Rubrik “Ruang Kita”

3.2 Rubrik “Ruang Kita”

katan anak-anak memanjat ban-ban di atas ko- Rubrik “Ruang Kita” di antaranya berisi lam diibaratkan monyet yang bergelantungan

puisi yang diciptakan oleh anak-anak. Ada dengan lincah. Sembilan puisi anak yang akan dibahas dalam

Dalam puisi “Terik Matahari”, aku lirik di- tulisan ini. Puisi “Turun ke Sawah”, “Aku Men- gambarkan sebagai seorang yang merasa ge-

jadi Monyet Bergelantungan”, dan “Terik Ma- lisah karena teriknya matahari. Kegelisahan itu

tahari” merupakan puisi yang terdapat dalam didukung oleh pemilihan kata yang berakhiran Kompas tertanggal 3 Mei 2015. Puisi “Agar- sama (sekolah-gelisah). Kemudian pada bait ke- agar”, “Sahabatku”, dan “Sampah” merupa- dua, pemilihan katamendaki-menanjak-berteriak kan puisi yang terdapat dalam Kompas tertang-

membawa suasana yang semakin berat. Di te- gal 10 Mei 2015. Puisi “Bingung”, “Rumah Ke- ngah terik matahari yang panas, si aku lirik pun

cilku”, dan “Melukis di Dalam Imajinasiku” harus berjalan mendaki, menanjak sehingga

merupakan puisi yang terdapat dalam Kompas berakhir dengan klimaks, yaitu berteriak. Akan tertanggal 17 Mei 2015.

tetapi, suasana yang panas dan berat berubah Secara keseluruhan, kesembilan puisi ter- menjadi ringan kembali ketika si aku lirik men-

sebut terdiri antara satu sampai dengan tiga bait, dapatkan es bubur kacang di rumah, //Di ru- tetapi lebih banyak yang terdiri atas satu bait mah ada es bubur kacang//Tubuh segar aku saja. Secara keseluruhan, puisi-puisi tersebut senang//.

Sastra Anak dalam Harian Kompas Minggu Edisi Mei 2015

Apabila dilihat alur bait satu sampai ke- Puisi dapat dijadikan sebagai bahan ekspresi dua terungkap ketegangan. Akan tetapi, kli- dalam segala hal permasalahan. maks itu dengan cepat berubah drastis.Ada ke-

Dalam puisi “Rumah Kecilku” terungkap san yang cukup menggelitik dari puisi “Terik penggambaran aku lirik terhadap rumah kecil-

Matahari”. Hal itu boleh ditafsirkan sebagai se- nya. Aku lirik memilih frasa//…seonggok ge- buah gambaran bahwa suasana yang mene- dung mungil//untuk mendeskripsikan rumah gangkan akan dengan cepat mencair karena kecilnya karena berada //Di tengah rerimbun- hal itu dapat dimengerti bila dilihat dari sudut an perbukitan//, sehingga rumah kecilnya itu pandang seorang anak.

terlihat tegak dan kuat. Rumah kecilnya meru- Puisi “Agar-agar” dapat dikatakan sebagai pakan tempat tinggal, tempat aku lirik dilahir- puisi yang paling sederhana di antara puisi kan, dan tempat muara kasih sayang. Puisi yang dibahas. Aku lirik hanya menyatakan su- “Rumah Kecilku” mampu menggambarkan ke- ka agar-agar karena banyak warnanya dan ba- banggaan aku lirik terhadap rumah kelahiran- nyak manfaat dan gizinya. Kemudian puisi nya karena di sanalah tempat bermuaranya ka- “Sahabatku” dan puisi “Sampah” sudah lebih sih sayang. rumit dari puisi “Agar-agar”. Puisi “Sahabat-

Selanjutnya, puisi yang terakhir, yaitu puisi ku” berisi pendapat aku lirik terhadap apa yang “Melukis di dalam Imajinasiku” agak berbeda disebut sahabat. Di situ terungkap deskripsi dengan puisi sebelumnya. Puisi tersebut dapat wujud sahabat menurut persepsi aku lirik. Sa- dikatakan lebih rumit karena dapat memun- habat itu adalah orang yang selalu sejalan, ber- culkan makna ganda atau memerlukan pema- iringan, bergandengan dalam salah dan benar, haman yang tidak sederhana, khususnya di li- saling memaafkan, dan mengingatkan.

hat dari sudut pandang puisi anak. Selanjutnya, puisi “Sampah” pun meng-

Puisi tersebut berusaha mengungkapkan ungkapkan persepsi mengenai sampah. Sam- imajinasi seorang anak yang berandai-andai

pah dianggap sebagai barang yang mencemari menjadi pelukis terhebat. Dalam imajinasi, si dunia ketika orang membuangnya sembarang- aku lirik membayangkan dirinya sebagai pelu- an. Sampah akan menjadi berguna ketika sam- kis hebat yang sedang melukis. Imajinasi itu di- pah dapat didaur ulang. Akan tetapi, bait ketiga ibaratkan sebagai petualangan. Ia berimajinasi dalam puisi “Sampah” menunjukkan adanya bahwa lukisan itu dapat meluluhkan kemalas- perbedaan suasana yang dibangun, yaitu ke- anku, usapan kuas menjadi semangat, tiupan putusasaan bahwa manusia tidak peduli de- angin membawa kecemerlangan, bulan, embun ngan pendapat bahwa sampah dapat di daur daun, dan lentera sebagai inspirasi. Artinya, ulang. Manusia tidak memiliki kepedulian. piranti puisi yang digunakan dalam puisi “Me- Oleh karena itu, aku lirik sebagai manusia me- lukis di Dalam Imajinasiku” telah menunjuk- rasa berdosa dan memohon ampun kepada Tu- kan puisi yang tidak transparan lagi. Ada peng- han. Artinya, puisi “Sampah” telah menunjuk- gunaan metafora dalam puisi tersebut. Artinya, kan keputusasaan yang dihadapi seorang anak puisi tersebut membicarakan sebuah cita-cita, terhadap masalah sampah.

tetapi hadir dalam sebuah bentuk puisi yang Ada hal menarik juga dalam puisi “Bi- tidak dapat dipahami secara langsung karena

ngung”. Kebingungan yang dihadapi seorang pemakaian bahasa kias atau tidak lugas. anak ketika akan menulis karangan dapat di-

tuangkan ke dalam sebuah tulisan. Artinya,

3.3 Rubrik “Nusantara Bertutur”

puisi dapat bercerita apa pun karena kebi- Dari tiga koran Kompas yang bertanggal ngungan pun akan berbuah tulisan, yaitu puisi.

3, 10, dan 17 Mei 2015, hanya ditemukan dua

PROSIDING PROSIDING

di rumah.

Sebagai pengenalan, cerita “Semangat Ka- Penyelesaian terjadi ketika Dina menya- nia” diawali dengan pengenalan latar tempat, dari bahwa pekerjaan rumah tangga yang biasa yaitu tempat tinggal Kania, yaitu rumah seder- dikerjakan ibu tidaklah seringan yang diba- hana di pinggiran Jakarta. Kemudian informasi yangkannya. Kemudian, kesadaran Dina itu terkait pekerjaan ibunya Kania, yaitu seorang berujung pada suatu sikap Dina yang ingin me- penjahit, dan ayah Kania yang telah meninggal. minta maaf dan berterima kasih kepada ibu-

Konflik muncul ketika Kania dinyatakan nya. Anggapan Dina yang salah terkait peran bingung. Kania yang biasa membantu ibunya seorang ibu rumah tangga telah mengantarkan harus bisa memilih antara membantu ibu yang pada sebuah pesan untuk saling menghargai, semakin banyak pelanggan jahitannya atau terutama pengorbanan orang tua, dan meng- mempersiapkan diri untuk ujian kenaikan ke- hargai atas peran masing-masing dalam se- las. Akan tetapi, di tengah kebingungan itu, buah rumah tangga. hadir sosok ibu yang lebih memberikan solusi

Di sisi lain, sosok ibu dalam kedua cerita kepada Kania untuk memilih belajar saja. Ibu “Nusantara Bertutur” tersebut hadir sebagai so- Kania menginginkan anaknya lebih berkonsen- sok ibu yang bijaksana, tidak emosional, dan trasi belajar supaya berhasil naik kelas dengan tidak menghakimi kesalahan anak. Anak yang nilai yang bagus.

sedang mengalami konflik dalam dirinya di- Di dalam penyelesaian, sosok Kania ditun- biarkan mengalami dan memutuskan atas per- jukkan sebagai anak yang dapat menentukan masalahan hidupnya. Hal tersebut dimungkin- pilihannya. Ia memilih belajar dan di sela-sela kan ketika cerita dalam “Nusantara Bertutur” istirahat, Kania memilih tetap membantu ibu- itu hadir dari sebuah keinginan untuk mem- nya. Kania pun kembali semangat belajar. “Ka- bentuk anak yang memiliki karakter, yaitu se- mu memang anak yang pantang menyerah orang anak yang mengalami, mau belajar, dan ya,” ujar ibu. Ibu bangga padamu. Meski masih memutuskan atas permasalahan yang diha- kecil, kamu sudah mengerti bertanggung jawab dapinya. Selain itu, dari segi latar tempat, wa- terhadap pendidikanmu sendiri.” (Kompas, laupun kedua cerita itu dikatakan dongeng Minggu, 2015: 35). Kutipan tersebut menun- yang biasanya berlatar di negeri antah-beran- jukkan sebuah amanat yang ingin dihadirkan tah, kedua cerita tersebut menghadirkan tem- dalam cerita. Penulis mengidealkan sosok anak pat yang real atau mudah dikenali. yang semangat belajar, pantang menyerah, dan bertanggung jawab terhadap pendidikan.

4. Simpulan

Dalam cerita “Ketika Ibu Sakit”, pengenal- Sebagaimana karya sastra pada umum- an diawali oleh komentar Dina terhadap ibu- nya, sastra anak dalam koran Kompas dapat

nya dan latar rumah Dina, yaitu di daerah Be- membicarakan apa pun yang ada dalam kehi- kasi, Jawa Barat. Dina menganggap bahwa dupan. Ketiga cerita, yaitu “Matahari dan Hu- menjadi ibu enak karena bisa bersantai di ru- jan”, “Pengemis Tua”, dan “Tiga Keping Coke- mah, tidak punya kewajiban harus pergi ke lat” merupakan cerita yang ada dalam kehi- kantor, dan mengerjakan PR atau ulangan se- dupan. Cerita “Matahari dan Hujan” dengan perti dirinya.

sudut pandang orang pertama “aku” , yaitu

Sastra Anak dalam Harian Kompas Minggu Edisi Mei 2015

karena teriknya matahari telah dicairkan oleh Berbeda halnya dengan dua cerita berikut- sikap anak itu yang tiba-tiba berubah karena

nya, yaitu “Pengemis Tua” dan “Tiga Keping es bubur kacang. Cokelat” yang lebih realistik apalagi menggu-

Cerita dalam “Nusantara Bertutur” terma- nakan sudut pandang orang ketiga. Cerita suk cerita yang sederhana. Kedua cerita terse- “Pengemis Tua” telah menggiring pada sosok but telah menghadirkan sosok anak yang me- anak yang diidealkan, yaitu adanya sosok anak miliki konflik dengan dirinya sendiri. Sosok Ka- yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. nia yang bingung antara belajar dan membantu Dari awal sampai akhir cerita hanya digam- ibu menjadi persoalan yang dihadirkan sebagai barkan rasa kepedulian seorang anak terhadap upaya menghadirkan amanat, yaitu rajin bela- pengemis tua yang ia lihat di lampu merah. jar dan pantang menyerah. Selanjutnya, sosok Oleh karena itu, tokoh termasuk statis, tidak Dina hadir sebagai anak yang salah sangka ter- berkembang dan berdampak pada cerita yang hadap peran ibunya dan berakhir pada penye- tidak hidup.

salan Dina.

Sedangkan tokoh Arka dalam cerita “Tiga Cerita yang ada dalam “Nusantara Ber- Keping Cokelat” lebih dinamis walaupun kon- tutur” menghadirkan sosok anak yang memiliki flik terjadi di dalam diri Arka. Ada perkem- konfliks, sosok ibu sebagai penengah, dan kon- bangan sikap dalam diri Arka. Cerita tersebut flik di selesaikan oleh sosok anak yang memiliki memperlihatkan proses dan pelajaran yang konflik itu sendiri. Artinya penyelesaian dilaku- diambil dari sikap yang tidak baik bagi seorang kan oleh anak itu sendiri, baik karena adanya anak. Dalam cerita tersebut, tidak ada upaya peran dari ibu yang memiliki sikap yang bijak- penghakiman orang tua, yaitu ibu dan kakak- sana, tidak menghakimi anak, maupun melalui nya terhadap perbuatan Arka.

suatu peristiwa, yaitu ibu yang sakit dan dira- Puisi anak yang dianalisis menceritakan wat di rumah sakit. berbagai hal dalam kehidupan, mulai dari sua-

Berdasarkan sastra anak yang dianalisis sana musim turun ke sawah, anak yang suka dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa

memanjat dan bermain, matahari yang terik, Kompas memiliki upaya untuk membentuk ka- agar-agar, sampah, sahabat, kebingungan, ru- rakter anak melalui cerita realistik dan fantasi

mah, dan imajinasi atau cita-cita. Puisi dengan yang memiliki pesan moral. Pesan moral itu da- berbagai tema tersebut pada umumnya hadir pat hadir melalui cara memperlihatkan peri-

dalam bentuk yang sederhana, baik dari jumlah laku anak yang tetap baik dari awal sampai bait, pemilihan kata, maupun gaya berbaha- akhir cerita (statis), perilaku anak yang ber-

sanya. Pemilihan kata masih tetap mengarah ubah, tidak baik menjadi baik (dinamis), perila- pada makna yang lugas walaupun ada bebe- ku anak yang berkonflik dengan diri sendiri

rapa puisi yang sudah memiliki tingkatan yang dan berakhir dengan mengambil sikap yang lebih karena penggunaan metafora, dan pemi- mengarah pada kebaikan. Sikap anak yang

lihan kata yang berima akhir sama. Pengguna- mampu menentukan penyelesaian atas konflik an metafora yang menunjukkan kemampuan yang dialaminya merupakan suatu wujud

imajinasi atau fantasi anak yang tinggi diang- anak yang berkarakter. Kemudian, orang tua gap sepadan dengan usia perkembagangan yang bijak, memberi kesempatan kepada anak,

PROSIDING PROSIDING

dan Pemahaman. Bandung: Penerbit karakter dan mendidik. Begitu pun melalui

Nuansa.

puisi anak, Kompas telah memberikan kesem- Gunarsa, Singgih. 2015. Psikologi Perkembangan. patan kepada anak untuk berekspresi terkait

Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. apa pun sesuai dengan perkembangan usianya Jalaludin, Rahmat. 1994. Psikologi Komunikasi.

sehingga sastra anak dalam Kompas tetap mem- Bandung: Rosdakarya.

pertahankan nilai-nilai kebaikan. Melalui cerita anak, Kompas menginginkan anak yang ceria, Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak: peduli terhadap orang lain, mau berbagi, jujur,

Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogya- dan dapat menyelesaikan permasalahan hidup

karta: Gadjah Mada University Press. yang dihadapi seorang anak. Sedangkan me- Nurgiyantoro, Burhan. 2006. “Genre Sastra

lalui puisi, Kompas memberikan ruang bagi Anak di Harian Kompas Minggu”: Laporan anak untuk berbicara terkait apa pun, dari mu-

Penelitian.Yogyakarta: FPBS UNY. lai agar-agar sampai persoalan sampah.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Pene- litian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. Abdul Rahman, Manurung. 2013. “Analisis Sunarti, Euis. 2005. Menggali Kekuatan Cerita. Nilai-Nilai Moral dalam Sastra Anak pada

5. Daftar Pustaka

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Surat Kabar Harian Kompas Edisi Maret Townsend, John Rowe. 1990. Written for

20 13” .ht tp: //d igilib.un ime d.a c.id/ Chidren. London: The Bodley Head.

analisis-nilainilai-moral-dalam-sastra- anak-pada-surat-kabar-harian-kompas- edisi-maret-2013-35081.html. Diunduh Sumber Data pada tanggal 21 Oktober 2015, pukul 12.00

Kompas Minggu, edisi 3 Mei 2015. WIB.

Kompas Minggu, edisi 10 Mei 2015. Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra: Teknik