Hasil dan Pembahasaan

4. Hasil dan Pembahasaan

4.1 Konsep Kealaman sebagai Pelestarian Lingkungan Bali: Kota Denpasar dan Sanur dalam Antologi Puisi Dendang Denpasar Nyiur Sanur

Pembahasaan tentang alam, secara men- dasar dapat dikategorikan sebagai kosmos dari kekuatan yang saling berhubungan. Alam da- lam karya sastra selalu dihadirkan oleh para sastrawannya meskipun tidak secara sadar di- hadirkan diksi alam. Hal ini menjadi kajian eko- kritik yang dianggap sebagai analisis ling- kungan dan mencari persoalan ekologi dalam konteks sastra. Penyair menyampaikan pesan melalui diksi dan metafor yang terkandung da- lam puisi-puisinya. Sebagai anggota masyara- kat, sastrawan memiliki ideologi yang meng- eksplorasi konsep terkait tentang pencemaran (pollution), hutan belantara (wilderness), benca- na (apocalypse), perumahan/tempat tinggal (dwelling), binatang (animals), bumi (earth), dan persoalan lahan atau tanah (land case). Diksi yang menandai teks puisi dapat dikategorikan sebagai sastra hijau, seperti tanah, liat, patung,

dan menara pada puisi “Dendang Denpasar” karya Made Adnyana Ole berikut.

Dendang Denpasar … Aku terjaga, namun tersesat dalam dendang keramaian Jiwa sendiri, tempat dari mana kudengar jerit terpatah

Rasa napas paling liat Menjelma patung tanah

Lebur diguyur hujan Atau angin kering menyihirnya jadi debu

Patung tanah masa silam Kenangan terjaga. Liar dan kesepian Merangkak. Mengapai diri yang meluncur

Di balik cermin kusam Menjelma mimpi. Menara mimpi-mimpi …

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 11)

Metafor /Aku terjaga, namun tersesat dalam dendang keramaian /, /di balik cermin kusam/, / menjelma mimpi/, /menara mimpi-mimpi/. Diksi puisi “Dendang Denpasar” merupakan kritik terhadap perubahan sosial tatanan kota dan masyarakat Denpasar. Ekosistem alam berupa diksi /tanah/ mengawali pembahasan tentang kondisi Kota Denpasar yang tidak lagi seperti dahulu. Puisi “Dendang Denpasar” menjadi cerminan tumbuh kembang dinamika sejarah Kota Denpasar. Made Adnyana Ole yang mengadapsi kota sebagai perwujudan per- ubahan dari tata kelola wilayah dari tradisional ke modern, seperti metafor /patung tanah masa silam/, /kenangan terjaga/, /liar dan kesepian/, / merangkak/, /menggapai diri yang meluncur/. Per- ubahan jalanan kota yang lenggang digusur de- ngan pembangunan patung simbol dan identi- tas masyarakat Bali meskipun menimbulkan pro kontra tersendiri.

sial, dan gaya hidup. Proyeksi tentang Kota Denpasar dikemas penuh makna oleh penyair Ketut Syahruwardi Abbas berikut.

Denpasar 01.2012 … Lalu burung

Limbung Bernaung Di daun.

Menatap daun. Menatap gunung. Menatap

Denpasar 1990

Dentum gelombang terang. Tiba-tiba ada Menyusup rasa takut pada esok, pada waktu Tubuhnya yang tak terkira: Apakah kau tiba Tepat waktu atau melambai saja dari jauh.

Sudah banyak embun. Palm kecil meranggas Kuning. Mungkin akan segera rontok. Masih terbaca hari kita menanamnya: senja Berisik. Anak-anak memainkan tawa dan Kamboja merah sedang mekar. Begitu saja Tak ada asap ajaib, tak ada lompatan waktu.

Denpasar 1940

Sumber: www.balimediainfo.com

( Dendang Denpasar Nyiur Sanur , 2012: 12—13)

Diksi /tanah/ pada puisi tersebut merepre- sentasikan lahan yang semakin menyempit di

Dalam konteks puisi tersebut, ada beberapa Denpasar. Perubahan Denpasar dapat dilihat diksi atau kosakata yang digunakan penyair

pada gambar tersebut. Tanah di Denpasar sa- untuk melukiskan kondisi kota yang telah ber- ngat mahal dan sudah tidak ditemukan areal ubah. Diksi daun, gunung, gelombang, embun, sawah yang luas di kota ini. Tahun tahun 1940 plam, senja, dan kamboja merah, cenderung dan 1990 tatanan kota Denpasar sudah ber- untuk menggambarkan kondisi yang resah ter- ubah dratis. Hal tersebut tidak bisa dimungkiri hadap perubahan Kota Denpasar dari tahun ke bahwa Bali diakui oleh banyak pihak memiliki tahun. Metafora /Menatap daun/, /Menatap citra (image) atau reputasi yang tinggi di bidang gunung/, /Menatap/, /Dentum gelombang te- pariwisata. Tatanan dan gaya hidup masya- rang/, /Tiba-tiba ada/, /Menyusup rasa takut rakat Bali pun mengalami perubahan yang sig- pada esok/, /pada waktu/, /Tubuhnya yang nifikan dari tahun ke tahun. Gambaran tata tak terkira:/, /Apakah kau tiba/, /Tepat waktu wilayah kota yang drastis berkembang menjadi atau melambai saja dari jauh/ merupakan reali- kota turisme disebabkan oleh pariwisata. Tidak tas kondisi Kota Denpasar yang sudah tidak heran jika para sastrawan Bali gelisah menyua- senyaman dahulu. Diksi tersebut seolah-olah rakan kritik sosial terhadap kebijakan peme- meyakinkan bahwa harmoni kehidupan ma- rintah Provinsi Bali untuk memfilter investor syarakat Denpasar menjauh dari lingkungan. asing. Permasalahan Kota Denpasar yang telah Pergeseran lahan menjadi bangunan berting- menjadi kota dunia mengubah pola pikir ma- kat, seperti hotel, telah memberikan ketakutan syarakatnya, terutama di bidang ekonomi, so- tersendiri. Pohon-pohon yang ada di wilayah

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ...

Denpasar ditebang untuk bahan bangunan ho-

Denpasar Tahun 1998

tel atau penginapan. Gambaran diksi tumbuh-

an, /daun/ tersebut merupakan isyarat bahwa Ah. Betapa indahnya bunga-bunga Denpasar tidak sejuk lagi, sedangkan /palm

Persembahan sepanjang trotoar. Sementara kecil meranggas/, /kuning/, /mungkin akan

Tukad Badung memantulkan kekeruhan segera rontok/ merepresentasikan sebuah tem-

hati,

pat, Denpasar, sebagai tempat tinggal yang ti- Entah di mana gundah dada menemu dak bersahabat dengan masyarakatnya.Diksi

perhatian:

tumbuhan lebih digunakan untuk deskripsi

yang bersifat negatif tentang kondisi kota yang Dari ruang kaca di tikungan beralih fungsi sebagai lahan pariwisata.

Hantu-hantu bermain cahaya. Di antara Deretan pohon senantiasa membayang Wajah kita yang lelah

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 17—18)

Puisi tersebut menggunakan kata /pohon/ digunakan untuk menggambarkan kota Den- pasar secara negatif. Metafora tersebut membe- rikan deskripsi betapa mengenaskannya kon- disi Denpasar dengan tanahnya yang penuh

Kota Denpasar 1960 dan sekarang

dengan bangunan hotel. Bahkan, diksi /Tukad

Sumber: www.balimediainfo.com

Badung/ yang berarti sungai tidak sejalan de- ngan kedinamisan hidup masyarakat di kawa-

Persoalan di Bali tidak hanya pada tata san wisata Denpasar. Pohon dan bunga yang ruang kota yang tergerus pembangunan ge- berjejer di pinggir jalan sudah diganti dengan dung di sektor pariwisata. Gambar kota terse- trotoar. Bahkan, metafora /dari ruang kaca di but menunjukkan bahwa lahan di Denpasar tikungan/ menegaskan kerusakan yang telah semakin sempit, gedung yang menjulang, tidak dialami Kota Denpasar. Pohon yang merupa- terlihat pepohonan rindang, dan jalanan yang kan elemen mendasar dari alam atau lingkung- padat menjadi permasalahan lingkungan. Bah- an digambarkan sebagai sesuatu yang terusik, kan, lahan perkebunan dan pertanian dijadi- digantikan oleh bangunan yang menjulang. kan tempat membangun hotel, penginapan, dan warung cenderamata.Masyarakat tidak lagi hanya berprofesi sebagai nelayan atau pe- tani, tetapi telah mengubah profesinya sebagai pelayanan jasa dalam industri pariwisata. Be- gitu pula terjadi pada pergeseran dalam peng- gunaan lahan. Perhatikan puisi “Denpasar Tahun 1998” karya Putu Fajar Arcana berikut.

Denpasar tahun 1980

PROSIDING

Jika pohon itu sudah tak ada Tak ada lagi tempatku menumpahkan kesedihan Padahal telah direnda gerak selusin tari Dari ranting rantingnya untuk mengisahkan Cerita jerit lukaku, Padahal telah pula ditebar wangi dari bunganya Di atas langit kotamu yang selalu Menebar bau amis sampah Dari jiwa yang koyak

Denpasar 2000

Gerak pohonnya serupa berjuta liukan angin

Yang mengisyaratkan gairah pada kotamu Di tengah gelombang globalisasi, masuk

Sumber: www.balimediainfo.com

Kini pohon itu kurindukan dalam baris melalui industri pariwisata, kegairahan masya-

sajakku

rakat Kota Denpasar, kata /pohon/ yang se- Sebab setiap kali hituk pikuk kotamu ring muncul sejumlah puisi Dendang Denpasar

menyisakan jerit

Nyiur Sanur sebagai ikon yang tidak bisa dipi- Berkepanjangan dari gang gang becek sahkan. Kondisi pada gambar tersebut mem-

Sampai hilir yang kehilangan pasir perlihatkan perubahan yang sangat dratis tata

Aku mendambakan rindangmu kota dari tahun 1980 hingga 2000. Dalam kon-

Meneduh sampai di hati teks ini, pemerintah tidak memiliki kekuatan

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 23) untuk melestarikan lahan dan pepohonan seba-

Pohon jelas bukan hiponim Kota Denpa- gai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

sar, tidak seperti //pohon cempaka//, //po- Falsafah kealaman tidak menjamin masyarakat

hon hayat//, //dedaunan//, //kelopak bu- bertindak menyelamatkan keutuhan lingkung-

nga cempaka//, //tanah//, //wit//, //be- an. Perhatikan puisi “Pohon Cempaka di Kota-

lahan sawah//, //ranting-rantingnya//, dan mu” karya Gde Artawan berikut ini.

//bunganya// yang jelas merupakan hiponim Pohon Cempaka di Kotamu

pohon. Namun, dalam konteks Kota Denpasar, pohon erat kaitannya dengan hutan, lahan,

Pohon cempaka di sudut kotamu atau tanahdi Bali. Puisi “Pohon Cempaka di Adalah pai yang bertuliskan kenangan

Kotamu” menggambarkan kondisi sekarang Tentang berbagai percakapan musim

Kota Denpasar yang jauh dari meninggalkan Tempat kanak-kanak bergelantungan

konsep tri hita karana Hindu. Tampak keresahan Memetik pohon hayat

yang mendalam diguratkan dalam puisi ter- Dari nafas jiwani

sebut. Kesedihan tentang perubahan yang me- Tempat teduh ayah bertutur,

landa sebuah kota yang menjadi kisah masa Tempat musim meruat urat dedaunan

lalu, tidak ditemukan sekarang ini. Bahkan, pe- Dan kelopak bunga cempaka yang

pohonan yang rindang di tengah taman tidak bertuliskan embun

dijumpai sebagai ikon kealaman sesungguhnya. Juga tempat kemauan musim derita Puisi-puisi karya sastrawan Bali ini telah men- Bersijingkat menyisir sisa mentari ciptakan asosiasi pemikiran lain tentang per- Di pelataran tanah wit di belahan sawah ubahan yang terjadi di Denpasar. Kegelisahan Yang mulai terusir tentang perubahan Kota Denpasar pun terlihat

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ...

Ni Kreneng

Umbu Landu Paranggi, Ni Made Purnama Sari Umbu Landu Paranggi berikut ini.

Sebatang pohon nyiur Meliuk di tengah Denpasar

Selamat Malam Kota Denpasar (akar-akarnya memeluk tanah Lilik Mulyadi

Dan tanahnya memeluk akar-akarnya) Selamat malam Kota Denpasar

Berapa lama dingin kau berikan padaku Sudah terangkai sekar setangkai Seperti pucuk daun-daun kebun teh

Menimba hawa tikar pandan Memanggil datang para anak bajang

Anyaman bulan di pelataran Untuk bertandang dan bertegur sapa

… Selembar demi selembar daun sirih “Di hamparan pucuk daun-daun kebun teh

Menyalakan perbincangan senja-senja Datanglah dengan pakaian kamen bali

Mari kita berbincang dan bertegur sapa” (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012:

71—72).

66). Jalan Gajah Mada

Senja Telah Turun di Denpasar Ni Made Purnamasari

Lilik Muyadi Lebarkan jalan dan tanam pohon perindang

… Tapi itu tak cukup kembalikan semua kayu

Buat angin, hujan, dan guguran daun-daun:

Ke hutan dan lautan

“Ternyata garis tangan manusia sebatas

angan Kita akan melambung, bersarang Ternyata kesabaran adalah garis kenangan…

Di pohon perindang

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 67). Serupa hutan serupa rumah

Kotamu Cahaya Daun Daun Kering (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: DG Kumarsana 79—80) …

Rumputan yang tak sempat basah Sebagai bentuk representasi alam, puisi- Embun yang jarang menyiangi hari harimu

puisi tersebut menggunakan pilihan kata yang Daun-daun kering terkelupas zaman

menjadi tolok ukur kajian ekokritik. Dari ke- Anak anak tersenyum menatap langit

enam puisi dan penyair yang berbeda tersebut …

telah menggunakan diksi hiponim tumbuhan (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 65).

untuk mendeskripsikan perubahan Kota Den- pasar sebagai akibat pariwisata. Kondisi Kota

Denpasar Selatan, Dari Sebuah Lorong… Denpasar yang memprihatinkan dilukiskan Umbu Landu Paranggi

oleh para sastrawan Bali sebagai bentuk protes …

reklamasi dan pariwisata yang mengatasnama- Bibit cahaya rumpun perdu

kan masyarakatnya di atas kepentingan politik Inilah perjalanan penemuan siang malammu

Pemerintah Provinsi Bali. Lebih jelas lagi puisi Sabankali kau menindung menembang

“Di Taman Kota, Sebatang Pohon Tak Kutahu Dan melabuh bara para kekasih dewata

Namanya” karya I Nyoman Wirata terkandung …

keresahan dan keluhan yang samatentang kon- (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 70)

236

PROSIDING

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ... 237

disi Kota Denpasar dan lingkungan yang rusak akibat pariwisata.

Di Taman Kota, Sebatang Pohon Tak Kutahu Namanya

Ini pohon apa gerangan, daunnya seperti bola api

Mengingatkan orang-orang kalah Kemudian mereka dipanggil; sudra

Ini daun pohon apa pula gerangan Mengingatkan kita kembali pada wayang Yang selalu akan riuh dengan persekutuan

dan perseteruan Lalu bersatu dalam keropak Dengan warnanya yang coklat tua kita sebut saja Ini daun filsuf yang diam-diam menyinggung Keangkuhan kita tentang hidup-mati

Di taman kota ada pohon Berbeda-beda warna daunnya Hanya karena dekat dengan cahaya matahari Atau karena sorot lampu taman Dan tempat di mana tumbuhnya membuatnya anggun Mungkin saja berasal dari belukar, hutan,

gurun, atau Antah berantah

Selembar daun Tak mudah dapat menjelaskan dirinya Dari jenis pohon apa gerangan dan Apalagi kemudian dia memiliki harapan Agar menjadi param pusaka bagi tanah Adalah bentuk rasa hormatnya pada kehidupan

Lalu apakah perlu kukatakan, jika aku ini selembar daun

Dengan tubuh berduri dan sangat kaku urat-uratnya Untuk itu aku akan memerlukan silsilah Namun, aku percaya aku tumbuh di reranting pohon sejarah

Aku ingat tentang gambar selembar daun dibuat seorang anak Dan dia tak menjawab ketika kutanyakan Daun pohon apa gerangan yang digambar

Tak memerlukan warna-warni hanya Dengan hitam-putih semuanya bercahaya Dan berwarna

Ini entah tahun ke berapa kunjunganku ke taman kota Hanya untuk belajar berani menjadi selembar daun Kemudian pada urat-uratnya yang demikian rumit Alur itulah yang menemukan peta kehidupan Makin rapuh bagian-bagiannya makin jelas alurnya

Pada ruang yang dipagari garis-garis yang tipis

Seperti petak pematang dan rasa lumpur yang subur Menyedarkan aku ini sapi pembajak, petani Yang akan kehilangan sawah-sawahnya

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: 136—137).

Puisi tersebut mengisyaratkan kondisi Kota Denpasar yang dilukiskan melalui diksi lingkungan sebagai bentuk dasar kosmis ter- bentuknya alam semesta di Bali. Diksi /pohon/, /daunnya/, /daun pohon/, /daun filsuf/, /be- lukar/, /hutan/, /gurun/, /tanah/, /selembar daun/, /pematang/, /lumpur yang subur/, / sapi pembajak/, dan /sawah-sawahnya/ me- rupakan gambaran tentang ekosistem ling- kungan. Metafora yang sangat tajam untuk mengkritik pemerintah bahwa Kota Denpasar sudah berubah menjadi tempat lain bagi penik- mat wisawata. Pohon-pohon sebagai pelindung kehidupan ditebang untuk bahan bangunan hotel. Lahan perkebunan dan pertanian dijadikan tempat membangun hotel, penginap- an, dan warung-warung cenderamata. Sawah beralih fungsi menjadi objek pariwisata dan Puisi tersebut mengisyaratkan kondisi Kota Denpasar yang dilukiskan melalui diksi lingkungan sebagai bentuk dasar kosmis ter- bentuknya alam semesta di Bali. Diksi /pohon/, /daunnya/, /daun pohon/, /daun filsuf/, /be- lukar/, /hutan/, /gurun/, /tanah/, /selembar daun/, /pematang/, /lumpur yang subur/, / sapi pembajak/, dan /sawah-sawahnya/ me- rupakan gambaran tentang ekosistem ling- kungan. Metafora yang sangat tajam untuk mengkritik pemerintah bahwa Kota Denpasar sudah berubah menjadi tempat lain bagi penik- mat wisawata. Pohon-pohon sebagai pelindung kehidupan ditebang untuk bahan bangunan hotel. Lahan perkebunan dan pertanian dijadikan tempat membangun hotel, penginap- an, dan warung-warung cenderamata. Sawah beralih fungsi menjadi objek pariwisata dan

perti anomali di antara keseluruhan puisi Dendang Denpasar Nyiur Sanur yang meman- faatkan pengetahuan tentang lingkungan. Gambar tersebut merupakan kamuflase per- ubahan wilayah Bali akibat kebijakan pemerin- tah yang melanggar tatanan kota. Lahan per- tanian, yang notabene merupakan sumber ke- hidupan para petani, sebagai masyarakat tradi- sional. Lahan pertanian diubah menjadi wa- rung cenderamata dan hotel-hotel untuk tuju- an pariwisata. Dari gambar dan puisi yang di- maksudkan, tidak lain, untuk memahami ber- sama kondisi lingkungan. Banyak pihak yang

Sawah

bertanggung jawab menjaga Kota Denpasar dan memperbaiki alam yang disimbolkan me- lalui pohon, hutan, belantara, sawah, dan laut yang mengelilingi Pulau Bali.

Para penyair dalammenggambarkan Kota Denpasar dan Sanur, tidak terlepas dari flora dan fauna sebagai pembentuk lingkungan yang dijunjung tinggi di Bali. Sebagai bagian dari wi- layah Kota Denpasar, proses pembangunan kawasan Sanur diorientasikan kepada pemba- ngunan yang berwawasan budaya. Pandang- an tersebut memberikan pengaruh kuat terha- dap perkembangan wilayah Sanur. Perhatikan puisi berikut.

Warung Cinderamata

Senja di Pantai Sanur Lilik Mulyadi … Duhai akar pohon bakau Akankah jadi kenangan tak terlupakan Di tengah keteduhan pantai Sanur

… Sampan bebas berlomba dengan dedaunan

hijau … Lelah berbaring di leher bumi (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012:68).

Hotel

Sumber: www.balimediainfo.com

Angin di Atas Pantai Sanur Ngurah Parsua

PROSIDING

Laut membasuh duka masih subur dan pohon itu sendiri ditebang ka- Bagi setiap tapa

rena tanahnya dialihfungsikan untuk pemba- Basuh musuh; amarah

ngunan hotel telah merusak lingkungan yang Nafsu, serakah, dan sampah

asri. Lahan yang hijau sudah berkurang sejak …

berkembangnya sektor pariwisata. Nelayan melaut tertelan cakrawala

Secara sosiologis, Sanur termasuk Desa Menjaring impian tertidur lelap

Adat disebut pakraman. Di Bali, desa pakra- Menenggelamkan kekalahan ke pusar

man ini merupakan benteng kuat untuk mena- Lautnya pantai Sanur

han dan memfilter budaya globalisasi yang ma- …

suk melalui industri pariwisata. Eksistensi dan (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012:

pengembangan wisata di pantai Sanur secara

langsung ditangani oleh yayasan pembangunan Sanur. Akan tetapi, masyarakat melupakan

Kedua puisi tentang Sanur tersebut meru- fungsi lingkungan sebagai kendali alam. Perha- pakan rintihan penyair terhadap kondisi Sa- tikan puisi Oka Rusmini berikut. nur, tetapi penduduknya justru hanya penon-

ton atas suksesnya pembangunan pariwisata.

Sanur

Metafora alam yang dihadirkan oleh penyair-

nya sebagai pemberontakan yang mewakili jati … Lelaki itu senang mendongeng dan diri masyarakat bawah. Ketika manusia me-

bercerita apa saja, tentang hewan, tentang lakukan eksploitasi dan eksplorasi kekayaan

pohon-pohon juga tentang sepasang alam untuk tujuan dimanfaatkan sebagai sa-

kekasih yang tenggelam di laut, menjelma rana penunjang kehidupannya, manusia tidak

jadi buih dan pasir.

jarang berbuat aniaya terhadap alam semesta … Pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Hamparan sawah, dan percakapan

dan akibatnya terjadilah kerusakan alam ling- burung-burung selalu menemani sepanjang kungan hidup di sana-sini. Hal inilah yang di- perjalanan. Kadang, suara gelak para

lupakan oleh manusia, seperti puisi berikut ini. petani berteriak sambil mengusir hama… Pantai Sanur

Ni Putu Rastiti … Tak ada pohon-pohon kelapa yang meliuk, menjatuhkan buahnya, lalu

… berenang menjauh dari pantai…Aku telah Mungkin kau dan aku adalah sebatang kehilangan pantaiku, orang-orang terus pohon berdatangan menanam beragam pohon-

Yang memimpikan taman di luar dunia pohon asing berbatu. Menguncinya rapat- Setengah abadi, tak mengenal duka

rapat semua lubang pintu… atau lara

(Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012: Tapi kita selalu salah menerka

101—102) Mawar yang merah hari ini bukan mawar

yang kemarin Puisi Oka Rusmini tersebut telah mewakili Musim semi tak selalu menumbuhkan

secara utuh kajian ekokritik tentang perusakan bunga-bunga

lingkungan. Diksi /pohon kelapa/, /hamparan …

sawah/, dan /hama/ digunakan untuk mene- (Dendang Denpasar Nyiur Sanur, 2012:

gaskan kerusakan wilayah Sanur yang telah

beralih fungsi menjadi bangunan yang kokoh. Pohon kelapa yang merupakan elemen menda-

Pohon adalah lansekap alam yang identik sar dari pesisir pantai Sanur digambarkan se- dengan keasrian. Tanah tempat pohon tumbuh

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ...

Perubahan besar dari era-tradisional ke kesedihan dan kondisi negatif tentang Sanur. era-modern ditandai oleh perubahan paradig-

Meskipun tidak semua masyarakat Bali ma berpikir dan perkembangan ilmu pengeta- menikmati dampak positif dari pariwisata dan huan dan teknologi. Menurut Bell (1973) secara turisme. Namun, tidak dimungkiri sektor sederhana sering kali orang mengidentikkan ekowisata yang mengubah kehidupan ekonomi, modernitas (kebudayaan modern) sebagai era- sosial, dan gaya hidup masyarakat Bali. Sejalan industri, sedangkan era posmodern dengan era- dengan perubahan Kota Denpasar dan Desa pos-industri (Lubis, 2014: 7). Dalam antologi Adat Sanur menjadi kawasan wisata yang me- puisi berjudul Dendang Denpasar Nyiur Sanur narik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan karya penyair Bali telah menghadirkan realitas domestik dan mancanegara telah memberikan laut, sungai, gunung, batu, pohon, dan hutan ruang tersendiri. Bali dikenal memiliki keindah- sebagai kekayaan paling berharga bagi masya- an alam yang didukung oleh keanekaragaman rakat Bali. Realitas tersebut memberi pengaruh flora dan fauna serta cuaca yang cerah hampir terhadap kehidupan masyarakat Bali, terutama sepanjang tahun. Akan tetapi, belakangan ini dampak pariwisatanya. Pola kehidupan yang banyak keluhan yang muncul dari berbagai ka- berakar dari tradisional menuju modernitas, langan yang mengkhawatirkan semakin menu- bahkan postmodern yang diakibatkan oleh per- runnya kualitas lingkungan alam di Bali.

kembangan pariwisata. Namun, kekayaan tersebut telah direnggut secara serakah oleh

4.2 Kontradiksi Modernitas sebagai

investor asing; industri-kapitalis; dan kebijakan

Dampak Pariwisata: Dendang Denpasar

pemerintah Provinsi Bali yang tidak seimbang.

Nyiur Sanur

Para penyair, dalam antologi puisi Den- Bali dikenal memiliki keindahan alam dang Denpasar Nyiur Sanur sangat kukuh mem-

yang didukung oleh keanekaragaman flora dan persoalkan hubungan dialektis antara tradisio- fauna serta cuaca yang cerah hampir sepan- nalitas dengan modernitas yang diakibatkan jang tahun. Menurunnya kualitas lingkungan oleh pariwisata di Bali. Puisi-puisi yang terkait alam tentu saja sangat mengkhawatirkan dengan bumi dan alam mengarahkan pema- mengingat keindahan alam (natural beauty) me- haman yang terkait dengan makna politis ten- rupakan salah satu aset daya tarik penting bagi tang pelestarian alam. Secara konsisten penyair pariwisata Bali. Unsur-unsur keindahan alam menyuarakan pentingnya pelestarian alam tersebut yang perlu mendapatkan perhatian agar ekosistem tidak terganggu oleh perilaku adalah kelestarian hutan dengan eko-sistem- manusia yang mengutamakan moderinitas da- nya; danau atau sungai-sungai dan jeram-je- ripada keberlangsungan kehidupan alam, khu- ramnya; sawah-sawah yang tetap digarap dan susnya lahan pertanian, hutan bakau, perhu- tertata sebagaimana adanya, semua akan ber- tanan merupakan sumber kehidupan manusia muara pada faktor keindahan alam. Di tengah- dan mahluk lainnya. Perhatikan puisi berikut tengah perubahan yang terus berlangsung, pe- ini.

240

PROSIDING

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ... 241

Denpasar Tahun 1998 Putu Fajar Arcana

Di jalan-jalan kita bicara sendiri. Dari Sudirman melewati Dewi Sartika lampu-lampu berpendaran. Hantu-hantu jalanan yang menakutkan.

Siang hari cuaca mampat menampar kaca-kaca pertokoan. Dan dari ujung Diponegoro sebuah keramaian memacetkan pikiran.

Pada suatu waktu spanduk-spanduk bicara tentang keprihatinan; rambu-rambu yang bisu; karangan bunga yang sia-sia; dan kereta-kereta kuda yang terhuyung.

Sepanjang Hassanuddin pikiran kita tersekap dalam ruangan-ruangan kaca perhiasan

Ah. Betapa indahnya bunga-bunga persembahan sepanjang trotoar. Sementara Tukad Badung memantulkan kekeruhan

hati, entah di mana gundah dada menemu perhentian:

Pada tik tak kaki kuda jalanan sunyi atau nasi bungkus kaki lima malam hari.

Dari ruang kaca di tikungan hantu-hantu bermain cahaya. Di antara deretan pohon senantiasa membayang wajah kita yang lelah.

“Tapi kau tak habiskan sajian fastfood yang kupesan,” kataku. Terlalu sempit

waktu

menimbang pikiran-pikiran tak sama. Tiba-tiba seluruhnya

luruh di halaman.

Di jalan-jalan kita bicara sendiri. Dari Thamrin melewati Gajahmada puing masa silam tergantung

di antara papan reklame dan kaki-kaki bangunan setengah hati.

Malam hari cuaca menggelapkan pikiran. Pada pusat keramaian dinihari lelaki bersimbah darah, seorang perempuan baru saja dibunuhnya.

Ah. Betapa piciknya pikiran. Saling bunuh dari waktu ke waktu.

(Manusia Gilimanuk, 2012: 80—81; Dendang Denpasar Nyiur Sanur , 2012:

Hakikat tema kealaman dan pariwisata puisi Dendang Denpasar Nyiur Sanur menyirat-

kan agar manusia memperhatikan, memahami, dan menghayati keberadaan dirinya dan peran

serta dalam menciptakan keseimbangan ekosistem. Puisi “Denpasar Tahun 1998” cer-

minan makin kompleksnya industri pariwisata yang menyebabkan bangunan hotel menjadi

ajang bisnis. Dalam puisi “Denpasar Tahun 1998” terasa jauh perubahan Kota Denpasar

karena /Siang hari cuaca mampat menampar kaca-kaca pertokoan/, /Dan dari ujung Dipo-

negoro sebuah keramaian memacetkan pikir- an/. Modernitas masyarakat Bali dalam meng-

hadapi indutrilisasi pariwisata melibatkan ber- bagai komponen industri pariwisata yang salah

satunya adalah objek dan daya tarik wisata. Namun, terkadang pemerintah melupakan hal

tradisi yang harus dipertahankan, yaitu peles- tarian lingkungan. Masyarakat tradisional Bali

merupakan bagian dari objek dan daya tarik wisata. Selain kehidupan dan tradisi masyara-

kat Bali, objek dan daya tarik wisata bisa terdiri dari pemandangan atau hal-hal lainnya yang

mampu menimbulkan daya tarik atau pesona. Manusia sebagai salah satu unsur alam se- mesta mempunyai kewajiban untuk melestari- kan alam dan bumi. Kekuasaan, keserakahan, dan ketidakpedulian manusia terhadap alam dan bumi memerlulan pengendalian agar alam dan bumi dapat selalu dalam keadaan harmo- mampu menimbulkan daya tarik atau pesona. Manusia sebagai salah satu unsur alam se- mesta mempunyai kewajiban untuk melestari- kan alam dan bumi. Kekuasaan, keserakahan, dan ketidakpedulian manusia terhadap alam dan bumi memerlulan pengendalian agar alam dan bumi dapat selalu dalam keadaan harmo-

berlangsungan kehidupan alam, utamanya la- Melalui puisi-puisi Dendang Denpasar han dan pariwisata yang merupakan sumber

Nyiur Sanur , tampak keresahan dan kegelisah- kehidupan manusia dan makhluk lainnya. an para penyairnya terhadap perubahan wi- layah Denpasar dan Sanur. Hal yang memicu

5. Simpulan

degradasi nilai-nilai tradisi beserta realitas Pandangan tentang demistifikasi dan de- lingkungan alamnya akibatkontradiksi-kon- mitologi tentang alam, hakikatnya adalah ke-

tradiksi modernitas. Secara kritis, antologi puisi cenderungan berpikir orang modern yang Dendang Denpasar Nyiur Sanur mempersoalkan menganggap alam adalah objek. Alam dapat makin hilangnya eksistensi-habitat alam akibat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dan penetrasi pembangunan dan industrialisasi se- bukan alam memanfaatkan manusia. Ekosis- bagai bentuk modernitas. Aktualitas puisi ter- tem lingkungan digambarkan jelas pada anto- sebut telah mengusung konsep dialektika kebu- logi puisi Dendang Denpasar Nyiur Sanur. Alam dayaan sangat jelas saat dihadapkan pada bukan pengatur, penjaga apalagi menumbuh- realitas masyarakat Bali kekinian dalam geliat kembangkan sesuatu, alam adalah yang diatur, pembangunan di sektor pariwisatanya. Per- dijaga atau ditumbuhkembangkan. Alam ada- spektif dialektika terhadap puisi karya penga- lah bagian dari dunia yang dapat dimanfaat- rang Bali tersebut menyimpan tema kontradiksi kan secara maksimal oleh manusia. Pandangan dalam dialektika kebudayaan bisa dimaknai terhadap remistifikasi dan remitologi muncul sebagai realitas yang berproses dan masih ketika orang mulai melihat kembali dunia spi- bergerak “menjadi” perubahan.

ritualnya yang hilang. Terlalu menganggap Nilai budaya dalam puisi Dendang Denpa- alam bahwa alam adalah semata-mata objek

sar Nyiur Sanur tercermin dalam pola dan citra- akan menyebabkan kurangnya penghargaan an alam yang ditandai dengan tatanan kota manusia terhadap alam. Konsep alam dapat dan perubahan alam akibat pariwisata. Melalui dikaji dengan pendekatan budaya dan teori modernitas masyarakat Bali dapat dipelajari ekokritik. tanda-tanda alam dan gejalanya. Dengan me-

Pesan-pesan yang sarat dengan norma ke- tafora dan diksi yang menunjukkan konsep hidupan masyarakat Bali tentang tradisi, ling-

kealaman sehingga laut sebagai tempat tinggal kungan, tri hita karana, bahkan industrialisasi mereka sangat bernilai sehingga harus selalu pariwisata merupakan perpaduan kehidupan dijaga kelestariannya. Pesan moral, moderni- modernitas dan posmodern. Puisi Dendang tas-posmodern masyarakat Bali terwakili dalam Denpasar Nyiur Sanur merupakan bentuk perta- puisi-puisi “Denpasar Tahun 1998”, “Denpa- hanan masyarakat Bali dan keterbukaan ma- sar 01.2012”, “Dendang Denpasar”, “Pohon syarakatnya dalam menerima masuknya bu- Cempaka di Kotamu”, “Selamat Malam Kota daya asing. Masyarakat Bali berjuang untuk

PROSIDING PROSIDING

Bahasa dan Sastra ), hlm. 149—166. Ban- an. Puisi-puisi yang terkait dengan bumi dan

jarmasin: Scripta Cendekia bekerja sama alam mengarahkan pemahaman yang terkait

dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dengan makna politis tentang pelestarian alam.

Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Secara konsisten penyair di Bali menyuarakan

Pendidikan, Universitas Lambung Mang- pentingnya pelestarian alam.

kurat. Hardiningtyas, Puji Retno. 2015. “Ekokritik:

Ritual dan Kosmis Alam Bali dalam Puisi Amrih, Pitoyo. 2008. Ilmu Kearifan Jawa. Yogya-

6. Daftar Pustaka

Saiban Karya Oka Rusmini”. Dalam karta: Pinus Book Publiser.

prosiding Seminar Ecology of Language and Literarture (Ekologi Bahasa dan Sastra), hlm.

Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan.

125—136. Banjarmasin: Scripta Cendekia bekerja sama dengan Program Studi Pen-

Croatt, Stephen dan Wittiam Rankin. 1997. didikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan

Mengenal Ekologi (terjemahan Zutfahmi dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Andri dan Nelly Nurlaeli Hambali).

Mangkurat.

Bandung: Mizan. Harsono, Siswo. 2008. “Ekokritik: Kritik Sastra Egan, Gabriel. 2006. Green Shakespeare: From

Berwawasan Lingkungan”. Makalah Ecopolitics to Ecocriticism . London dan New

Kajian Sastra Jurnal Bidang Kebahasaan dan York: Routledge.

Kesastraan. Vol. 32 No. 1, Januari, hlm. Featherstone, Mike. 2008. Posmodernisme dan

31—50, e-journal.undip.ac.id. Semarang: Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka

Universitas Diponegoro. Pelajar.

Hasanah, Retno. 2001. Fisika Dasar Seri Ther- Garrard, Greg. 2004. Ecocriticism. New York:

mofisika . Surabaya: Unesa Press. Routledge.

Hilmanto, Rudi. 2010. Etnoekologi. Bandar Glothfelty, C dan H. Froom (ed.). 1996. The

Lampung: Universitas Lampung. Ecocriticism Reader: Landmarks in Literary Keraf, Sonny A. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Ecology . London: University of Goergia

Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Press. -------. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Ganie, Tajuddin Noor. 2015. “Ekologi Manusia

Sebuah Sistem Kehidupan. Yogyakarta: PT Banjar dalam Puisi-Puisi Berbahasa Banjar

Kanisius.

Karangan Para Penyair Kalsel”. Dalam Kirono, Nining. 2015. “Representasi Alam

prosiding Seminar Ecology of Language and dalam Puisi Dinullah Rayes: “Bulan di

Literarture (Ekologi Bahasa dan Sastra), hlm. Pucuk Embun”. Dalam prosiding Seminar

81—95. Banjarmasin: Scripta Cendekia Ecology of Language and Literarture (Ekologi

bekerja sama dengan Program Studi Pen- Bahasa dan Sastra ), hlm. 203—212. Banjar-

didikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguru- masin: Scripta Cendekia bekerja sama

an dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lam- dengan Program Studi Pendidikan Bahasa

bung Mangkurat. Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen- Hadi, Sumasno. 2015. “Dialektika Kebudayaan

didikan, Universitas Lambung Mangkurat. dalam Puisi-Puisi Air Hajriansyah: Sebuah

refleksi Filsafat”. Dalam Prosiding Seminar

Kontradiksi Kealaman dan Modernitas Pariwisata ...

Love, Glen A. 2003. Pratical Ecocriticism, Litera- Sardiana, I Ketut dan Ketut Kartha Dinata. ture, Biology, and the Environment. USA:

2010. “Studi Pemanfaatan Tanaman pada University of Virginia Press.

Kegiatan Ritual (Upakara) oleh Umat Lubis, Akhyar Yusuf. 2014. Postmodermisme:

Hindu di Bali”.

Teori dan Metode. Jakarta: Rajawali Press. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia

Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia. dalam Perspektif Sektor Kehidupan dan Ajaran Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori

Terjemahan Melani Mustika, Ika. 2014. “Kearifan Lingkungan

Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kesusastraan .

Budianta. Jakarta: Gramedia. dalam Priangan Si Jelita Ramadhan K.H. Wiana, I Ketut. 1993. “Pura Besakih dan

Analisis Sastra dengan Perspektif Eko- Pembangunan Spiritual”. Dalam Gunung kritik”. Dipublikasikan dalam Peran Bahasa,

Agung, Pura Agung Besakih dan Kita . Sastra, dan Pembelajarannya dalam