Plesetan Kesan Kemiripan Bunyi tuma.

4.1.15 Plesetan Kesan Kemiripan Bunyi tuma.

Plesetan jenis ini berupa penggelinciran sa-

tuan lingual tertentu ke satuan lingual yang Plesetan metaforis adalah pengubahan lain yang memiliki kesan kemiripan bunyi. Per- kata yang secara konvensional telah memiliki hatikan contoh teka-teki berikut ini. makna tertentu ke makna yang lain. Kridalak-

4.1.14 Plesetan Metaforis

Kacang lan Jaran

sana (2001: 136) menjelaskan metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk ob-

Warsidin : Kang aku takon ya, sayur apa

sing angel dimasak?

jek atau konsep lain berdasarkan kias atau per- ‘Kang saya mau tanya ya, samaan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan con- sayur apa yang sulit dimasak?’

toh plesetan metaforis berikut ini. Wardiman: Ora ana. Kabeh gampang di- (16)

Kaliwadon

masak

Marno : Ton, kali endi sing diarani Kali- ‘Tidak ada. Semua mudah di-

wadon?

masak.’

‘Ton, sungai mana yang

Warsidin: Isih ana.

disebut sungai wanita?’ ‘Masih ada.’ Tono : Kalimantan.

Wardiman: Sayur buncis. ‘Kalimantan.’

‘Sayur buncis.’ Marno : Dudu, yen Kalimantan rak kali

Warsidin: Isih salah tur banget. sing ora aktif utawa bekas kali .

‘Masih salah sekali.’ ‘Bukan, kalau Kalimantan kan sungai yang tidak aktif atau

Wardiman: Kacang kapri, kacang asin, karo kacang telor.

bekas sungai.’ ‘Kacang kapri, kacang asin,

Tono : Lha banjur kali apa? dan kacang telur.’ ‘Lha kemudian sungai apa?’

Warsidin: Wis-wis timbang bingung, kae Marno : Kalirokan ana ing Riau, Suma-

lho kacang lan jaran. tra .

‘Sudah-sudah daripada bi- ‘Kali Rokan di Riau, Sumatra.’

ngung, itu lho kacang dan (PS 52/26 Des. 2009/46)

kuda.’

Contoh teka-teki (16) menanyakan ten- Wardiman: Lho kok ngono. Rak kacang tang sungai. Sungai mana yang disebut kaliwa-

lanjaran, ora kacang lan jaran.

Wujud Plesetan dalam Wacana Teka-Teki Bahasa Jawa

‘Lho kok begitu.Itu kacang plesetkan memiliki makna berbeda dengan panjang, bukan kacang dan

makna kata yang belum diplesetkan. Contoh kuda.’

wacana teka-teki di atas menceritakan pemuda Warsidin: Ya ben !Kareben lucu, kok.

Marno yang menanyakan nama kota yang di- ‘Ya biar!Biar lucu, kok.’

perintahkan kepada sopir? Pemuda Dirman (PS 25/21 Juni 2014)

mencoba menjawab teka-teki itu dengan Rem Pada contoh teka-teki (17) Wasidin mena- Bang ‘direm Bang’. Berdasarkan jawaban tadi,

nyakan sayur yang sulit dimasak. Dijawab oleh Dirman menjelaskan bahwa kota yang sering Wardiman bahwa semua sayur bisa dima- diperintahkan kepada sopir adalah Rembang. sak.Akhirnya, Warsidin menyanggah semua

4.1.17 Plesetan Personifikasi

jawaban dari Wardiman. Akhirnya, Warsidin Dalam teka-teki, ada data yang menun- menjelaskan bahwa sayur yang tidak mudah jukkan pemanfaatan majas personifikasi. Perso- dimasak ialah sayur kacang lan jaran ‘ Sayur nifikasi adalah gaya bahasa (majas) yang mem- kacang dan kuda.’. perlakukan benda-benda mati atau binatang

4.1.16 Plesetan Persamaan Bentuk

sebagai manusia (Wijana, 2014: 44). Plesetan

(Homograf)

jenis ini merupakan plesetan personifikasi Plesetan jenis ini merupakan plesetan per- (berupa daun) yang diplesetkan menjadi ratu.

samaan bentuk, tetapi bunyi ucapan berbeda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh teki- Kata tertentu yang diplesetkan mirip bentuk- teki berikut ini. nya, tetapi tidak sama pengucapannya

Mail : Jenenge godhong asem iku apa? Marno : Kota ngendi sing sok dipren-

Rembang

‘Namanya daun asem itu apa?’ tahake marang sopir.

: Godhong asem jenenge sinom ‘Kota mana yang sering dipe-

Alin

‘Daun asem namanya sinom.’ rintahkan kepada sopir.’

Mail : Yen godhong aren apa? Dirman: Yen jawabanku bener, aku ditrak-

‘Kalau daun aren apa?’ tir bakso semangkok .

Alin

: Dliring

’Kalau jawaban saya benar,

‘Dliring’

saya ditraktir bakso semang- kok.’

Mail : Godhong apa sing bisa dadi

ratu?

Marno : Angger jawabanmu bener tenan ‘Daun apa yang dapat menjadi

taktlaktir .

ratu?’

‘Asalkan jawaban kamu be- nar, saya traktir.’

Alin

: Godhong kok dadi ratu.Ya ora

ana.

Dirman: Aku njajal jawab. Yen ora salah ‘Daun kok menjadi ratu. Iya

Rem Bang (memerintah sopir

tidak ada.’

untuk mengerem). Muga-muga

bener, jenenge kota Rembang.

Mail : Aja kesusu muring-muring. ‘Saya mencoba menjawab. Ka-

‘Jangan tergesa-gesa marah.’ lau tidak salah Rembang. Mu-

: Apa ya ana godhong kok dadi ratu? dah-mudahan benar, nama-

Alin

‘Apa ya ada daun kok menjadi nya kota Rembang.’

ratu?’

(PS33/17 Agust.2013/4) Mail : Godhong sing dadi ratu iku go-

Bentuk plesetan dapat dibentuk dengan

dhong randhu.

pengucapan yang diberi jeda. Kata yang di-

PROSIDING

‘Daun yang menjadi ratu itu bentuk dan makna. Dari perubahan bentuk – daun randu.’

makna satuan lingual yang diplesetkan, kita se-

Godhong randhu jenenge Bala-

makin paham bahwa hubungan antara bentuk

dewa

dan makna itu bersifat arbiter. Artinya, bentuk ‘Daun randu namanya Bala- tertentu tidak harus mempunyai makna ter- dewa.’

(PS 10/10 Maret 2012/50) tentu. Sebaliknya, makna tertentu tidak harus dinyatakan dalam bentuk tertentu.

Pada contoh teka-teki (19) Mail menanya- Pemplesetan satuan lingual lazimnya di- kan daun apa yang bisa menjadi ratu (Godhong lakukan secara linear (membalik atau memper- apa sing bisa dadi ratu ?) kepada Alin. Selanjut- luas ke kanan), secara substitusional, atau ke- nya, Alin menyanggah apakah ada daun yang dua-duanya, baik secara linear maupun substi- dapat menjadi ratu. Sanggahan Alin dijawab tusional. Dengan mencermati plesetan, kita da- oleh Mail dengan daun randhu. Oleh Mail daun pat memahami hubungan sintagmatik (linear) randhu disebut daun yang dapat menjadi ratu dan hubungan paradigmatik (substitusional) di karena daun randhu dinamai baladewa. Ba- antara satuan lingual yang satu dengan satuan ladewa sendiri merupakan ratu Mandura

lingual yang lain

dalam pewayangan. Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa

4.2 Perubahan Bentuk-Makna dalam

simpulan yang dapat dikemukakan bahwa ple-

Plesetan Bahasa Jawa

setan merupakan salah satu penyimpangan ba- Plesetan satuan lingual menyebabkan hasa, atau penjebolan konvensi bahasa. Kon-

terjadinya perubahan bentuk, makna, atau vensi yang dijebol adalah bentuk, makna, atau bentuk-makna dari satuan lingual yang diple- bentuk dan makna. Penjebolan konvensi itu setkan ke satuan lingual hasil plesetannya. Per- meliputi bunyi, huruf, kata, frasa, klausa, kali- ubahan tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, mat sampai ke wacana. Wujud plesetan dalam yaitu (1) perubahan bentuk, (2) perubahan wacana teka-teki bahasa Jawa dapat dibedakan makna, dan (3) perubahan bentuk dan makna. menjadi tujuh belas jenis plesetan, yaitu (1) ho- Perubahan bentuk terdapat dalam plesetan monimi, (2) metatesis, (3) akronimi, (4) aso- huruf, pelesapan bunyi, penambahan bunyi. siatif-kolokatif, (5) antonimi, (6) polisemi, (7) Perubahan makna satuan lingual terdapat pa- antarbahasa, (8) huruf pada kata, (9) permu-

da plesetan homonimi, permutasi, metaforis, tasi bunyi, (10) pelesapan bunyi, (11) penam- singkatan. Perubahan bentuk dan makna ter- bahan bunyi, (12) singkatan, (13) perubahan dapat pada plesetan asosiatif-kolokatif, persa- bunyi, (14) metaforis, (15) kesan kemiripan bu- maan bentuk, peribahasa, kesan kemiripan bu- nyi, (16) persamaan bentuk (homograf), dan nyi, akronim, dan antarbahasa.

(17) personifikasi.

5. Simpulan.

6. Daftar Pustaka

Berdasarkan penelitian tehadap plesetan Baryadi, I. Praptomo. 2003. “Plesetan: Gejala dalam wacana teka-teki bahasa Jawa , diketa-

Dekonstruksi Bahasa” dalam Jurnal Ilmiah hui bahwa satuan lingual yang diplesetkan

Kebudayaan : Sintesis. Yogyakarta: Pusat menjadi satuan lingual yang lain mengalami

Kajian Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan perubahan bentuk, perubahan makna atau per-

Indonesia.

ubahan bentuk dan makna. Dari penelitian ple- Heryanto, Ariel. 1996. “Plesetan dan Kese- setan itu, kita semakin memahami bahwa ba-

wenang-wenangan Berbahasa: Plesetan hasa pada hakikatnya merupakan perpaduan

dalam Kajian Bahasa dan Politik di Indo- nesia”. Dalam Bambang Kaswanti Purwo

Wujud Plesetan dalam Wacana Teka-Teki Bahasa Jawa

(ed.) PELLBA9. Yogyakarta: Penerbit ——————. 1993. Metode dan Aneka Teknik Kanisius. Hlm. 105—127.

Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa

Wahana Kebudayaan Secara Linguistik : Yog- Indonesia . Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

yakarta: Duta Wacana University Press. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. ——————. 1998. Metode Linguistik Bagian

Jakarta: PT Gramedia. Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengum- pulan Data . Yogyakarta: Duta Wacana

Marsono. 1996. “Bahasa Plesetan Masyarakat

University Press.

Jawa”. Tulisan Kongres Bahasa Jawa II. Batu, Malang. Tanggal 22—26 Oktober Sudiro, Samid et al. 2014. Polisemi dalam Bahasa 1996.

Jawa . Yogyakarta: Kementerian Pendi- dikan dan Kebudayaan, Badan Pengem-

Najib, Emha Ainun. 1991. “Plesetan” dalam bangan dan Pembinaan Bahasa, Balai Ba- Majalah Tempo (Berita Mingguan). 23

hasa Provinsi DIY.

Februari 1991, hlm.36. Jakarta. TIM Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Kamus Basa

Nawawi, H. Haduri. 1990. Metode Penelitian Jawa . Yogyakarta: Kanisius.

Bidang Sosial . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Verhaar, J.M.W. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Padmosoekotjo, S. 1958. Ngengrengan Kasusas- tran Djawa I . Yogyakarta: Hien Hoo Sing. Wijana, I Dewa Putu. 2003. “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa”.

——————. 1960. Ngengrengan Kasusastran Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fa-

Djawa II . Yogyakarta: Hien Hoo Sing. kultas Ilmu Budaya Universita Gadjah

Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar

Mada.

Linguistik Umum . Yogyakarta: Gadjah ——————. 2014. Wacana Teka-Teki. Yogya- Mada University Press. karta: A.Com Advertising.

Sudaryanto. 1983. Linguistik: Esai tentang Bahasa & Pengantar ke dalam Ilmu Bahasa . Yogyakarta: Gadjah Mada University.

PROSIDING