Populasi dan Sampel

1.5 Populasi dan Sampel

penciptaan arti ini disebabkan oleh pengorgani- Populasi dalam penelitin ini adalah tiga sasian ruang teks di luar linguistik, di antara-

puluh tiga sajak yang termuat dalam MHDHJ nya adalah enjambement, persajakan, tipografi, yang di dalamnya mengekspresikan realitas dan homologue. sosial melalui tema religi. Sebagai sampel data-

Pembacaan heuristik adalah pembacaan nya, diambil tiga buah sajak, yaitu “Masjid dalam taraf mimesis. Pembacaan heuristik, pa-

yang Menangis”, “Di Manakah Waktu”, dan

da dasarnya, merupakan interpretasi tahap “Ketika Tasbih Putus Talinya”.

pertama, yang bergerak dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti rangkaian

sintagmatik. Pembacaan tahap pertama ini Di dalam peneltian ini, analisis dipusatkan akan menghasilkan serangkaian arti yang ber- pada tiga sajak yang ada dalam MHDHJ karya sifat heterogen. Pembacaan hermeneutik atau Mustofa W. Hasyim. Untuk memahami makna- retroaktif adalah pembacaan tahap kedua. nya, tiga sajak dalam MHDHJ tersebut harus Pembacaan ini didasarkan pada konvensi sas-

2. Kerangka Teori

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim

lihat, meresapi, dan menyerap hal yang mena- Kata kunci atau intisari dari serangkaian rik, baik secara sadar maupun tidak sadar. Se-

teks, disebut matriks. Matriks merupakan kon- telah menanggapi teks lain dan menyerap kon- sep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi vensi sastra, konsep estetik, atau pikiran-pi- dan tidak muncul dalam teks. Matriks dapat kirannya, kemudian mentransformasikannya berupa kata, frase, klausa, atau kalimat seder- ke dalam karya sendiri dengan gagasan dan hana. Aktualisasi pertama dari matriks adalah konsep estetik sendiri sehingga terjadi perpa- model yang dapat berupa kata atau kalimat duan baru. tertentu. Model ini kemudian diperluas menjadi

Senada dengan Kristeva, Riffaterre (1978: varian-varian sehingga menurunkan teks

23) mengatakan bahwa sebuah sajak merupa- secara keseluruhan. Ciri utama model adalah kan respon atau jawaban terhadap teks-teks sifat puitisnya. Jadi, jika matriks merupakan lain sebelumnya. Respons tersebut dapat beru- motor penggerak derivasi tekstual, maka model pa penentangan atau penerusan tradisi dan adalah pembatas derivasi tersebut. Matriks dapat pula sekaligus berupa penentangan mau- senantiasa terwujud dalam bentuk-benuk va- pun penerusan tradisi. rian yang ditentukan oleh model sebagai ak- tualisasi pertama matriks.

3. Metode

Hipogram adalah teks yang menjadi latar Metode yang digunakan dalam penelitian penciptaan sebuah teks baru, mungkin dipa- ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode

tuhi, tetapi mungkin juga disimpangi oleh pe- ini dipilih karena penelitian ini mempunyai ka- ngarang. Menurut Riffaterre (1978: 23), hipo- rakteristik ‘pengamatan berperan serta’ atau gram ada dua macam, yaitu hipogram poten- participant-observation (Moleong, 1991: 5). sial dan aktual. Hipogram potensial tidak ter- Dalam penelitian semacam ini, peneliti menjadi eksplisitkan dalam teks, tetapi harus dibstraksi- partisipan, memasuki dunia data yang diteliti- kan dari teks. Hipogram potensial itu adalah nya, memahami dan terus-menerus membuat matriks yang merupakan inti teks atau kata sistematik objek yang ditelitinya, yaitu sajak- kunci, dapat berupa satu kata, frase, atau kali- sajak yang terdapat dalam MHDHJ karya Mu- mat sederhana. Transformasi matriks atau hi- stofa W. Hasyim. pogram potensial adalah model, kemudian di-

Makna sajak-sajak MHDHJ dikonkretkan transformasikan menjadi varian-varian. Hipo-

melalui dua tahap pembacaan, yaitu pembaca- gram aktual dapat berupa teks nyata, kata, ka-

an heuristik dan pembacaan hermeneutik (re- limat, peribahasa, atau seluruh teks dan terwu-

troaktif). Pada tahap pertama, pembacaan jud dalam segala bentuk aplikasi makna keba-

heuristik, setiap satuan linguistik yang diguna- hasaan, baik yang berupa presuposisi maupun

kan dalam teks (sajak) diartikan sesuai dengan sistem-sistem deskriptif atau kelompok asosiasi

konvensi bahasa yang berlaku, sedangkan pada konvensional. Hipogram aktual ini menjadi la-

tahap kedua, pembacaan hermeneutik, makna tar penciptaan teks baru dan terwujud dalam

teks (sajak) ditafsirkan sesuai konvensi sastra teks-teks yang ada sebelumnya, baik berupa

dan budaya yang melatarbelakanginya. Se- mitos maupun karya sastra lainnya.

lanjutnya, sajak-sajak tersebut di diidentifikasi Kristeva (Culler, 1981: 104) mengemuka- matriks, model, dan varian-variannya, serta di-

kan, tiap teks itu merupakan mozaik kutipan-

300

PROSIDING

Makna Sajak-Sajak Musim Hujan Datang di Hari Jumat Karya Mustofa W. Hasyim 301

cari hubungan intertekstual sajak-sajak tersebut dengan teks lainnya.