tusnya doa manusia terhadap Tuhan. Putusnya Syuura (31) tersebut. Selain itu, sajak KTPT da- rasa keimanan atau pengabaian manusia ter- pat dikatakan merupakan bentuk personifikasi hadap Tuhan. Di samping itu, sajak tersebut yang dihadirkan Mustofa untuk mengekspresi- juga merupakan teguran pada manusia karena kan realitas sosial melalui tema religi. telah melupakan/mendustakan Tuhannya.

Surat Ar-Rum (41—42) dan Asy-Syuura

5. Simpulan

(30) di atas, merupakan teguran pada manusia Berdasarkan analisis di atas, makna tiga yang telah melupakan atau mendustakan Tu- sajak yang terdapat dalam MHDHJ karya

hannya. Adanya bencana alam (banjir, gempa Mustofa W. Hasyim, dapat disimpulkan seba- bumi) dapat dipakai sebagai penanda peringat- gai berikut. an dari Tuhan agar manusia bertaqwa dan se-

1. Makna Tiga Sajak dalam MHDHJ makin mendekatkan diri pada Tuhan. Jadi,

a. Makna sajak MyM intinya adalah perlu disadari bahwa manusia dan diri kita sen- mengingatkan manusia untuk memi- dirilah yang pada hakikatnya telah menyebab- liki kepedulian ocial terhadap nasib kan terjadinya kerusakan-kerusakan (bencana) wong cilik ‘orang miskin’. Mereka itu. Semoga hal itu dapat menjadi hikmah dan (orang miskin) butuh uluran tangan pelajaran bagi setiap manusia. dan diperhatikan nasibnya, padahal

Apabila diamati, ada yang disimpangi Tuhan telah menganjurkan kepada oleh penyair dalam sajak KTPTdengan Surat

umat manusia untuk menafkahkan Ar-Rum (41—42) dan Asy-Syuura (31). Dalam

sebagian hartanya, di antaranyauntuk Surat Ar-Rum dan Surat Asy-Syuura tersebut,

orang-orang miskin, seperti tercan- anjuran untuk mencintai lingkungan, dan men-

tum pada Surat Al-Baqarah ayat 215. jalankan kehidupan di dunia sesuai petunjuk

b. Makna sajak DMW intinya adalah ke- Tuhan telah dilupakan oleh manusia. Mereka

gelisahan manusia (penyair) melihat hanya menuruti hawa nafsu (berjudi, minum- generasi muda (anak-anak) yang mu- minuman keras, mabuk, berzina, korupsi)

dah terpengaruh oleh perkembangan suatu perbuatan yang dimurkai Allah (Tuhan). zaman (globalisasi).

Penyair menghayati makna yang terkan- Manusia hendaknya bisa memanfaat- dung dalam ayat-ayat Alquran tersebut dan kan ‘waktu’ kesempatan hidup di du- dapat mengetahui akibatnya jika manusia me-

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim

kambing, kumbang, kucing, kecoa ti- buatan sesat, seperti tercantum dalam

dak ada artinya, (4) bulan menjadi Surah Al-Ashr ayat 1-3.

tidak penting, bintang tak bermakna,

c. Makna sajak KTPT, intinya adalah (5) anak-anak dijejali seribu macam kesedihan manusia melihat perilaku

merk makanan tak bergizi, permen sosial individu manusia yang telah

perusak gigi dan mie yang menyubur- melakukan perbuatan yang menyim-

kan kanker, (6) dongengnya adalah pang dari ajaran agama. Adanya ben-

kekerasan, musiknya adalah goyang cana alam (banjir, gempa bumi) seba-

kemaluan.

c. Matriks sajak KTPT adalah penderi- agar manusia bertakwa dan mende-

gai penanda peringatan dari Tuhan

taan hidup manusia akibat besarnya katkan diri pada Tuhan, seperti ter-

dosa yang disandang oleh mereka. cantum dalam Surat Ar-Rum (41—

Matriks ini diaktualisasikan ke dalam

42) dan Asy-Syuura (30). bentuk model ‘doa kita ditolak oleh

2. Matriks, model, dan varian-varian tiga sa- Tuhan’ dan diekspansi ke dalam wu- jak karya Mustofa W. Hasyim adalah se-

jud varian-varian: (1) “orang meletup- bagai berikut.

kan nafsunya di mana-mana”, (2)

a. Matriks sajak MyM ini adalah kese- “perang? Orang bunuh-bunuhan, dihan dan kekecewaan si aku lirik aki-

orang marah tanpa sebab dan ken- bat tidak ada kepedulian sosial masya-

dali”, (3) “nafsu berjudi”, (4) “nafsu rakat kelas atas (orang-orang kaya)

minum alkohol”, (5) “nafsu mencuri terhadap masyarakat kelas bawah

uang rakyat dan uang negara”, (6) (orang-orang miskin). Matriks ini di-

“nafsu menyedot madat”, (7) “nafsu aktualisasikan ke dalam bentuk model

berzina di mana-mana”. ‘orang-orang miskin takut mendekati- 3. Tiga sajak yang diteliti memiliki hubungan ku’ dan diekspansi ke dalam wujud

intertekstual dengan ayat-ayat suci varian-varian: (1) ketika masjid diba-

Alquran. Unsur-unsur yang ditransforma- ngun, rumah-rumah mereka makin

sikan ke dalam teks baru memiliki fungsi- reot, (2) ketika masjid megah, nasib

fungsi tertentu, sebagai berikut. (1) Surat mereka makin kesulitan, (3) rumah

Surat Al-Baqarah ayat 215 ditransformasi- orang-orang miskin makin gelap gu-

kan ke dalam sajak MyM. Pengambilan lita.

ayat itu dalam rangka fungsi mengingat-

b. Matriks sajak DMW ini adalah pende- kan manusia agar memiliki kepedulian ritaan hidup manusia (anak-anak

terhadap orang miskin, (2) Surah Al-Ashr muda) akibat mudah terpengaruh

ayat 1-3 ditransformasikan ke dalam sajak oleh perkembangan zaman (globalisa-

DMW. Pengambilan ayat itu dalam rangka si). Matriks ini diaktualisasikan ke da-

fungsi mengingatkan manusia untuk da- lam bentuk model ‘Siapakah yang me-

pat memanfaatkan ‘waktu’ dengan sebaik- nguburnya (waktu)?’ dan diekspansi

baiknya agar tidak sia-sia dalam hidup- ke dalam wujud varian-varian: (1)

nya, dan (3) Surat Ar-Rum (41—42) dan anak-anak disesatkan oleh belantara

Asy-Syuura (30) ditransformasikan ke gambar, hadir di ruang tamu, (2) po-

dalam sajak KTPT. Pengambilan ayat itu hon menjadi tidak penting, matahari

dalam rangka fungsi mengingatkan ma- menjadi tidak penting, (3) bukit, gu-

nusia untukselalu menjaga perilaku seha-

PROSIDING PROSIDING

Jakarta: Gramedia.

4. Adanya empat surat dalam ayat suci Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Alquran yang menjadi hipogram tiga sa-

Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. jak karya Mustofa, menunjukkan bahwa

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. penyair adalah seorang yang memiliki ke-

-------. 1997. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: sadaran religiositas. Bagi Mustofa, sajak Gadjah Mada University Press. merupakan media untuk mensyukuri ke-

nikmatan, kekuasaan, dan kebesaran Peursen, C.A. Van. 1990. Fakta, Nilai, Peristiwa. Tuhan.

Jakarta: Gramedia. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry.

Bloomington and London: Indiana Culler, Jonathan. 1975. Structural Poetics.

6. Daftar Pustaka

University Press.

London and Hanley: Routledge and Kegan Sutiyem. 2009. “Majas dalam Antologi Puisi Paul.

Reportase yang Menakutkan Karya Mustofa Hasyim, Mustofa W. 2012. Musim Hujan Datang

W. Hasyim ” dalam Alayasastra Volome 5, Yogyakarta: Madah.

Nomor 1, Mei 2009. Semarang: Balai di Hari Jumat.

Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Herusatoto, Budiono. 1983. Simbolisme dalam

Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita. Teeuw, A. 1984. Tergantung dan Menilai Sastra.

Jakarta: Gramedia.

Ismiyati, Siti Ajar. 2014. “Analisis Kepenyairan Mustofa W. Hasyim: Dalam Antologi”. Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi DIY.

Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa.

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim