PROSIDING ILMIAH KEBAHASAAN DAN KESASTRA

PROSIDING

PROSIDING PROSIDING

PROSIDING

PROSIDING

DISKUSI ILMIAH (LOKAKARYA HASIL PENELITIAN) KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN

Yogyakarta, 7—9 Oktober 2015

BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (BPPKI)

YOGYAKARTA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

REPUBLIK INDONESIA

PROSIDING

iii

PROSIDING

DISKUSI ILMIAH (LOKAKARYA HASIL PENELITIAN)

KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN Pelindung:

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pengarah:

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Penanggung Jawab:

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

Kepala Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta

Narasumber:

Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Dr. Pujiharto, M.Hum.

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Ketua:

Dr. Restu Sukesti, M.Hum.

Editor:

Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum. Drs. Edi Setiyanto, M.Hum.

Sekretaris:

Drs. Sri Haryatmo, M.Hum. Sardi Imron Rosyadi, S.E.

Diterbitkan oleh:

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta

ISBN: 978-602-1048-90-0

Dicetak oleh:

Percetakan Azzagrafika Yogyakarta

Alamat Sekretariat:

Jalan I Dewa Nyoman Oka 34,Yogyakarta Telepon (0274) 562070

iv

PROSIDING

KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

Pantas disambut gembira atas terbitnya prosiding hasil penelitian ilmiah kebahasaan dan kesastraan ini. Kalangan ilmiah tentu sangat membutuhkan terbitan yang mewadahi hasil penelitian yang sudah dilokakaryakan atau diseminarkan dan sudah direvisi sesuai dengan saran peserta dan pakar (sebagai narasumber) pada saat seminar. Diharapkan hasil publikasi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber rujukan ilmiah atau sebagai aplikasi akademik. Diharapkan pula terbitan semacam ini tidak hanya berupa prosiding, tetapi juga jurnal ilmiah dan sejenisnya. Lepas dari itu, penerbitan buku prosiding ini tentu dapat memenuhi dahaga ilmiah di lingkungan ilmiah Indonesia umumnya dan di lingkungan Badan Pengem- bangan dan Pembinaan Bahasa khususnya.

Salah satu program Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ialah pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Kegiatan itu diwujudkan dalam bentuk penelitian atau pengkajian. Dalam kegiatan kepenelitian itu dituntut prosedur dan tata cara akademik yang tentu hasilnya juga dipertanggungjawabkan secara akademik. Salah satu proses pemer- tanggungjawaban itu ialah dengan menyeminarkan hasil penelitian dengan melibatkan pakar yang berkompeten. Hasilnya tentuharusdipublikasikandan disebarluarkan agar kebermanfaat- annya (outcome-nya) dapat dirasakan oleh masyarakat. Prosiding dapat sebagai salah satu solusi pemublikasian atau penyebarluasan hasil penelitian itu. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kalau kegiatan penerbitan prosiding yang dilakukan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogya- karta ini didukung dan bahkan perlu ditiru oleh Balai dan atau Kantor Bahasa yang lain yang belum melaksanakannya.

Dalam kesempatan ini, atas nama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemen- terian Pendidikan dan Kebudayaan, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan seminar dan penerbitan prosiding ini, terutama kepada para narasumber dan institusi yang berperan aktif. Teruslah berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia yang berkarakter cerdas dan berbudaya.

Jakarta, November 2015

Prof. Dr.Mahsun, M.S.

NIP 195909251986031004

PROSIDING PROSIDING

PROSIDING

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Prosiding ialah suatu “wadah” pendokumentasian karya tulis ilmiah (KTI) yang telah di- seminarkan atau dilokakaryakan. Isi prosiding ialah karya tulis yang merupakan hasil kajian atau penelitian ilmiah. Dengan demikian, prosiding merupakan wujud eksistensi intelektual para ilmuwan, termasuk peneliti. Untuk itu, pembuatan prosiding perlu dilakukan mengingat prosiding penting sebagai sarana publikasi ilmiah yang secara otomatis juga sebagai bagian pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, untuk keempat kalinya, sejak 2012, pada tahun 2015 ini Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menerbitkan buku prosiding.

Prosiding yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta kali ini merupa- kan kumpulan naskah ilmiah yang telah didiskusikan pada “Lokakarya Hasil Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan, 7—9 Oktober 2015, di Balai Bahasa DIY”. Lokakarya itu merupakan hasil kerja sama tiga lembaga yang berada di bawah tiga kementerian, yaitu Balai Bahasa DIY (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta (Kementerian Komunikasi dan Informatika), dan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Kementerian Agama).

Lokakarya diikuti oleh 39 pemakalah, dengan rincian 36 pemakalah merupakan tenaga peneliti dari berbagai lembaga kepenelitian (Balai Bahasa DIY, Balai Bahasa Jawa Barat, Balai Bahasa Jawa Timur, Balai Bahasa Bali, Balai Bahasa Papua, Balai Bahasa Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, Kantor Bahasa Kalimantan Timur, BalaiBahasa Kalimantan Barat, Balai Bahasa Sumatra Selatan, Kantor Bahasa Bangka Belitung, BPPKI, dan Balai Pelestarian Nilai Budaya) dan 3 pemakalah merupakan tenaga pengajar di Perguruan Tinggi UIN Yogyakarta dan UST (Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa) Yogyakarta. Dalam lokakarya tersebut dilibatkan narasumber kebahasaan dan kesastraan yang berkewajiban memberikan evaluasi (ulasan, penilaian, saran, dan tambahan) atas naskah yang disajikan. Dengan itu, naskah yang dimasukkan dalam prosiding merupakan hasil perevisian atas arahan narasumber dan saran dari peserta yang lain.

Dengan terbitnya prosiding ini kami atas nama Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, para narasumber sebagai pengulas dan penilai, seluruh pemakalah, peserta, dan para pengelola yang terlibat aktif dalam lokakarya dan penerbitan prosiding ini. Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN dan Kepala Balai Pengkaji- an Pengembangan Komunikasi dan Informatika Yogyakarta yang telah bersedia bekerja sama dengan kami. Semoga kerja sama ini membawa kemaslahatan bagi semua pihak.

Yogyakarta, November 2015

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

NIP 196211301982031001

PROSIDING vii PROSIDING vii

CATATAN PANITIA

Tulisan dalam prosiding ini merupakan hasil diskusi ilmiah (lokakarya hasil penelitian) yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bekerja sama dengan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (Kementerian Agama) dan Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta (Kementerian Komunikasi dan Informatika). Diskusi ilmiah dilaksanakan di Balai Bahasa DIY pada tanggal 7—9 Oktober 2015. Dalam diskusi itu disajikan

39 makalah, dengan rincian 21 makalah bidang kebahasaan dan 18 makalah bidang kesastraan. Dalam diskusi itu dilibatkan dua orang pakar, yaitu Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. (sebagai narasumber kebahasaan) dan Dr. Pujiharto, M.Hum. (sebagai narasumber kesastraan). Di setiap akhir diskusi narasumber memberikan ulasan, penilaian, kritikan, dan saran. Selanjut- nya, setiap makalah direvisi oleh penulis dan disunting untuk dapat dimuat dalam prosiding.

Sebagai catatan, tidak seluruh makalah hasil diskusi dimuat dalam prosiding karena bebe- rapa pertimbangan. Makalah yang dimuat dalam prosiding hanya 28, dengan rincian 16 makalah kebahasaan dan 12 makalah kesastraan. Empat belas makalah tidak dimuat dalam prosiding, dengan rincian 7 makalah telah dimuat di jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan atas rekomendasi narasumber (meskipun tetap melalui prosedur pemuatan di jurnal ilmiah) dan 7 makalah tidak memenuhi persyaratan pemuatan di prosiding. Tidak terpenuhinya pesyaratan pemuatan di prosiding atas makalah itu karena (1) pemakalah tidak menyusulkan hasil revisi sesuai dengan arahan narasumber dan masukan peserta diskusi; (2) hasil revisi belum menun- jukkan perubahan; (3) masalah yang dikaji masih sangat normatif; dan (4) makalah belum menunjukkan adanya eksplorasi tafsir secara ilmiah.

Semoga prosiding ini dapat bermanfaat secara akademik dan non-akademik. Diharapkan terbitan prosiding pada tahun mendatang dapat lebih baik dan berkualitas.

Yogyakarta, 31 Oktober 2015

Panitia

PROSIDING

ix

PROSIDING

Wacana Pesan Singkat (SMS) Penipuan .......................................................................................... 97

Fraud Short Messages (SMS) Discourse

Riani Pergeseran Dialek pada Masyarakat Samin di Desa Klopoduwur, Blora ........................... 111

Dialect Shift on Samin Community in Klopoduwur Village, Blora

Afritta Dwi Martyawati Aneka Jenis Tanah dalam Bahasa Jawa: Kajian Makna Leksikal ......................................... 121

Various Soil Types in Javanese: Lexical Meaning Study

Wening Handri Purnami Register Jual Beli Daring (Online) di Jejaring Sosial Facebook .............................................. 133

Selling and Buying Online Register on Social Network Facebook

Nanik Sumarsih Pisuhan dalam Status BBM (Blackberry Messanger) .................................................................. 147

Pisuhan in Blackberry Messanger Status

Nuryantini Makna Budaya Tembang Tak Lela-lela Ledhung: Sebuah Tinjauan Etnolinguistik ........... 159

Cultural Meaning of Tak Lela Lela Ledung Song: an Entholinguistic Study

Nur Ramadhoni Setyaningsih Durasi Bunyi /a/, /E/, /@/, /i/, /o/, /u/ Penutur Kelompok Etnis Bengkulu ..................................... 173

/a/, /E/, /@/, /i/, /o/, /u/ Sound Duration of Bengkulu Ethnic Group Speaker

Tri Saptarini Diksi dalam Facebook, Pemantauan Bahasa dalam Jejaring Media Sosial ......................... 185

Diction on Facebook, Language Observation on Social Media Network

Syarifah Lubna Bahasa Alay pada Facebook Siswa SMA Negeri 1 Klaten ....................................................... 195

Alay Language on Facebook of SMA Negeri 1 Klaten’s Students

Sigit Arba’i

SASTRA

Makna Cerita Rakyat “Asal-Usul Dusun Kedung Tawang” ................................................... 205

Meaning of Folktale “Asal-Usul Dusun Kedung Tawang”

Dhanu Priyo Prabowo

Strategi Kepenyairan Iman Budhi Santosa dalam Arena Sastra:

Kajian Sosiologi Pierre Bourdieu .................................................................................................... 215

Poetry Strategy of Iman Budhi Santosa in Literary Field: A Study on Sociology, Pierre Bordieu

Ahmad Zamzuri

xii

PROSIDING

xiv PROSIDING

PROSIDING

xv xv

BAHASA

TINDAK TUTUR PADA WACANA PERBINTANGAN DALAM MAJALAH BERBAHASA JAWA

SPEECH ACTS ON ASTROLOGY DISCOURSE IN JAVANESE MAGAZINE Titik Indiyastini

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta titik.indiyastini@gmail.com

Abstrak

Kolom perbintangan dalam majalah berbahasa Jawa terdiri atas dua belas nama bintang. Setiap nama bintang merupakan sebuah wacana. Wacana perbintangan berisi suruhan, nasihat, saran, dan sebagainya yang ditujukan kepada seseorang yang berkepentingan dengan bintang tertentu. Oleh karena itu, wacana ini memperlihatkan pemakaian bahasa yang berbeda dengan wacana lainnya. Untuk mengkajinya, digunakan pendekatan pragmatik dengan metode dan teknik seperti yang dikemukakan Sudaryanto (2004). Kajian terhadap wacana ini menghasilkan identifikasi jenis fungsi tindak tutur yang mengandung perintah, yaitu menyuruh, menyarankan, melarang, mengharuskan, menasihati, memastikan, mengingatkan, dan menyemangati. Pada fungsi-fungsi itu terdapat satuan lingual yang menandainya, seperti becike, kudu, aja, coba, aja lali, maju terus, waspada.

Kata kunci : wacana perbintangan, tindak tutur, fungsi, penanda

Abstract

Astrology column in Javanese magazine consists of twelve zodiacs. Each zodiac name is a discourse. Discourse astrology contains direction, advice, suggestions, and etc. which is devoted to someone whose interest in a particular zodiac. Therefore, this discourse shows language use that is different from other discourses. The study uses pragmatic approach with the methods and techniques as stated by Sudaryanto (2004). The study on this discourse results identification of speech act functions containing command, namely to order, to suggest, to prohibit, to require, to advise, to ensure, to remind, and to encourage. On these functions there are lingual units that mark speech act function, such as becike, kudu, aja, coba, aja lali, maju terus, and waspada.

Keywords: astrology discourse, speech acts, function, marker

1. Pendahuluan

cetak, yakni majalah berbahasa Jawa yang ma- Di dalam hidup bermasyarakat, bahasa sih terbit sampai saat ini. Majalah itu memuat

merupakan alat komunikasi yang digunakan berbagai rubrik. Salah satunya berupa kolom baik lisan maupun tulisan. Demikian pula, perbintangan yang berisi ramalan nasib sese- Bahasa Jawa ialah bahasa komunikasi sehari- orang. hari yang digunakan oleh masyarakat, khusus-

Sejak dulu kolom perbintangan atau ra- nya etnis Jawa, baik lisan maupun tulisan. Ba- malan nasib seseorang sudah ada. Pada media hasa Jawa, sebagai sarana komunikasi lisan, massa tertentu, baik yang berbahasa Indonesia tampak pada saat bercakap-cakap. Sebagai ko- maupun bahasa Jawa ada halaman tertentu munikasi tulis tampak di dalam media massa yang selalu memuat hal itu. Seperti diketahui,

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

Pada umumnya bahasa pada perbintang- mu (dalam mingguan Jaya Baya), dan disebut an itu berisi kalimat-kalimat atau ungkapan Astrologi (dalam mingguan Panjebar Semangat). yang berupa saran atau nasihat. Artinya, me- Dari segi pemakaian bahasa, wacana perbin- lalui bahasa itu orang akan mengikuti perintah tangan menarik untuk dikaji. Sejauh pengeta- atau saran yang diungkapkan peramal. Saran huan penulis, ihwal ini belum pernah dikaji. ataupun nasihat yang tertera di dalam perbin-

Perbintangan dalam makalah ini diambil tangan itu hanya berlaku satu minggu. Sekedar dari majalah mingguan berbahasa Jawa Panje- contoh, ramalan dalam majalah Jaya Baya No. bar Semangat dan Jaya Baya. Dilihat dari unsur-

10, Minggu III, Januari 2015, hanya akan ber- unsurnya, penyajian di dalam majalah itu tidak laku dari tanggal 18 Januari sampai dengan sama. Untuk memperjelas deskripsi data waca- tanggal 24 Januari. Sesudah masa satu minggu na perbintangan ini, berikut ini disajikan itu ramalan akan diganti.

contohnya.

Berikut akan dijelaskan apa yang dimak- (1) CAPRICORN, aja gampang katut mung sud dengan perbintangan. Di dalam Kamus Be-

krana bab sepele sing durung dingerteni sar Bahasa Indonesia (2008: 195) disebutkan bah-

sadurunge. Kadhang mung gebyare wae wa kata bintang salah satunya dimaknai ’nasib,

sing menarik. Minggu iki bisaa introspeksi peruntungan, untung malang’. Selanjutnya,

dhiri dimen wening ing batine.Kanugrahan kata perbintangan dimaknai ’ilmu tentang bin-

wis nyedhaki. Rejeki: akeh bantuan. Kese- tang, ilmu ramalan (perhitungan nasib orang

hatan: rawan watuk. Asmara: nyedhak. Dina becik: Kemis. Angka bahagia: 1—6.

dan sebagainya) berdasarkan rasi’. Selain itu, (Bintangmu, Jaya Baya No. 18, Minggu I, ada yang menyebut perbintangan dengan kata

Januari 2015)

horoskop dan zodiak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 507), kata horoskop digo-

‘CAPRICORN, jangan mudah ikut ha- nya karena hal sepele yang belum dike-

longkan sebagai nomina dengan arti (1) penga- tahui sebelumnya. Terkadang hanya matan posisi bintang-bintang pada waktu pancarannya saja yang menarik. Ming-

tertentu, seperti pada hari lahir seseorang, gu iki sebisa mungkin berintrospeksi diri dengan tujuan meramalkan masa depannya;

supaya tenang di batinnya. Anugerah (2) peta bintang kelahiran seseorang yang mem-

sudah mendekati. Rezeki: banyak ban- perlihatkan posisi bintang-bintang tersebut.

tuan. Kesehatan: rawan batuk. Asmara: Sementara itu, kata zodiak dalam Kamus Besar

mendekat. Hari baik: Kamis. Angka Bahasa Indonesia (2008: 1571) digolongkan

bahagia: 1—6.’

sebagai nomina dengan makna lingkaran (2) CAPRICORN (21 Des—19 Jan) khayal di cakrawala yang dibagi menjadi dua

Kena seneng-seneng kanggo pasrawungan belas tanda perbintangan, yaitu Aries, Taurus,

lan njaga kasarasan. Nanging aja nganti Gemini, Kanser, Leo, Virgo, Libra, Skorpio,

ndadekake brah-breh, apamaneh main Sagitarius, Kaprikornus, Akuarius, dan Pises;

gengsi. Pakaryan lan jejibahan kudu diuta- rasi (bintang).

makake. Makarya sengkud kanggo sapa

PROSIDING PROSIDING

corn yang diambil dari Majalah Panjebar Sema- (Astrologi, PanjebarSemangat No. 1/ 3

ngat. Data itu berisi pernyataan bahwa sese- Januari 2015/hlm. 48)

orang yang berbintang Capricornus dalam ‘Boleh bersenang-senang untuk per-

minggu itu boleh bersenang-senang dalam per- gaulan dan menjaga kesehatan. Tetapi

gaulan untuk kesehatan, tetapi tidak boleh sem- jangan sampai membuat brah-breh, apa-

barangan dan jaga gengsi. Pekerjaan dan tugas lagi main gengsi. Pekerjaan dan tugas

harus diutamakan. Diingatkan bahwa kerja ke- harus diutamakan. Bekerja keras untuk ras hanya digunakan untuk diri sendiri dan ke-

siapa lagi kalau bukan diri sendiri dan keluarga.’

luarga.

Dari dua contoh itu dapat diamati bahwa Data tersebut diambil dari dua majalah yang isi ramalan sarat dengan suruhan, nasihat, an- berbeda, yaitu Jaya Baya dan PanjebarSemangat. juran, saran. Dalam beberapa hal juga ada per- Jika diperhatikan, masing-masing memiliki ciri nyataan yang berisi informasi baik, tetapi bisa paparan yang berbeda. Pada majalah JB dipa-

juga informasi buruk.

parkan secara khusus hal rezeki, kesehatan, Sebagaimana diketahui, wujud wacana asmara, hari baik, dan angka kebahagiaan atau bintang hanya terdiri atas beberapa kalimat. keberuntungan. Hal itu tidak dicantumkan di Informasi yang dikemukakan sarat dengan dalam majalah PS. Namun, keduanya memiliki perintah, baik dalam wujud kalimat yang utuh kesamaan dalam penamaan bintang, yaitu maupun kalimat yang pendek dan tidak utuh. Capricorn. Dari kenyataan itu, yang menjadi permasa- Data (1) diambil dari salah satu bintang lahan dalam tulisan ini ialah bagaimana tindak dari 12 bintang yang disajikan dalam majalah tutur yang diungkapkan dalam wacana per- Jaya Baya no 18 edisi Minggu pertama bulan bintangan dalam bahasa Jawa dan bagaimana Januari tahun 2015. Dari data itu dapat diketa- pula fungsinya sehingga menarik untuk dibaca. hui bahwa wacana bintang Capricorn (ramal- Sesuai dengan permasalahan itu, tujuan an nasib seseorang yang memiliki hari kelahiran yang hendak dicapai ialah terdeskripsinya jenis

antara tanggal 22 Desember sampai dengan 19 tindak tutur, fungsi, dan penandanya dalam Januari) terdiri atas pernyataan umum diikuti wacana perbintangan dalam bahasa Jawa.

hal-hal yang menyangkut rezeki, kesehatan, Dengan terdeskripsinya wacana perbintangan, asmara, hari baik, dan angka kebahagiaan. Per- berarti ada manfaat yang diperoleh dalam

nyataan umum yang berupa kalimat-kalimat rangka pengembangan dan pengkajian bahasa, di situ berisi nasihat, perintah, atau saran. Inti-

terutama bahasa Jawa.

nya, seseorang yang memiliki bintang Capri- corn tidak boleh mengikuti hal-hal yang belum

Ruang lingkup kajian dibatasi pada des- diketahui sebelumnya dan bersifat sepele ka- kripsi aspek tindak tutur bahasa Jawa yang

rena hal itu hanya tampak pada pancarannya digunakan dalam perbintangan pada media saja yang baik. Mereka perlu berintrospeksi su- massa cetak. Adapun media massa yang dipilih paya tenang. Namun, ada hal yang membaha- ialah mingguan Jaya Baya dan Panjebar Sema- giakan karena anugerah sudah mendekat. Per- ngat (untuk selanjutnya kedua majalah itu da- nyataan lain yang terkait dengan bintang Ca- lam pembahasan disingkat JB dan PS). pricorn, ialah tentang rezeki yang sedang ba- nyak bantuan, kesehatan yang rawan batuk,

2. Kerangka Teori

kemudian tentang asmara yang sedang dekat. Tulisan tentang perbintangan merupakan Hari baik jatuh pada Kamis dan angka kebaha- sebuah wacana. Menurut Baryadi (2002: 2) apa giaan terdapat pada angka 1—6.

yang disebut wacana meliputi kalimat, gugus

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

3. Metode

pembaca yang memercayai atau iseng memba- Prosedur pengkajian tulisan ini dilakukan

canya. Untuk itu, agar analisisnya lengkap, as- melalui tiga tahap sebagaimana yang dilaku-

pek-aspek yang berhubungan dengan tindak kan Sudaryanto (2001), yaitu penyediaan data,

tutur dalam perbintangan akan dikaji secara penganalisisan data, dan penyajian hasil ana-

pragmatik. lisis data. Masing-masing tahapan diuraikan

Pragmatik menurut Wijana (1996: 1) ada- seperti berikut ini. lah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Pada tahap penyediaan data terdapat pro- struktur bahasa secara eksternal, yakni bagai- ses penentuan data, pencarian data, penyeleksi-

mana satuan kebahasaan itu digunakan di an data, dan pengklasifikasian data. Data pe- dalam komunikasi. Bahan dasar wacana per- nelitian ini ialah kolom perbintangan dalam bintangan adalah bahasa dan untuk mengana- media massa cetak berbahasa Jawa. Dalam lisis bahasa perbintangan digunakan pendekat- pencarian data diklasifikasi bentuk-bentuk an dari tindak tuturnya. Karena wacana per- penggunaan bahasanya. Dalam penganalisisan bintangan sarat dengan perintah, tindak tutur data, metode kualitatif digunakan untuk meli- yang sesuai ialah tindak tutur direktif.

hat bahasa yang digunakan. Pada penyajian Tindak tutur direktif adalah tindak tutur hasil analisis data digunakan metode deskripsi.

yang dilakukan oleh penuturnya dengan mak- Data yang diangkat dalam tulisan ini ialah

sud agar si pendengar melakukan tindakan wacana perbintangan dalam mingguan maja-

yang disebutkan di dalam ujaran itu, misalnya lah berbahasa Jawa yang terbit pada bulan

menyuruh, memohon, menyarankan (Gunar- Januari tahun 2015. Untuk selanjutnya, dalam

wan, 1994: 48). Sejalan dengan pendapat itu, data disingkat (Jan. 2015).

Dardjowidjojo (2003: 101) juga menyebutkan bahwa wujud tindak ujaran itu dapat berupa

4. Hasil dan Pembahasan

pertanyaan, permintaan sangat lunak, sedikit menyuruh, menyuruh dengan langsung dan

Kolom perbintangan dalam majalah berisi kasar. Data penelitian terhadap wacana per- sebuah wacana yang utuh, yang direalisasikan

bintangan dalam bahasa Jawa menunjukkan dalam kalimat-kalimat atau kata-kata yang bahwa ada tindak tutur direktif yang dinyata- membawa amanat yang lengkap. Wacana per- kan dengan bentuk imperatif (perintah) dan bintangan ini memiliki kekhasan bahasa yang bentuk deklaratif (pernyataan). Dengan demi- membedakannya dari wacana lainnya. Sesuai kian, tindak tutur yang disampaikan bisa di- dengan definisi perbintangan yang sudah dipa- nyatakan secara langsung dan bisa dinyatakan parkan di awal, bahasanya memuat nasihat, secara tidak langsung. Disebutkan dalam buku perintah, atau saran yang pada umumnya karya Wijana (1996: 4) dan Rohmadi (2004: 33) diikuti oleh orang yang memercayainya. Kare- bahwa secara formal kalimat itu ada kalimat na perbintangan merupakan sebuah ramalan, berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. bahasanya memuat isi yang bisa dikatakan Jika ketiga jenis kalimat itu diungkapkan sesuai positif dan bisa juga negatif bagi seseorang. Un- dengan kegunaannya secara konvensional, ter- tuk kajian lebih lanjut berikut ini dianalisis jenis bentuklah tindak tutur langsung. Sebaliknya, tindak tuturnya.

PROSIDING

4.1 Jenis Tindak Tutur dalam Wacana

secara eksplisit ditandai dengan satuan lingual

Perbintangan

tertentu, seperti kata endhanana ‘hindarilah’ (1), Sebagaimana diketahui wacana perbin- njaluka ‘mintalah’(2), dan dhisikna ‘dahulukan’

tangan berisi komunikasi satu arah dari penulis (3), kata aja ‘jangan’ (4), dan kata kudu ‘harus’ atau peramal nasib kepada seseorang yang (5). Pada contoh (1) peramal menyuruh sese- memiliki bintang tertentu dari dua belas bintang orang yang berbintang Pisces untuk meng- yang ada di dalam zodiak. Tuturan yang disam- hindari perselisihan dan pertengkaran. Selanjut- paikan penulis itu bisa dilakukan secara lang- nya pada contoh (2) peramal menyuruh sese- sung dan bisa secara tidak langsung.

orang yang berbintang Sagitarius agar meminta pendapat dari orang tua dan orang yang sudah

4.1.1Tindak Tutur Langsung

berpengalaman. Pada contoh (3) peramal me- Tindak tutur langsung pada perbintangan nyuruh agar seseorang yang berbintang Libra

dalam media massa cetak berbahasa Jawa da- untuk mendahulukan urusan keluarganya agar pat dilihat pada contoh berikut ini.

tidak merusak yang lainnya. Pada contoh (4) (1) Endhanana pasulayan lan cecongkrahan.

peramal melarang seseorang yang berbintang (Pisces, PS 2, 10 Jan 2015, hlm.48)

Leo untuk tidak mudah memercayai ucapan orang lain dan memercayai gosip yang tidak ada

‘Hindarilah perselisihan dan perteng- karan.‘

buktinya. Pada contoh (5) peramal memerintah- kan seseorang yang berbintang Aquarius yang

(2) Njaluka panemu saka wong tuwa lan wong ingin sukses. Orang itu harus bisa bergaul kang wis pengalaman.

dengan orang-orang yang sudah sukses dan (Sagitarius, PS 2, 10 Jan 2015, hlm. 48)

mau melaksanakan rancangannya. Jadi, pada ‘Mintalah pendapat dari orang tua dan

kelima contoh tersebut terdapat kata-kata yang orang yang sudah berpengalaman.’

secara eksplisit dinyatakan sebagai bentuk pe- rintah. Kata-kata itu adalah kata-kata berkate-

(3) Urusan keluargane dhisikna mrih ora gori verba yang diberi akhiran -ana, -a, -na. Selain ngrusaki sing liyane. itu, secara eksplisit terdapat juga kata aja dan

(Libra/ JB No. 18, Minggu I, Jan. 2015)

kudu.

‘Urusan keluarganya didahulukan su- paya tidak merusak yang lainnya.’

4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur tidak langsung pada perbin- (4) Aja gampang percaya omongan wong liya,

tangan dalam media massa cetak berbahasa Ja- utawa gossip kang ora ana buktine. wa dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(Leo, PS 4, 24 Jan 2015, hlm. 48) ‘Jangan mudah percaya perkataan

(6) Kesabaran panjenengan bakal nguwohake orang lain, atau gossip yang tidak ada

kanugrahan.

buktinya.’ (Pisces, JB No.18, Minggu I, Jan. 2015) ‘Kesabaran Anda akan menghasilkan

(5) Kuncine sukses, panjenengan kudu wani

anugerah.’

srawung klawan wong-wong sukses lan wani nindakake rancangan.

(7) Kasil orane, bathi utawa bak-buk, panje- (Aquarius, PS 4, 24 Jan 2015, hlm.48)

nengan dhewe sing nemtokake. ‘Kunci sukses, Anda harus berani ber-

(Scorpio, PS 4, 24 Jan 2015, hlm.48) gaul dengan orang-orang sukses dan

‘Berhasil tidaknya, untung atau impas, berani melakukan rancangan.‘

Anda sendiri yang menentukan.’ Pada kelima contoh itu dapat dilihat bah-

wa ramalan itu berupa kalimat perintah yang

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

(8) Gusti ora sare. (10) Gaweya rancangan anyar kang ana (Cancer, JB No.18, Minggu I, Jan. 2015)

paedahe lan nuwuhake bebathen. (Capricorn, PS 2, 10 Jan 2015, hlm.48)

‘Tuhan tidak tidur.’ ‘Buatlah rencana baru yang ada man- (9) Kanthi ajeg sembahyang, iman bakale san-

faatnya dan menimbulkan keuntungan.’ saya kuwat lan antuk pituduh sarta solusi.

(Virgo, PS 2, 24 Jan 2015, hlm.48) (11) Gunakna kalodhangan kanggo nindakake rancangan-rancangan kang isih sumimpen.

‘Dengan rutin sembahyang, iman akan semakin kuat dan mendapat petunjuk

(Cancer, PS 1, 1 Jan 2015, hlm.48) serta jalan keluar.’

‘Gunakanlah kesempatan untuk me- ngerjakan rancangan-rancangan yang

Pada keempat contoh itu dapat diamati

masih tersimpan.’

bahwa semua tuturan dinyatakan dengan kali- mat berita. Pada tuturan (6) dinyatakan bahwa (12) Wiwit obah, aktif, sregep, lan tumindakna. kesabaran Anda akan menghasilkan anugerah.

(Taurus, PS 1, 1 Jan 2015, hlm.48) Kalimat itu sebetulnya berasal dari kalimat

‘Mulai bergerak, aktif, rajin, dan kerja- perintah Sabara merga sabarmu bakal nguwohake

kanlah.’

kanugrahan! ‘Bersabarlah kamu sebab kesa- Pada ketiga contoh data tersebut terdapat baranmu akan menghasilkan anugerah.’ Pada satuan lingual yang menandai bahwa tuturan- contoh (7) dinyatakan bahwa berhasil atau ti- tuturan itu merupakan tuturan menyuruh. dak usaha Anda, untung atau tetap saja, Anda Satuan lingual yang dimaksud ialah gaweya sendirilah yang menentukan. Pada contoh (8) ‘buatlah’ pada contoh (10), gunakna ‘gunakan- tampak kalimat berita yang sangat pendek. lah’ pada contoh (11), tumindakna ‘kerjakanlah’ Kalimat ini sebenarnya dari kalimat perintah pada contoh (12). Satuan-satuan lingual itu me- Percayaa Gusti ora sare ‘Percayalah Tuhan tidak ngandung pemarkah –a dan –na yang di dalam tidur’ . Contoh (9) juga merupakan kalimat buku karya Herawati (2015: iii) dikatakan seba- yang dinyatakan dengan berita. Kalimat itu, gai keunikan pemarkah dalam bahasa Jawa jika dibalik, akan menjadi kalimat perintah Sem- untuk membentuk kalimat perintah. Pada con- bahyanga kanthi ajeg merga iman bakale sansaya toh (10) peramal menghendaki seseorang yang kuwat lan antuk pituduh sarta solusi. ‘Sembah- memiliki bintang Capricorn untuk membuat yanglah dengan rutin karena iman akan sema- rencana baru yang berguna serta mendatang- kin kuat dan mendapat petunjuk serta jalan kan keuntungan. Pada contoh (11) peramal keluarnya! mengatakan bahwa seseorang yang berbintang

4.2 Fungsi Tindak Tutur dalam Wacana

Canser, dalam minggu itu, menggunakan ke-

Perbintangan

sempatan untuk membuat rancangan yang Setelah dilakukan pengamatan, fungsi masih terpendam. Pada contoh (12) peramal

tindak tutur dalam perbintangan itu bisa ber- mengatakan bahwa seseorang yang memiliki macam-macam. Hal ini dapat dilihat pada pa- bintang Taurus sebaiknya mulai bergerak, aktif, paran berikut ini.

rajin, dan bekerja.

4.2.1Menyuruh

4.2.2 Menyarankan

Tuturan menyuruh pada perbintangan Tuturan yang berisi saran pada perbin- atau ramalan nasib seseorang tampak pada tangan atau ramalan nasib seseorang tampak contoh berikut.

pada contoh berikut.

PROSIDING

(13) Becik ngatonake apa anane. dan rencananya yang belum selesai segera dise- (Pisces, JB No 18, Jan. 2015)

lesaikan terlebih dahulu. Pada contoh itu digu- ‘Baik menampakkan apa adanya.’

nakan penanda kata enggal ‘segera’. Jadi, pada wacana perbintangan dalam bahasa Jawa, un-

(14) Ning, anggone mutusake, becike aja grusa- tuk mengungkapkan saran, bisa dinyatakan grusu.

dengan kata becik, becike, coba, dan enggal. (Libra, JB No 21, Jan. 2015)

4.2.3 Melarang

‘Tetapi, memutuskannya, sebaiknya ja- ngan asal saja.‘

Tuturan yang berisi larangan pada perbin- tangan atau ramalan nasib seseorang tampak

(15) Coba sesirika sakuwasane murih atine

pada contoh berikut.

tenang, sarta kanggo namengi dhiri bab- bab sing negatif.

(17) Aja nambah objekan kang njalari sansaya (Libra, JB No 18, Jan. 2015)

sibuk lan ruweting pikir. (Virgo, PS 1, Jan. 2015)

‘Cobalah menjalankan pantangan sebi- sanya agar hatinya tenang, serta untuk

‘Jangan menambah pekerjaan yang me- menanggulangi diri dari hal-hal yang

nyebabkan semakin sibuk dan pikiran negatif.’

kacau.’

(16) Jejibahan lan rancangan kang durung tuntas (18) Aja rumangsa dadi wong sing santosa ing enggal dirampungake dhisik.

ngarepe wong akeh ning sejatine batine (Leo, PS 1, , 1 Jan 2015, hlm.48)

ngrintih. (Pisces, JB No. 18, Januari 2015)

‘Tugas dan rencana yang belum tuntas segera diselesaikan dahulu.’

‘Jangan merasa menjadi orang yang kuat di depan orang banyak yang sebe-

Pada keempat contoh itu terdapat satuan tulnya batinnya merintih.’ lingual yang menandai bahwa tuturan-tuturan

itu merupakan tuturan menyarankan. Satuan (19) Aja kakehan omong lan crita. lingual yang dimaksud ialah becik‘baik’ pada

(Taurus, PS 2, 10 Januari 2015) contoh (13), becike ‘sebaiknya’ pada contoh (14),

‘Jangan banyak bicara dan cerita.’ coba sesirika ‘cobalah menjalankan pantangan’

Ketiga contoh tersebut merupakan tuturan pada contoh (15), enggal ‘segera’ pada contoh melarang yang ditandai dengan satuan lingual (16). Pada contoh (13) disarankan bahwa sese- aja ‘jangan’. Kata aja ini juga disebut dalam orang yang berbintang Pisces sebaiknya mem- karya Herawati (2015: iii) sebagai kata yang perlihatkan apa adanya. Pada contoh itu digu- termasuk kata unik yang memarkahi kalimat nakan penanda kata becik ‘baik’. Pada contoh perintah. Pada contoh (17) peramal melarang (14) disarankan kepada seseorang yang memi- seseorang yang berbintang Virgo untuk me- liki bintang Libra untuk tidak memutuskan se- nambah pekerjaan karena akan menyebabkan suatu secara sembarangan. Pada contoh itu semakin sibuk dan pikiran kacau. Pada contoh digunakan penanda kata becike ‘sebaiknya’. Pa- (18) peramal melarang seseorang yang berbin-

da contoh (15) disarankan kepada seseorang tang Pisces untuk tidak memperlihatkan ke- yang berbintang Libra untuk mencoba melaku- kuatan di depan orang banyak yang sebenar- kan pantangan sebisanya agar hatinya tenang, nya diri sendiri kekurangan. Pada contoh (19) serta untuk menanggulangi diri dari hal-hal ne- peramal melarang seseorang yang memiliki gatif. Pada contoh itu digunakan penanda kata bintang Taurus untuk tidak banyak bicara dan coba ‘cobalah’. Pada contoh (16) disarankan ke- cerita. Pada contoh-contoh itu dapat diperhati- pada seseorang yang berbintang Leo agar tugas kan bahwa kata aja ada di awal kalimat. Na-

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

(Capricorn, PS 1, Januari 2015) ditempatkan di tengah kalimat seperti contoh

‘Pekerjaan dan tugas harus diutama- berikut ini.

kan.’

(20) Tumindak becik aja mung nunggu wektu (25) Kabeh pikiran ala sing njalari sesake dha- sela, ndang ditandangi wae.

dha kudu diilangi.

(Aquarius, JB No. 18, Januari 2015) ‘(Aquarius, JB No. 19, Januari 2015) ‘Berkelakuan baik jangan hanya me-

‘Semua pikiran buruk yang menyebab- nunggu waktu luang, segera dikerjakan

kan dada sesak harus dihilangkan.’ saja.’

Pada ketiga contoh tersebut terdapat tu- (21) Badan dijaga aja nganti kekeselen.

turan mengharuskan yang ditandai dengan (Taurus, PS 3, Januari 2015)

satuan lingual kudune ‘seharusnya’ dan kudu ‘Badan dijaga jangan sampai keca-

‘harus’. Kalimat yang berpenanda kata kudu paian.’

mengisyaratkan bahwa kalimatnya lebih tegas (22) Minggu iki aja ngaya, aluwung nindakake

daripada yang tidak memakai kata itu (Indi- miturut jejibahan panjenengan wae.

yastini, 2013: 180). Tuturan (23) berisi pernya- (Virgo, PS 1, 1 Januari 2015)

taan bahwa peramal mengharuskan seseorang yang berbintang Pisces agar mendahulukan hal

‘Dalam minggu ini jangan bekerja ter- lampau serius, lebih baik mengerjakan

yang penting. Contoh (24) berisi ramalan yang menurut kewajiban Anda saja.’

mengharuskan seseorang yang berbintang Capricorn untuk mengutamakan pekerjaan

Ketiga tuturan larangan itu menggunakan dan tugasnya. Contoh (25) berisi tuturan yang satuan lingual aja yang ditempatkan di tengah mengharuskan bahwa seseorang yang memiliki kalimat. Dikemukakan pada contoh (20) bah- bintang Aquarius untuk menghapus semua pi- wa peramal melarang seseorang yang berbin- kiran buruk yang menyebabkan sesak dada. tang Aquarius agar kalau mau berbuat baik itu

jangan menunggu waktu luang. Jadi, perbuat-

4.2.5 Menasihati

an baik itu jangan ditunda-tunda mengerja- Tuturan yang berisi nasihat pada perbin- kannya. Pada contoh (21) peramal melarang tangan atau ramalan nasib seseorang tampak

seseorang yang berbintang Taurus agar tidak pada contoh berikut. kelelahan, yaitu dengan cara menjaga badan-

(26) Ndedonga, nyuwun slamet lan pituduh. nya. Pada contoh (22) peramal melarang sese- (Aries, PS 1, Januari 2015)

orang yang berbintang Virgo agar tidak terlam- pau serius bekerja dalam minggu ini. Akan lebih

‘Berdoa, memohon keselamatan dan pe- tunjuk.‘

baik jika hanya mengerjakan yang sudah men- jadi kewajibannya saja.

(27) Sabar, sumarah marang Gusti.

(Virgo, PS 1, Januari 2015) Tuturan yang berisi keharusan pada per-

4.2.4 Mengharuskan

‘Sabar, berserah kepada Tuhan.’ bintangan atau ramalan nasib seseorang tam-

Kedua data tadi berisi tuturan nasihat. Hal pak pada contoh berikut.

ini tidak ditandai dengan satuan lingual ter- (23) Saiki kudune sing luwih penting didhisikne.

tentu, tetapi dari keseluruhan satuan lingual (Pisces, JB No. 18, Januari 2015)

yang digunakan. Keseluruhan satuan lingual itu menyiratkan bahwa tuturan berisi nasihat.

‘Sekarang seharusnya yang lebih pen- ting didahulukan.’

Jadi, bagi seseorang yang berbintang Aries pa-

PROSIDING PROSIDING

mal mengingatkan supaya seseorang yang ber- bintang Pisces dalam minggu itu tidak lupa

4.2.6 Memastikan

melakukan sedekah. Pada contoh (31) peramal Tuturan yang berisi kepastian pada per- mengingatkan bahwa seseorang yang memiliki

bintangan atau ramalan nasib seseorang tam- bintang Aquarius untuk selalu waspada terha- pak pada contoh berikut.

dap karyawan dan orang yang suka berpura- (28) Sing ditandur minggu kepungkur mesthi

pura.

bakal nguwohake kanugrahan.

4.2.8 Menyemangati

(Aquarius, JB No. 18, Jan. 2015) Tuturan yang berisi penyemangatan ke-

‘Yang ditanam minggu yang lalu pasti pada seseorang melalui perbintangan atau ra-

akan membuahkan anugerah.’ malan nasib seseorang tampak pada contoh

(29) Wong temen mesthi tinemu.

berikut.

(Cancer, JB No.19, Jan. 2015)

(32) Terus berjuwang.

‘Orang jujur tentu/pasti ditemukan.‘ (Aries, PS 1, Januari 2015) Kedua contoh tersebut memperlihatkan

‘Terus berjuang.’

tuturan yang berisi kepastian. Hal itu tampak pada pemakaian satuan lingual mesthi ‘tentu/ (33) Maju terus, aja nglokro.

(Pisces, PS 1, Januari 2015) pasti’ pada ketiga contoh itu. Pada contoh (28)

peramal menyatakan bahwa apa yang sudah ‘Maju terus, jangan putus asa.’ ditanam, maksudknya dikerjakan, oleh sese-

Pada contoh (32) peramal memberi sema- orang yang berbintang Aquarius pada minggu ngat kepada seseorang yang berbintang Aries

lalu pasti akan membuahkan anugerah atau supaya terus berjuang untuk mempertahankan kebahagiaan. Pada contoh (29) peramal me- hidupnya dalam minggu itu. Pada contoh (33) nyatakan bahwa seseorang yang berbintang peramal memberi semangat kepada seseorang Cancer dalam minggu itu seandainya menjadi yang berbintang Pisces supaya maju terus dan orang yang jujur tentu akan dikenali.

tidak berputus asa, misalnya dalam memper-

4.2.7 Mengingatkan

juangkan sesuatu dalam hidupnya. Pada kedua contoh itu tampak digunakan satuan li-

Tuturan yang berisi pengingatan terhadap ngual terus dan maju terus sebagai penandanya. seseorang pada perbintangan atau ramalan

nasib seseorang tampak pada contoh berikut.

5. Simpulan

Wacana Perbintangan merupakan waca- (Pisces /PS 1, Januari 2015)

‘Jangan lupa bersedekah.’ na yang berisi komunikasi searah antara pera- mal nasib seseorang atau penulis teks perbin-

(31) Waspada marang karyawan lan wong tangan kepada seseorang yang memiliki bin- kang lamis.

tang tertentu dari dua belas bintang menurut (Aquarius /PS 1, Januari 2015) zodiak. Tuturan yang disampaikan bisa bersi-

‘Waspada pada karyawan dan orang fat langsung dan bisa bersifat tidak langsung. yang berpura-pura.’

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

Pada umumnya tuturan yang diungkapkan Herawati. 2015. Kalimat Perintah dalam Bahasa merupakan bentuk perintah. Dari kajian terha-

Jawa . Yogyakarta: Azza Grafika. dap tuturan dalam wacana perbintangan Indiyastini, Titik. 2013. “Paragraf Hortatori diperoleh delapan jenis fungsi tuturan perintah,

dalam Bahasa Jawa: Kajian Unsur-Unsur yaitu menyuruh, menyarankan, melarang,

Pembentuk dan Penandanya” dalam mengharuskan, menasihati, memastikan,

Widyaparwa, Volume 41, Nomor 2. mengingatkan, dan menyemangati. Adapun

Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah penanda yang ditemukan berupa satuan

Istimewa Yogyakarta. lingual yang berupa verba berakhiran –a atau

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik, Teori, –na, satuan lingual becik, becike, coba, aja, kudu,

dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media. mesthi, aja lali, maju terus, waspada.

Sudaryanto. 2001. Metode dan Teknik Analisis

Daftar Pustaka

Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebu- dayaan secara Linguistik . Yogyakarta:

Baryadi, I Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis

University Press.

Wacana dalam Ilmu Bahasa . Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik:

Utama.

Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasa-Dasar Pragmatik . Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gunarwan, Asim. 1994. “Pragmatik: Pan- dangan Mata Burung” dalam Soejono Dardjowidjojo (Peny.). Mengiring Rekan Sejati: Festschrift Buat Pak Ton . Jakarta: Unika Atma Jaya.

PROSIDING

NOTULA PRESENTASI MAKALAH DISKUSI ILMIAH (LOKAKARYA HASIL PENELITIAN) BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (BPPKI) YOGYAKARTA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 – 9 Oktober 2015

Judul : “Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa

Jawa”

Penyaji : Titik Indiyastini Moderator

: Sri Nardiati Notulis

: Tarti Khusnul Khotimah Hari, tanggal

: Kamis, 8 Oktober 2015 Waktu

: 13.00—15.00 Pertanyaan/saran :

1. Mardjoko Idris (UIN Yogyakarta) Tanya (usulan/saran): -

Bagaimana kalau sistematika dikelompokkan menjadi tiga. Dalam hal ini, tuturan dalam wacana perbintangan dibagi menjadi tiga, yaitu (i) deklaratif, (ii) imperatif, dan (ii)

interogatif. Dari sini kemudian dianalisis isi, tujuan, dan fungsi masing-masing tuturan tersebut.

- Kenapa dalam pembahasan ujug-ujug sebuah tuturan sudah disimpulkan, misalnya, kata becik untuk ‘menyarankan’? Seharusnya dimulai dengan analisis konteks baru kesimpulan.

Jawab: -

Sebenarnya untuk tuturan-tuturan interogatif sudah ada, tetapi untuk tuturan jenis deklaratif belum saya analisis.

Tindak Tutur pada Wacana Perbintangan dalam Majalah Berbahasa Jawa

- Dalam wacana perbintangan seperti ini, saya melihat predikatnya terpotong, sedangkan subjeknya tidak tampak.

Untuk sistematika yang Bapak Marjuki usulkan, akan saya pertimbangkan.

2. Herawati (Balai Bahasa DIY) Tanya (saran):

Sepengetahuan saya, kalau dalam “perbintangan” digunakan istilah, misalnya, Cancer, Taurus, dst. tetapi untuk neptu digunakan istilah, misalnya, Selasa Paing, dst. Dalam makalah ini nampak tumpang tindih. Jadi, kalau Cancer, ya, diperbandingkan dengan Virgo, bukan dengan neptu. Kalau dicermati sebenarnya hanya dibolak-balik.

Jawab: Terima kasih untuk masukan dari Ibu Herawati.

PROSIDING

IMPERATIF DIREKTIF DALAM GAYA BAHASA AL-QURÂN: ANALISIS TINDAK TUTUR

DIRECTIVE IMPERATIVE IN AL- QURÂN: SPEECH ACT ANALYSIS Mardjoko Idris

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. mardjokoidris@yahoo.co.id

Abstrak

Alquran adalah kalam Allah yang tertulis dengan bahasa Arab. Dalam menyampaikan pesannya, al-Quran menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda, antara lain kalimat deklaratif, imperatif, dan interogatif. Penelitian ini terfokus pada kalimat imperatif dengan analisis tindak tutur. Kalimat imperatif adalah kalimat yang menuntut sebuah tindakan dari lawan tutur, dari pihak atas pada pihak bawah. Diasumsikan tidak semua kalimat imperatif tersebut difungsikan untuk makna konvensional yang menuntut datangnya tindakan dari lawan tutur. Makna di luar makna aslinya tesebut dapat diketahui melalui kajian tindak tutur, dengan terlebih dahulu memahami konteks yang menjadi latar lahirnya tuturan kalimat imperatif tersebut. Teori yang digunakan ialah pragmatik, khususnya tindak tutur. Metode yang digunakan ialah metode simak dengan teknik catat. Penelitian terhadap kalimat imperatif dengan analisis tindak tutur ini menemukan empat piranti perintah, yaitu fi’il amr, fi’il mudhâri’ yang didahuli oleh lâm amr, ismu fi’li amr dan bentuk mashdar yang difungsikan untuk perintah . Kalimat imperatif selain berfungsi untuk makna asli, juga difungsikan untuk makna lain, seperti untuk tujuan do’a (permohonan), ta’jîz (melemahkan), taswiyah (menyamakan), dan tahdîd (ancaman).

Kata kunci: tindak tutur, kalimat imperatif, makna majazi

Abstract

Alquran is the word of God written in Arabic. In delivering its message, the Quran uses different styles, there are declarative, imperative and interrogative sentence. This study focuses on imperative sentence with speech acts analysis. Imperative sentence is a sentence that demands an act of speech partner, from top to bottom. It is assumed that not all imperative sentences for conventional meaning that demand certain actions from speech partner. The meaning beyond its original meaning can be known through speech act study, by firstly understanding the background context of the existence of imperative sentence. Theory of this study is pragmatics, particularly speech act. The method employed is reading method with recording technique. The research result of the imperative sentence with the analysis of speech acts is this imperative sentence has four command tools, namely fi ‘il amr, fi’ il mudhari ‘preceded by lam amr, amr fi’li ismu and a form of mashdar which functions to give command. Besides its original meaning as imperative sentence, it is also used for other meanings, such as for praying (request), for ta’jiz (weaken), for taswiyah (equalize), and for tahdid (threat).

Keywords: Speech act, imperative Sentence, majazi meaning

Imperatif Direktif dalam Gaya Bahasa Al-qurân: Analisis Tindak Tutur

Bahasa merupakan alat penghubung an- tarmanusia yang digunakan untuk menyam- paikan pikiran, perasaan, serta sesuatu yang lain. Dengan demikian, bahasa merupakan se- suatu yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia (Anwar, 1990: 67). Pada sisi lain, manusia dikenal sebagai makhluk indi- vidu, di samping juga sebagai makhluk sosial. Ia selalu hidup bersama dengan yang lainnya dan membentuk sebuah kelompok sosial yang kemudian dikenal dengan nama masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka selalu mengadakan komunikasi satu sama lainnya.

Bahasa juga merupakan alat ekspresi ga- gasan yang tidak dapat dipisahkan dari in-

teraksi sosial (Sudiati, 1996: 9). Ini mengandung arti bahwa jika terjadi interaksi sosial dalam

sebuah masyarakat, mereka menggunakan ba- hasa itu. Pemakaian bahasa dalam interaksi so-

sial tidak hanya berkaitan dengan faktor-faktor sosial, tetapi juga dengan faktor-faktor situasio-

nal masyarakat penuturnya. Faktor-faktor tersebut antara lain waktu terjadinya tuturan,

topik pembicaraan, maksud tuturan, serta latar belakang yang menjadi sebab lahirnya sebuah